Mohon tunggu...
Putra Haryadi
Putra Haryadi Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

a thinker, in a fundamental way

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Makkah Ingin Wujudkan Haji 'Ramah Lingkungan'

1 November 2012   12:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:07 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Selama musim haji Makkah bisa jadi salah satu kota berpolusi terbesar Kamis, 01 November 2012 Menurut para pemerhati lingkungan, kehadiran manusia dalam jumlah sedemikian besar di satu tempat selama beberapa hari berkontribusi pada perubahan iklim. "Mayoritas jamaah haji tidak peduli terhadap lingkungan," kata Abdul Aziz Sruji, profesor fisika lingkungan di Universitas Umul-Quro yang terletak di kota Makkah. Makkah selama musim haji bisa jadi merupakan salah satu kota dengan polusi terbesar di dunia. Semua sampah dari makanan, asap bus dan mobil yang bepergian di kota itu, semua energi yang terpakai untuk memastikan hotel-hotel bisa beroperasi dengan baik memiliki dampak yang merusak terhadap lingkungan. Sruji secara khusus menyorot penggunaan botol air minum plastik oleh jamaah. "Mereka terbuat dari minyak fosil, yang sangat berbahaya bagi lingkungan," katanya dikutip BBC, (01/11/2012) dia, dan menambahkan bahwa botol daur ulang dapat digunakan untuk memproduksi benda-benda turunan seperti karpet. Puluhan juta botol air minum plastik itu berceceran di jalan-jalan sekitar tempat-tempat suci di Makkah, termasuk area Arafat. “Makkah yang ramah lingkungan” Para pejabat Makkah menghadapi tantangan berat bagaimana mengajak dan membuat tiga juta jamaah haji untuk menunaikan "haji yang ramah lingkungan." Mereka memutuskan untuk menjadikan Makkah sebagai kota energi berkesinambungan. Walikota Makkah Usama al-Bar mengatakan ia ingin membuat masjid-masjid di sana 'ramah lingkungan.' "Kami mengundang pelaku tender internasional untuk membangun stasiun tenaga matahari raksasa, yang akan digunakan untuk menerangi masjid, hotel, jalan-jalan dan terowongan di Makkah," kata dia. Al-Bar mengatakan sebuah sistem bawah tanah sedang dalam perencanaan untuk melayani seluruh kota dengan rel sepanjang 120 km dan menjangkau 28 stasiun. Sistem itu akan membantu mengatasi masalah kemacetan yang kronis di Makkah selama musim haji. Tahun lalu, sebuah monorel bekerja dengan kapasitas penuh untuk mengantar 500.000 jamaah ke tiga tempat suci yang harus mereka kunjungi sebagai bagian ritual. Tetapi konsep transportasi publik belum mengakar di Arab Saudi. Pakar lingkungan seperti Dr Sruji mengatakan BBM murah dan kecenderungan warga Arab Saudi yang lebih menyukai mobil besar membuat pemerintah urung membangun jaringan itu. Mengurangi jejak Sruji prihatin dengan isu berapa kali seseorang harus melakukan ibadah haji, yang menurut ajaran Islam harus dilakukan setidaknya satu kali seumur hidup jika mampu. "Kebanyakan jamaah menggunakan pesawat terbang untuk datang ke Arab Saudi," kata dia. "Penerbangan memiliki dampak buruk pada lingkungan. Muslim harus mengikuti jejak Nabi Muhammad yang hanya melakukan haji satu kali seumur hidupnya. Pikirkanlah kerusakan yang disebabkan oleh pesawat pada lapisan ozon," kata dia. Tahun ini seorang Muslim berjalan kaki sejauh 5.650 km dari Bosnia menuju Makkah guna menjalankan ibadah haji. Senad Hadzic, 47, kepada BBC mengaku Allah Subhanahu Wata’ala menjaganya saat dia berjalan melintas negara yang tengah berkecamuk perang, Suriah. Pada 2010, dua Muslim Afrika Selatan bersepeda sejauh 11.000km selama sembilan bulan untuk menunaikan haji. Sruji memiliki dua solusi lingkungan sederhana untuk Makkah, yaitu melarang mobil melewati rute-rute khusus dan mendaur ulang sampah di seluruh penjuru kota. Namun, ia menyesalkan bahwa "perubahan iklim bukanlah prioritas utama bagi mayoritas jamaah haji.* sumber; BBC.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun