Mohon tunggu...
Nuri_Nurzikri
Nuri_Nurzikri Mohon Tunggu... Jurnalis - travelers, Motorist, Citizen Journalist

Aku sudah banyak merasakan kepahitan dalam hidupku. dan yang paling pahit adalah berharap kepada manusia-Ali bin abuThalib.ra

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ujian, Teguran, atau Hukuman? Selama itu Engkau yang Berkehendak, Aku Kan Sabar

24 Maret 2024   16:24 Diperbarui: 24 Maret 2024   19:36 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

total waktu 2 minggu kami wara-wiri dari kegiatan awal diagnosa di rumah sakit karawaci, mendapatkan second opinion sampai terlempar ke rumah sakit Dharmais. dalam masa dua minggu itu yang kami lakukan adalah merubah secara radikal beberapa hal yang biasanya menjadi pola hidup kami. kami stop makan Gorengan dan kopi sachet. sebelumnya bertahun-tahun lebih hampir tiap pagi kami sarapan itu di kedai depan kantor istri sambil menunggu jam masuk kerja istri.

kedua yang kami lakukan, stop /kurangi Gula putih. ketiga kemudian ini yang kami rasa ada andil dalam merubah keadaan yang menjadi ujung cerita tulisan ini. setiap pagi saya mulai merebus 5 gram daun sirsak kedalam air mendidih sebanyak 700 cc yang direbus waktunya 15 menit. kemudian kami minum sebagai teh. cukup segar rasanya, selebihnya di bawa dalam termos kecil untuk diminum istri siang hari di kantor. hampir setiap malam menjelang tidur selama 2 minggu istri mengkonsumsi satu buah naga langsung tanpa di jus, diselingi buah Jeruk, alpukat dan  Sirsak. selang dua -tiga hari saya membuatkan istri rebusan jahe merah pekat disaring, disiram perasan setengah jeruk lemon yang sudah rutin kami beli dan konsumsi sebagai campuran nge-teh yang menjadi hobby saya. 

tambahan tiap malam lepas jam 12  kami bangun sholat malam memendamkan kepala kami dalam sujud kepada sang "Maha berkehendak" pasrah atas ketentuanNya. jika memang ini takdirNya.. maka "Jadilah..."  apa daya kami? kami pasrah sepasrah-pasrahnya atas ketentuan Engkau ya Allah...

tambahan cerita, jauh sebelum diagnosa tumor, istri saya di diagnosis Kista dirahimnya. besaran 5 dan 7 centi. namun dengan theraphy pantangan makan dan pengaturan Hormonal oleh dokter kandungan, kista itu mengecil dibawah 1 cm sampai 0,7 cm. pantangannya adalah : santan, Kuning telur, minyak goreng, kulit ayam, tepung, Gula, seafood. sumber karbo dihindari, beras diganti beras merah atau kentang atau quaker. alhamdulillah terhindar dari operasi. kejadian ini selang 7-8 bulan sebelum diagnosa Tumor.

minggu ketiga satu hari sebelum menghadap dokter ahli bedah rumah sakit karawaci kami menuntaskan kepenasaran kami. dengan mendatangi dokter onkologi rekomendasi teman. terletak di bilangan BSD sektor I.4. dari pertemuan diketahui dokter ini lulusan kedokteran salah satu universitas di Sumatera. namun beliau melanjutkan pendidikan dan menuntaskannya di Jerman. 

Beliau sudah sangat sepuh namun terlihat segar, dan clear dalam berbicara. dalam menjelaskan beliau sangat mudah difahami dengan istilah medis yang memang baku tidak bertolak belakang dengan apa yang kami ketahui sebelumnya. hanya saja penyelesaian masalah beliau melalui pendekatan holistik dan dengan theraphy herbalist.  pertama-tama beliau melakukan pendekatan psikologis, melepaskan semua beban fikiran pasien dengan nasihat dan hal-hal yang menurunkan beban fikiran pasien. istilah beliau : penyakit itu 90 persen adalah dipicu faktor fikiran dan 10 persen dari makanan yang meracuni metabolisme tubuh. 

dokter ke empat ini memberikan tips pengaturan dan pengelolaan fikiran yang memicu kekacauan hormonal penyebab sel radikal tumbuh di tubuh pasien. beliau melakukan pendekatan diagnosa melalui "bagaimana dan mengapa" Tumor bisa tumbuh di badan Istri saya. harga obat herbalistnya cukup lumayan. kami memutuskan menunda dulu menebus resep beliau sambil merenungkan masukan nasihat medisnya.

besoknya kami  mendatangi dokter di karawaci untuk menerima pilihan operasi. sementara itu dokumen inisiasi operasi di update admisionya untuk pemeriksaan jantung dan mamography. di waktu itu dokter memeriksa ulang kondisi benjolan. berulang ybs membaca hasil scan laboratorium dan memandang wajah kami. beberapa pertanyaan dilontarkan untuk memperkuat diagnosanya. jujur saja dalam masa proses mencari alternatif penyembuhan, istri saya memberikan info(ke saya) bahwa benjolannya melunak (yang sebelumnya keras). dan ada perkembangan (cenderung) mengecil. 

saya memperhatikan mungkin dokter memastikan apakah pemeriksaan awal saat dua minggu lalu relevan dengan yang dia temukan saat diperiksa kini. akhirnya beliau membuka pembicaraan kembali. "bapak, ibu.. jika ini terjadi pada Istri saya, atau anak saya, saya memutuskan untuk tidak perlu di operasi".  kami berpandang-pandangan belum yakin dengan maksud pembicaraan dokter.

ditambahkan dokter "Lesi anechoic  birads-3" dari lab ini, masih bisa ditoleransi. 90 persen bisa dikatakan jinak. 

kami mencoba mencerna ucapan dokter, dan lebih lanjut saya melihat raut wajah istri berbinar mendengan icapan dokter. "jadi, saya ga usah di operasi doK?" tanya Istri. "ya itu tadi saya katakaan, kalau itu di istri saya, saya ga akan kasih izin operasi" jawab dokter.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun