Mohon tunggu...
Kiky Rifky
Kiky Rifky Mohon Tunggu... Freelancer - Writer

Menulis untuk hidup abadi.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Surat untuk Renny 4

16 November 2023   22:31 Diperbarui: 16 November 2023   22:32 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ren...

Genap satu tahun pasca Kliwonan terakhir kita, aku dipaksa mengikhlaskan lima tahun waktuku yang kau sia-siakan. Hari-hariku di pertengahan November hanya menjenguk masa lalu dari awal kita bertemu hingga kepergianmu.

Aku masih tak menyangka kau setega itu membuang waktu yang kukira kita sedang berjalan bersama bergandeng tangan menuju surga menyusul pahlawanmu. Dari membalas cerita hingga menjadi cerita, satu persatu tabir kemustahilan bisa tersingkap saat bersamamu.

Mungkin kau ingat awal mula kau memintaku mengajakmu di acara Habib Umar, bahkan di Jakarta pun kau siap, di tahun itu pula Allah mengirimkan Habib Umar ke Semarang seolah satu pinta kita terjawab.

Baca juga: Surat untuk Renny 3

Lalu ke Habib Ali Al-Jufri yang menghadirkan sejuta keajaiban, dipertemukan dengan orang-orang baik yang kini kau lupakan di balik kata "kudoakan", kau sendiri yang bilang bahwa seluruh perjalanan kita seolah didukung semesta.

Hingga rutinan Kliwonan yang tiba-tiba terputus keistiqomahan kita sebab tujuanmu yang berubah, membuatku selalu tak kuasa menghadiri majelis-majelis itu sebab bayangmu terus menghantuiku; dan yang kutakutkan sudah terjadi.

Apa hanya aku yang membaca isyarat langit tentangmu, saat kejumawaanmu menghadiri majelis dengan orang lain, HP yang saat itu genting untuk skripsi dan data penting lainnya raib, seakan Allah mencabut ketenangan majelis dari hatimu.

Baca juga: Surat untuk Renny 2

Tak bisa menolak kalo Amang yang ngajak, sepertinya tak ada satupun ajakanku yang berjalan sempurna, yang ada adalah penolakan dan berjuta alasan, tak seperti di awal kenal yang bisa hadir tiga majelis dalam sepekan. Bahkan ajakanmu yang selalu kau lewatkan.

Kau tau, ketika kau menanyakan liburku, aku sangat bahagia dan berharap bisa seharian bersamamu, aku rela berebut hari libur hingga nyaris ribut hanya untuk hari yang tak berjalan semestinya, sudah lima kali kuhitung.

Baca juga: Surat untuk Renny 1

Hingga kemarin Rabu nyaris hari kerjaku hilang sebab doa yang katamu kenceng untuk hadir di MAJT meraih cahaya lentera dari Tarim dan syarifah idolamu, untung malamnya kutanyakan dan aku tak jadi libur, aku bekerja dengan hati yang hancur mendengarmu memilih lelaki lain daripada lelaki yang sudah menjagamu selama lima tahun, menata masa depan bersama; yang kini sirna.

Banyak sekali tempat ngobrol dan tempat jajan baru yang kupersiapkan saat jalan bersamamu, kini harus kulupakan semua; mie ayam, soto, salak, jalan kenangan, dan semua hal yang kau suka.

Kau sangat mengenalku bukan? Aku adalah manusia paling peduli dengan waktu, waktu yang hilang setengah jam pun sangat kusesali, apalagi lima tahun? Nuranimu di mana, Ren?

Aku tak pernah merasa menjadi orang baik, namun kau yang menganggapku baik agar leluasa menolakku dan menerima orang baru, artinya satu fitnah baru saja kau ciptakan untuk dirimu sendiri.

Semakin bertambah usia, semakin tak siap untuk menikah katamu. Ya, aku sabar menunggu hingga kau siap, namun ketika orang baru itu hadir di hidupmu, mengapa tiba-tiba kau siap? Secepat itu, seseketika itu. Boleh aku kecewa?

Bermula dari biola kematian senja, kau menjadi besar. Bermula dari pengertian rotib, kau menjadi sholihah. Bermula dari nomor Cici Wardani, kau menjadi guru hingga tak punya waktu. Kau masih ingat semua, bukan?

Awal kuliah, kita survey pondok di Kajen. Awal mengajar, kita survey pondok di Pesalakan. Bahkan saat rapat yang memaksamu naik mobil, kau minta aku menyusulmu ke Batang, semua kulakukan demi masa depan kita, namun setelah kau sukses dengan orang-orang baru di sekitarmu, aku harus rela terbuang.

Kau bilang aku harus mencoba menerima orang-orang baru? Bangsat sekali, kau mengenalku sebagai lelaki yang dingin kepada orang yang belum kukenal, namun ketika akrab ... jangan ditanya sehangat apa obrolan kita, dan itu hanya bisa kulakukan denganmu.

Aku bahagia saat orang yang kucintai bahagia? Lelaki mana yang sanggup melakukannya? Dusta sekali saat wanita yang dicintai memilih orang lain, ia tetap bahagia.

Sampai kapanpun aku tak pernah sanggup, namun kehidupan harus tetap berjalan, aku akan mencoba terbiasa dengan luka hingga kau sadar betapa besar cintaku hingga tak ada lelaki lain yang bisa melakukannya selain pahlawanmu.

Ketika kau di majelis Fathimiyyah, salam rindu kusampaikan pada pahlawanmu seolah aku berbincang kepada beliau, "Pak, kulanjutkan tarbiyyahmu pada anak perempuanmu agar kau senantiasa bahagia dan membanggakannya di alam sana."

Ren, aku canggung untuk menemui pahlawanmu meski beda alam, sebab aku lancang selalu menyebut namamu dan namanya menjadi bagian doa yang selalu kugaungkan, terutama saat khatib duduk di antara dua khutbah Jum'at, rupanya doaku terlalu memaksakan.

Katamu akan ada masa Allah mengijabah doaku, padahal doaku selalu namamu, namun kau memilih menjadi orang lain yang bukan bagian dari doaku. Setan mana yang merasuki akal dan hatimu?

Untung saja kemarin Rabu gagal majlas, andai saja kita jadi majlas, betapa hancurnya aku setelah pulang, aku baru tau bahwa kau telah bersanding dengan lelaki lain, padahal saat majlas berlangsung, kau kubanggakan di hadapan Allah dan Rasul-Nya, Sayyidah Fathimah dan anak cucunya, terutama pahlawanmu yang mendapat limpahan rahmat-Nya.

Aku tak bisa berkata bahwa aku tak apa, namun waktu terus mengalir dan aku memaksakan diri untuk terbiasa segalanya; tanpa kabarmu, tanpa tawa dan nyanyian sumbangmu, tanpa kernyitan kejoramu, bahkan tanpa senyum menawanmu.

Ren, aku masih rumahmu.

Sudut Kamar, 16 November 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun