Mohon tunggu...
Rizki Laila Harahap
Rizki Laila Harahap Mohon Tunggu... profesional -

terlahir 28 tahun yang lalu di kota Medan, mengarungi kerasnya hidup sebagai bankir di Jakarta selama 6 tahun, memilih berhenti dan pindah ke Malaysia, dan saat ini memperjuangkan diri mengejar passion-nya sebagai Perencana Keuangan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bahaya Tidak Punya Asuransi..

27 Februari 2013   17:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:35 573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dulu sekali sebelum saya bekerja, dan mulai tinggal jauh dari orang tua, saya tidak pernah tahu apa fungsinya asuransi.

Sedikit sekali yang saya tahu tentang asuransi. Hanya ada suatu masa rumah kami kerap kali dikunjungi oleh agen asuransi yang notabene masih ada hubungan kekerabatan dengan keluarga kami, akan tetapi kehadirannya selalu disambut malas-malasan oleh kedua orang tua saya. Saya masih ingat apa yang saya tanyakan kepada Ibu saya waktu itu :

"Kenapa kedatangan orang itu ke rumah kita sepertinya tidak diharapkan?"

Ibu hanya menjawab, "Ya, karena setiap kali dia datang, dia menawarkan asuransi kepada kita. Ibu tidak percaya dengan asuransi, selain itu kita belum tahu apakah secara agama asuransi dibenarkan atau tidak"

Saya sangat penasaran waktu itu, kenapa Ibu sampai tidak percaya, pasti ada alasan tertentu. Dan akhirnya saya tahu jawabnya. Ternyata Almarhum Kakek saya pernah memiliki asuransi jiwa yang dibelinya dari agen asuransi. Asuransi jiwa yang dibeli ternyata peruntukannya bagi jiwa yang hilang karena kecelakaan, jadi bukan asuransi jiwa yang cair dengan sebab meninggal wajar atau sakit. Mungkin inilah yang membuat, Ibu tidak percaya. Sebenarnya, menurut saya edukasinya saja yang pada masa itu belum benar. Orang-orang belum diajarkan untuk sedikit lebih kritis mengenai asuransi, sehingga masih mengambil asuransi yang sebenarnya mungkin tidak diperlukan. Belum lagi, zaman dulu mengomunikasikan mengenai kepemilikan asuransi masih dianggap hal yang tidak pantas dibicarakan, seperti kata Ibu, seperti menghargai jiwa dengan uang, jika membeli polis asuransi jiwa. Singkat cerita, kekecewaan orang tua saya terhadap kejadian mengenai asuransi yang dialami oleh Almarhum Kakek membuat saya pun malas dan selalu berpikir negatif tentang asuransi.

Sampai, saat di mana saya dihadapkan pada Surat Kontrak Kerja saya yang pertama. Pada surat kontrak tersebut tertera mengenai benefit asuransi yang akan saya peroleh selama saya bekerja untuk perusahaan tersebut. Karena belum punya pengalaman mengenai kontrak kerja, saya pun jadi banyak bertanya dan banyak browsing di internet. Ternyata selain gaji dan aturan lembur serta allowance, benefit asuransi menrupakan salah satu pertimbangan bagi para karyawan untuk bergabung ke dalam satu perusahaan.

Dari situlah saya mulai mencari tahu lebih lanjut tentang asuransi. Dari situ juga saya baru tahu kalau asuransi itu bukan hanya asuransi jiwa, melainkan ada bermacam-macam jenisnya, seperti : Asuransi kesehatan yang juga terbagi atas rawat inap dan rawat jalan. Asuransi jiwa yang masih ada kelanjutannya ke tipe yang term life, whole life atau endowment. Asuransi kenderaan bermotor, kebakaran, dan dari hasil browsing itu juga saya jadi tahu kalau J.Lo mengasuransikan anggota tubuhnya.

Pertama kali saya menggunakan asuransi yang disediakan oleh kantor adalah ketika ada bintilan yang sangat mengganggu pada mata kanan. Bermodalkan kartu asuransi saya mengunjungi rumah sakit spesialis mata, dan ternyata mata saya harus dioperasi, saat itu juga.

Perasaan saya campur aduk, walaupun operasinya terhitung operasi kecil, tapi rasa takut kalau biaya operasi tersebut tiba-tiba tidak ditanggung oleh asuransi, akan jadi bahaya buat saya, bahaya buat keuangan saya tepatnya. Anak kos yang gengsinya terlalu tinggi untuk minta uang kiriman dari orang tua ini (baca : saya), menyampaikan hal ini ke pihak administrasi rumah sakit. Intinya, kalau operasi tidak ditanggung, saya harus pulang dulu untuk menghitung tabungan yang saya punya, dan berpikir ulang apakah operasi ini memang harus dilakukan. Padahal saya sendiri sudah tidak nyaman dan merasa terganggu sekali dengan mata saya yang terasa perih dan bengkak akibat bintilan itu.

Syukurnya, pihak rumah sakit menerima konfirmasi dari pihak asuransi, bahwa biaya operasi saya akan ditanggung dan saya tidak akan mengeluarkan biaya apapun, ya kecuali biaya taksi dari rumah sakit ke kos-an saya tentunya. Itu adalah kali pertama, saya merasakan manfaat yang sangat berarti dari keberadaan asuransi.

Dari pengalaman saya di atas, hingga sekarang akhirnya saya memutuskan untuk selalu memiliki asuransi kesehatan. Karena tidak ada yang bisa lari dari resiko terkena sakit, baik sakit sesepele apapun itu jenisnya. Itulah pertimbangannya kenapa saya, yang sekarang sudah menjadi kami (suami, saya dan anak) memiliki asuransi kesehatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun