[caption id="attachment_137775" align="aligncenter" width="640" caption="Rio Haryanto di Podium Pertam GP3 Jerman, sumber foto: http://beyondtheredline.files.wordpress.com"][/caption] Rio Haryanto, pembalap muda Indonesia, baru saja menyelesaikan musim GP3 untuk tahun 2011 ini dengan berada di posisi ketujuh klasmen akhir, mengumpulkan 31 poin. Juara GP3 tahun ini digaet oleh pembalap tes William F1, Valtteri Bottas dengan 62 poin. Prestasi Rio tidak jelek karena pada tengah musim pertama ia kesulitan mengendalikan mobil. Barulah pada paruh kedua Rio mengalami kemajuan dengan menjuarai GP3 Nurburgring dan Hungaroring. Selain itu Rio naik podium di Monza. Selain mengikuti balapan GP3 (yang berada dua tingkat di bawah F1), Rio juga mengikuti ajang balap AutoGP, di mana saat balapan di Valencia, Rio berhasil menjadi yang pertama. Setelah mengecap balapan GP3 tentunya Rio ingin naik ke tingkat lebih tinggi, yaitu GP2 di tahun 2012 atau 2013 dan pada tahun 2014 Rio berkeinginan menjadi pembalap F1 pertama yang berasal dari Indonesia. Namun menjadi pembalap yang naik tingkat setiap tahun bukanlah perkara gampang. Bahkan jika skill pembalap bagus, belum tentu ia bisa langsung naik tingkat ke GP2 atau F1. Apa masalahnya? Menjadi pembalap di lintasan GP2 dan F1 selain memiliki persyaratan skill, juga harus ada sokongan dana. Sokongan dana ini kadang relatif, namun sangat penting. Cobalah kita lihat salah satu pembalap F1, Vitaly Petrov yang menjadi pembalap F1 untuk tim Lotus Renault. Siapa yang berada di belakang Vitaly Petrov? Tidak lain perusahaan mobil Rusia, Lada dan tentunya pemerintah Rusia. Hal ini menjadikan Vitaly Petrov bisa bersaing di balapan F1, sebuah puncak karir seorang pembalap. Padahal masih banyak pebalp yang berbakat di luar sana seperti Nick Heidfeld. Rio pun jika ingin naik ke GP2 tahun depan memerlukan dana yang tidak sedikit. Beberapa hari yang lalu Rio, bersama keluarga dan manajernya telah menemui Wakil Presiden Boediono. Rio secara terus terang meminta dukungan pemerintah agar karier balapnya bisa meningkat ke GP2 tahun depan. Menurut Rio, sebagaimana dilaporkan oleh Tempo, ia sengaja menemui Wapres Boediono untuk meminta dukungan langsung dari Pemerintah Indonesia demi kesuksesan kariernya ke depan. Dukungan ini tentu saja dalam bentuk dana. Keinginan Rio untuk berlaga di Balapan GP2 (yang telah melahirkan juara F1 Lewis Hamilton) tahun depan sangat besar. Namun keinginan tersebut terkendala oleh besarnya biaya. Menurut Tempo, sejumlah sponsor yang telah mensponsorinya selama ini seperti Pertamina dan Telkomsel masih belum mencukupi untuk membuat Rio berhasil masuk ke GP2. Masalah dana ini memang dialami oleh semua pembalap. Namun khususnya bagi pembalap yang berasal dari negara-negara di manabalap tidak begitu terkenal seperti Indonesia, masalah ini lebih besar kalau tidak ada dukungan pemerintah. Pengalaman menunjukkan pebalap F1 dari Tim Sauber Sergio Perez didukung secara penuh oleh perusahaan telekomunikasi asal Meksiko Telmex yang dimiliki oleh orang terkaya dunia Carlos Slim Helu. Demikian juga pebalap dari Tim Williams F1, Pastor Maldonado yang berasal dari Venezuela didukung penuh oleh negara asalnya Venezuela. Khusus untuk Maldonado ada cerita menarik, yaitu Williams F1 harus rela melepas pebalap berbakat mereka, Nico Hulkemberg yang di tahun 2010 yang lalu berhasil menjadi pole sitter di Brazil, dan itu merupakan satu-satunya posisi pole William sejak beberapa tahun terakhir. Ini artinya pebalap berbakat dan baguspun bisa tidak mendapatkan posisi di F1, bila ada pebalap lain yang membawa sponsor cukup besar bagi tim F1. Tentunya Rio dan keluarganya beserta manajemennya sangat menyadari hal ini. Dana merupakan hal yang sangat penting dalam balapan profesional saat sekarang ini. Masuk akal mereka menghadap Wakil Presiden untuk membicarakan kemungkinan dana yang bisa mereka dapatkan agar Rio bisa terus maju karier balapnya. Tentunya sebagai penggemar balapan, saya sangat mendukung agar Rio dua tahun lagi bisa menjadi pebalap Indonesia pertama yang menjadi pebalap F1. Sebagai pebalap F1 coverage terhadap Rio dan Indonesia umumnya akan bertambah dan ini sisi positif yang sangat bisa dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan seperti pariwisata. Namun tentu saja dana yang diinginkan Rio dan manajemennya tidak akan mudah didapat. Pemerintah mungkin punya dana, namun tentu saja peruntukannya tidak bisa sembarangan. Hal yng mungkin dilakukan pemerintah adalah mengimbau perusahaan-perusahaan swasta untuk ikut mensponsori Rio. Setelah Telkomsel dan Pertamina, masih banyak lagi perusahaan-perusahaan besar yang bisa menjadi sponsor Rio. Ini penting demi kemajuan karier Rio dan cita-cita para pecinta balap Indonesia untuk melihat orang Indonesia pertama yang menjadi pebalap F1. Rio Haryanto telah membuktikan diri bahwa ia layak untuk bersaing dengan pebalap-pebalap lain dari berbagai negara. Ia memiliki skill balap yang baik dan mampu mengalahkan pebalap sekelas Valtteri Bottas yang sudah sering mengendarai mobil F1. Tentunya akan sangat sayang bila Rio Haryanto harus mandeg karier balapnya hanya karena kekurangan dana. Ayo kita dukung Rio Haryanto untuk menjadi pebalap F1 pertama dari Indonesia! Sila ditonton Rio Haryanto saat datang di Kick Andy berikut ini. Twitter: inside_erick
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H