Mohon tunggu...
Kimi Raikko
Kimi Raikko Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Just Another Days In Paradise \r\n\r\n \r\n\r\n\r\n \r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Pilih Layani Seks daripada Buku Teks

29 Juli 2011   00:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:17 1784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_125744" align="aligncenter" width="640" caption="Ilustrasi, sumber: http://booksandpublishing.com"][/caption] Sebuah studi baru menunjukkan bahwa mahasiswa lebih memilih untuk memberikan layanan seks untuk dapat memperoleh smartphone, tablet dan e-reader (yang dapat digunakan untuk membaca buku teks) daripada harus membawa buku teks yang tebal dan berat. Dari 73% mahasiswa/wi yang disurvei mengatakan bahwa mereka lebih suka untuk berkencan dan memberikan layanan seks sepanjang mereka diizinkan untuk tidak lagi membawa buku teks yang berat untuk selamanya. Penelitian yang dilakukan oleh Kelton Research ini disponsori oleh sebuah perusahaan yang mencoba membuat sebuah software buku teks untuk mahasiswa, yaitu Kno. Dari penelitian tersebut terlihat sekali mahasiswa sudah lelah dengan pendidikan tradisional yang berdasarkan buku teks yang tebal dan berat, namun mereka tidak muak dengan seks karena lebih memilih kegiatan ini (kalau terpaksa)  sebagai ganti dari buku teks yang tebal dan berat tersebut. Menurut Kelton Research, sebesar 71% dari mahasiswa yang disurvei ingin mendapatkan buku digital dengan perantara perangkat smartphone, tablet seperti iPad, e-reader, laptop, bahkan desktop PC. Oleh karena kendala mobillitas dan portability, maka laptop dan dekstop PC sepertinya tidak menjadi prioritas sehingga mahasiswa akan lebih memilih smartphone, tablet, dan e-reader. Tentu saja terdapat beberapa alasan mengapa mahasiswa sudah tidak menyukai buku teks dalam proses belajar. Pertama  adalah mungkin karena memang tidak ingin belajar. Kedua, dari penelitian diketahui bahwa berat membawa buku teks sepanjang hari dan harga buku teks yang tinggi. Dari mahasiswa yang disurvei diketahui 25% diantaranya mengangkut buku teks dan bahan-bahan pembantu belajar seberat 20 pon sehari. Ketiga, dari penelitian diketahui bahwa biaya rata-rata buku teks mahasiswa sekitar 2.400 dollar AS. Jumlah ini tentu sangat besar bila dibandingkan dengan harga gadget seperti e-reader yang murah seharga 200 sampai 300 dollar AS. Dengan memilih gadget dibandingkan dengan buku teks mahasiswa akan lebih banyak mengandalkan proses belajar kepada gadget dibandingkan dengan buku teks. Keempat, diketahui juga bahwa 75% mahasiswa harus mengurangi dana hiburan mereka guna membeli buku teks sehingga kondisi ini makin membuat mereka membenci buku teks. Kelima kemungkinan hilangnya buku teks dan hilangnya halaman tertentu dari buku teks , 20% dari mahasiswa yang disurvei melaporkan kehilangan buku teks , 16% melaporkan kehilangan halaman tertentu dari buku teks yang mereka miliki. Namun pilihan untuk belajar dengan perangkat digital seperti smartphone, tablet, dan e-reader bukan tanpa masalah. Gadget-gadget tersebut perlu untuk diisi ulang sehingga suatu waktu lupa untuk mengisinya proses belajar akan terkendala. Misalnya sedang di dalam kelas, tiba-tiba baterai gadget habis sehingga harus diisi ulang. Pengisian ulang ini belum tentu dapat langsung dilakukan karena ketidaktersediaan soket listrik. Bisa juga karena sudah banyak mahasiswa yang menggunakan perangkat elektronik dalam proses belajar, membuat universitas mempertimbangkan penambahan soket listrik sehingga hal ini akan meningkatkan biaya kuliah.

Twitter: inside_erick Sumber: theinquirer.net

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun