Mohon tunggu...
Kimi Raikko
Kimi Raikko Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Just Another Days In Paradise \r\n\r\n \r\n\r\n\r\n \r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Money

Awas, Facebook dan Twitter "Menculik" Karyawan

5 Agustus 2011   05:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:04 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_122869" align="aligncenter" width="655" caption="Google, sumber: ibtimes.com"][/caption] Berita tentang "penculikan" karyawan berpotensi di perusahaan teknologi bukan berita yang sama sekali baru. Beberapa waktu yang lalu saya menuliskan beberapa artikel yang terkait dengan masalah ini. Karyawan berpotensi ini memang dicari oleh perusahaan seperti Google, Facebook, Apple, Microsoft, dan Twitter. Bahkan kini gejala "penculikan" terus berkembang. Sebelumnya hanya perusahaan yang sudah sangat mapan saja yang melakukan hal ini. Namun kini start-up seperti Square dan Foursquare juga telah melakukan "penculikan" terhadap beberapa karyawan di perusahaan yang sangat mapan seperti Google. Bila dilihat ternyata dalam kasus culik-menculik ini, Google merupakan sasaran empuk para kompetitornya, terutama Facebook dan Twitter. Sebuah artikel di 9to5google.com dan allthingsd.com melaporkan sekitar 13% dari pegawai Twitter adalah mantan pegawai Google atau biasa disebut Ex-Googlers. Di Facebook sekitar 200 orang lebih Ex-Googler bekerja semenjak Sheryl Sandberg yang juga Ex-Googlers direkrut oleh Mark Zuckerberg. Hal ini memperlihatkan brain drain yang sangat tinggi terhadap Google yang menimbulkan kekecewaan bagi mantan CEO Google Eric Schimdt. Beberapa bulan yang lalu, Twitter mencoba peruntungan dengan membajak dua orang penting Google. Namun Google  bertindak cepat dengan memberikan kompensasi sebesar 50 juta dollar AS sampai dengan 100 juta dollar AS. Dua orang pegawai tersebut, Sundar Pichai dan  Neal Mohan diinginkan oleh Twitter untuk mengisi jabatan product manager di Twitter. Hal yang menarik adalah Google menjadi perusahaan yang paling banyak pegawainya diculik oleh kompetitornya. Walaupun pada kasus tertentu, ada Ex-Googlers yang nyata-nyata berhenti terlebih dahulu dari Google, lalu bekerja di perusahaan lain, namun sebagian besar mereka yang bekerja di Twitter atau Facebook meninggalkan Google setelah ditawari atau didekati oleh Twitter atau Facebook. Coba kita lihat beberapa daftar berikut ini: 1. Dick Costolo, CEO Twitter 2. Satya Patel (mantan Senior Product Manager Google) 3. Glenn Otis Brown (mantan Products Counsel and Head of Music  at YouTube) Selain mereka ada 87 orang lain Ex-Googlers yang bekerja di Twitter. Demikian juga di Facebook. Setelah direkrutnya Sheryl Sandberg sebagai COO oleh Mark Zuckerberg, 200 orang Ex-Googlers kini bekerja di Facebook, sebagian besar direkrut oleh Sheryl Sandberg. Tidak itu saja, beberapa hari yang lalu, tersiar kabar bahwa kemungkinan Facebook akan memasuki ranah mesin pencari. Sayangnya belajar dari kegagalan Bing dari Microsoft yang sampai detik ini masih terus merugi setelah sekian tahun digadang-gadang bisa menjadi mesin pencari saingan Google, tentu tidak semudah membalik telapak tangan untuk bersaing dengan Google di mesin pencari. Hambatan besar yang harus dilalui oleh Facebook adalah ketiadaan sumber daya manusia yang kompeten sekaligus pemilik paten di mesin pencari. Hampir semua paten dan mereka yang pintar di mesin pencari adalah Googler. Satu-satunya cara  adalah dengan melakukan "penculikan". Dengan menawarkan gaji yang lebih tinggi dan suasana kerja yang lebih bagus (umumnya ini alasan yang dipakai para Ex-Googler yang keluar dari Google). Facebook dengan kekuatan finansialnya sekarang ini tentu tidak akan pelit memberikan gaji dan suasana kerja yang lebih baik. Target mereka pastilah para Googlers yang memiliki kompetensi sangat bagus di mesin pencari sekaligus pemilik paten agar suatu waktu Facebook terhindar dari penyalahgunaan paten. Untuk hal ini seravia.com mencoba merilis data tentang beberapa Googlers yang mungkin siap untuk "diculik". Mereka yang masuk daftar ini adalah mereka yang umumnya memiliki keterikatan emosional rendah dengan Google, masuk setelah IPO Google dan kurang bagus secara finansial dan telah bekerja paling kurang empat tahun di Google. Daftar tersebut berisi nama-nama sebagai berikut: 1. Maureen Heymans: Technical Lead, Social Search, jumlah paten 12. 2. Hui Tan: Engineer, Social Search, jumlah paten 12. 4. Alexandre Kojoukhov: Engineer, Social Search, jumlah paten 12. 5.  Othar Hansson: Technical Lead, Google Instant, jumlah paten 10. 6. Alexander John Komoroske: Product Manager, Google Squared, Search, jumlah paten 6. 7. Kacholia Varun: Technical Lead, YouTube / Video Search, jumlah paten 6. 8.  Tomislav Nad: Search Quality Engineer, Discussion Search, jumlah paten 6. 9. Vida Ha: Search Quality Engineer, Mobile Web Search; Technical Lead, Google speech recognition, jumlah paten 6. 10. Roberto Bayardo: Google Research, Data Mining and Privacy  Expert, jumlah paten 6 11.  Hu Ning: Head of Technology, Mobile Search Quality (sudah meninggalkan Google), jumlah paten 6. Melihat daftar di atas, nama-nama yang tertera di dalamnya bukanlah sembarang engineer. Mereka paling sedikit memiliki enam buah paten dan bekerja setelah IPO Google. Tampaknya memang ada perbedaan kesetiaan Googlers, kesetiaan mereka yang bekerja sebelum IPO jauh lebih tinggi (selama ini) dibandingkan mereka yang bekerja di Google setelah IPO. Selain itu faktor jabatan juga bisa menjadi masalah dalam tubuh Google sehingga mereka yang potensial lebih memilih keluar untuk mendapatkan jabatan yang lebih baik. Hal ini dimanfaatkan oleh kompetitor Google untuk "menculik" mereka dari Google. Google bukannya tidak bereaksi atas brain drain yang melanda mereka. Namun dalam beberapa kesempatan, mereka yang datang ke Google dari perusahaan lain pasti lebih sedikit dibandingkan mereka yang keluar dari Google menuju perusahaan lain. Secara finansial di bulan Januari yang lalu, Google telah memberikan holiday bonus masing-masing 1.000 dollar AS untuk 24.000 karyawannya plus tambahan kenaikan gaji 10%. Tahun ini Google juga menjanjikan kenaikan bonus 25% jika proyek mereka di social media (Google Plus) berhasil. Namun apakah hal itu sudah cukup untuk menghentikan brain drain yang melanda Google? Melihat 11 engineer kelas atas dalam daftar tersebut, Google sepertinya perlu memperhatikan mereka lebih baik agar tidak "diculik" perusahaan lain, terutama Facebook. Baca juga artikel terkait: Google Berhasil “Menculik” Karyawan Microsoft Google “Culik” Karyawan Prestisius Apple Inc. Facebook Culik Karyawan Google Dua Kali Apple Inc. Culik Pegawai Microsoft Google Bayar Jutaan Dollar Pegawainya agar Tidak Bekerja di Twitter Twitter: inside_erick

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun