Mohon tunggu...
Kimi Raikko
Kimi Raikko Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Just Another Days In Paradise \r\n\r\n \r\n\r\n\r\n \r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dostoyevsky, Kemiskinan, Kekayaan dan Kejahatan

11 November 2010   08:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:42 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_74608" align="alignleft" width="300" caption="Fyodor Dostoyevsky, sumber: ebooks.adelaide.edu.au"][/caption] Orang-orang yang pikirannya kacau selalu punya mimpi yang sejenis. Dalam kondisi kacau itu biasanya muncul bayangan yang menyeramkan, latar belakang dan gambar yang disajikannya tampak sangat nyata, bahkan sampai ke detail-detail  yang paling kecil, yang dalam kehidupan sehari-hari tak pernah dibayangkan orang yang bermimpi itu. Impian  semacam itu selalu  meninggalkan bekas panjang dalam ingatan..... Saat pikiranku sangat kacau seperti sekarang, aku mengingat dan mengeja satu per satu kata kata dari Dostoyevsky itu. Tentu aku takut aku mengalami hal seperti di atas. Namun tentu aku ingin mengetahui apa sebenarnya yang membuat pikiran ini menjadi kacau? Dari Dostoyevsky aku belajar bahwa kemiskinan dan kemelaratan bisa jadi membuat seseorang berpikiran kacau. Pada dasarnya kemiskinan dan kemelaratan, menurutku hanyalah Symptom, akibatnyalah yang lebih mendera dan mengacau. Bila anda msikin dan melarat tentu anda tak dapat bahagia, anda tak dapat memenuhi kebutuhan dasar, anda tak dapat membayar utang, anda tak dapat memberi hadiah dan tentu saja anda kan minder sekali karena hampir tak punya suatu apa. Namun walau begitu, kemiskinan dan kemelaratan adalah suatu jalan. Banyak orang yang menempuh jalan ini untuk membersihkan jiwa mereka karena hanya dengan penderitaan lah manusia bisa selamat. Kemiskinan dan kemelaratan juga bukanlah suatu akhir karena suatu akhir adalah harga diri. Kita harus cukup berhenti dengan kemiskinan dan kemelaratan, tidak boleh lebih daripada itu. Kita tidak boleh mengemis hanya karena miskin, karena mengemis adalah menjual harga diri, sebuah benteng terakhir manusia yang patut dijaga dengan sekuat tenaga. Di sisi lain banyak di antara kita yang dipaksa berbuat jahat oleh kemiskinan. Dalam hal ini kemiskinan tidak dapat dijadikan alasan mengapa kita berbuat jahat. Akan tetapi, mengapa Raskolnikov dalam tokoh Dostoyevsky akhirnya juga berbuat jahat padahal ia tahu benar bahwa kemiskinannya bukanlah alasan yang tepat untuk melakukan hal itu.Di sini kita menjadi bingung, jika mengemis karena miskin adalah menjual harga diri, lalu berbuat jahat karena miskin apa namanya? Tentu banyak nama bisa kita sematkan untuk hal ini. Dalam dunia nyata kita tidak terhitung manusia berbuat jahat dengan alasan kemiskinan karena kemiskinan melahirkan kejahatan, namun di sisi lain sebenarnya kekayaan, orang-orang kaya lebih berperan dalam menumbuhkan keserakahan, kesombongan, sehingga menyebabkan pemerasan kelicikan dan kekejaman terhadap si miskin.Hal ini membuat kejahatan menjadi double digit karena sekaligus dilakukan oleh dua pihak yaitu si miskin dan si kaya sekaligus. Dostoyevski memberikan solusi mengapa hal ini terjadi dengan membedakan motif dalam melakukan suatu kejahatan. Ia mengatakan bahwa kejahatan yang dilakukan oleh oleh orang baik yang jahat berbeda dengan kejahatan yang dilakukan oleh orang jahat yang memang jahat. Orang baik yang jahat mengetahui bahwa ia berbuat jahat dan melakukan taubat dan dapat kembali ke kehidupannya semula, tetapi orang jahat yang jahat tidak bisa begitu, ia malah membuat kejahatan lagi dengan membunuh dirinya sendiri. Tapi benarkah dalam melakukan suatu kejahatan diperlukan motif tertentu? Tidakkah berbuat jahat, ya jahat tak perlu motif ini atau itu? Tokoh Dostoyevsky sendiri menyadari hal ini, motif menghabisi lintah darat yang menghisap orang-orang tanpa kasihan termasuk dirinya yang semula ia gunakan untuk membunuh, akhirnya ia ragukan sendiri karena ia akhirnya membawa kotak perhiasan dan uang korban yang dibunuhnya walaupun kemudian isi kotak itu tak disentuhnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun