Mohon tunggu...
Kiky Rifky
Kiky Rifky Mohon Tunggu... Freelancer - Writer

Menulis untuk hidup abadi.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Surat untuk Renny 4

16 November 2023   22:31 Diperbarui: 16 November 2023   22:32 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kau sangat mengenalku bukan? Aku adalah manusia paling peduli dengan waktu, waktu yang hilang setengah jam pun sangat kusesali, apalagi lima tahun? Nuranimu di mana, Ren?

Aku tak pernah merasa menjadi orang baik, namun kau yang menganggapku baik agar leluasa menolakku dan menerima orang baru, artinya satu fitnah baru saja kau ciptakan untuk dirimu sendiri.

Semakin bertambah usia, semakin tak siap untuk menikah katamu. Ya, aku sabar menunggu hingga kau siap, namun ketika orang baru itu hadir di hidupmu, mengapa tiba-tiba kau siap? Secepat itu, seseketika itu. Boleh aku kecewa?

Bermula dari biola kematian senja, kau menjadi besar. Bermula dari pengertian rotib, kau menjadi sholihah. Bermula dari nomor Cici Wardani, kau menjadi guru hingga tak punya waktu. Kau masih ingat semua, bukan?

Awal kuliah, kita survey pondok di Kajen. Awal mengajar, kita survey pondok di Pesalakan. Bahkan saat rapat yang memaksamu naik mobil, kau minta aku menyusulmu ke Batang, semua kulakukan demi masa depan kita, namun setelah kau sukses dengan orang-orang baru di sekitarmu, aku harus rela terbuang.

Kau bilang aku harus mencoba menerima orang-orang baru? Bangsat sekali, kau mengenalku sebagai lelaki yang dingin kepada orang yang belum kukenal, namun ketika akrab ... jangan ditanya sehangat apa obrolan kita, dan itu hanya bisa kulakukan denganmu.

Aku bahagia saat orang yang kucintai bahagia? Lelaki mana yang sanggup melakukannya? Dusta sekali saat wanita yang dicintai memilih orang lain, ia tetap bahagia.

Sampai kapanpun aku tak pernah sanggup, namun kehidupan harus tetap berjalan, aku akan mencoba terbiasa dengan luka hingga kau sadar betapa besar cintaku hingga tak ada lelaki lain yang bisa melakukannya selain pahlawanmu.

Ketika kau di majelis Fathimiyyah, salam rindu kusampaikan pada pahlawanmu seolah aku berbincang kepada beliau, "Pak, kulanjutkan tarbiyyahmu pada anak perempuanmu agar kau senantiasa bahagia dan membanggakannya di alam sana."

Ren, aku canggung untuk menemui pahlawanmu meski beda alam, sebab aku lancang selalu menyebut namamu dan namanya menjadi bagian doa yang selalu kugaungkan, terutama saat khatib duduk di antara dua khutbah Jum'at, rupanya doaku terlalu memaksakan.

Katamu akan ada masa Allah mengijabah doaku, padahal doaku selalu namamu, namun kau memilih menjadi orang lain yang bukan bagian dari doaku. Setan mana yang merasuki akal dan hatimu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun