Mohon tunggu...
Kelix Permadi
Kelix Permadi Mohon Tunggu... Musisi - Musisi & Budayawan

Lulus sebagai sarjana Etnomusikologi ISI Yogyakarta. Salah satu jurusan yang (mungkin) tidak terlau populer ini membuat saya terus mendalami bagaimana musik yang tidak hanya berpatok pada ritmis, tempo dan nada itu bekerja membentuk polanya. Pemahaman tertanam jika musik tumbuh dan memainkan perannya tidak hanya sekedar untuk itu. Sebuah keterikatan sejarah panjang bagaimana musik (khususnya musik tradisi) mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. Melalui platform ini, saya mencoba membagikan sebuah pemikiran mengenai gagasan musik dan elemen-elemen terikat didalamnya.

Selanjutnya

Tutup

Music

Bunyi Bernama Eksperimental

27 Agustus 2024   14:49 Diperbarui: 27 Agustus 2024   15:57 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Menghindari deskripsi genre, Senyawa mencoba melampaui kategori musik itu sendiri melalui instrumentasi dan teknik vokal yang dipakai. Menabrak kaidah-kaidah bagaimana seharusnya vokalis berperan, Ruly Shabara mengeksplorasi berbagai bebunyian lewat karya-karyanya bersama Wukir Suryadi di Senyawa.

Menjadi line up di Syncronize Fest dan Sound From The Corner, nampaknya musik-musik sejenis seperti yang bernafaskan eksperimental mampu dan memiliki basis masa atau segmentasi pasarnya sendiri.

Sudah ada yang pernah nonton Senyawa? "Tonton dulu deh"

Sebuah bentangan perjalanan bunyi Senyawa di 12 negara dan 2 benua selama 3 bulan, menjadi contoh dedikasi, semangat mental bermusik sebagai musisi yang sudah sepatutnya dimiliki oleh para musisi-musisi lainnya.

19 Januari 2017, dalam interviewnya di Vice Indonesia, mereka mengungkapkan jika musik-musik Senyawa sebenarnya belum menjangkau bahasa sound yang mereka inginkan guna mempertegas karyanya dan dinikmati secara seksama ketika melakukan pertunjukan di Indonesia. Pertunjukan musik eksperimental jelas lebih cerewet terutama masalah sound. Disetiap pertunjukannya, tidak jarang mengalami benturan antara penerjemahan bahasa musik atau sound colour yang tidak sepenuhnya terdeliver kepada soundman/ sound engineer.

Apakah telinga kita siap untuk menerima perkembangan musik eksperimental? "Calling The New Gods" adalah karya paling ikonik untuk berkenalan dengan Senyawa.

Bentuk karya musik seperti apapun akan bergerak dengan sendirinya baik secara komunal maupun individu. Tidak harus sekarang, mungkin 10-20 tahun ke depan, Ruly Shabara dan Wukir Suryadi akan paling sering dibicarakan di meja-meja warung kopi ketika musik Indonesia memasuki era ekperimental. Itu yang mereka percaya hingga saat ini.

Poinnya, musik eksperimental tidak hanya berbicara mengenai komposisi-komposisi yang disajikan dan memanjakan telinga, melainkan ditekankan lebih kepada sebuah peristiwa musik dan proses perjalanan bunyi yang dikemas dan dipertontonkan. Musik hadir untuk musik itu sendiri.

Mari kita mundur sejenak 

Pernah dengar "Slamet Abdul Syukur" "Dedicace #1" & "Memet Chairul Slamet" "Menunggu Batu Bernyanyi" atau karya fenomenal dari John Cage "4.33" ? Mari sedikit berkenalan dengan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun