22 tahun lalu...
Kala aku belum jua nampak batang hidungku
Kala aku belum tahu gemerlap dan riuhnya dunia sendu
Kala aku yang jua belum tahu apa itu problema dan juga waktu
22 tahun lalu....
Saat aku belum mengenal siapa ayah dan ibuku
Saat aku belum mengenal manisnya janji palsu
Saat aku belum mengenal piluh yang membuatku begitu tersedu
22 tahun lalu...
Ketika badan ku belum tampak adanya
Ketika raga dan jiwaku belum Tuhan beri nyawa
Ketika hatiku belum tahu tentang segala rasa
Dan ketika otak ku tak bergelayut rasanya putus asa
22 tahun kini...
Aku tumbuh bersama resah yang merajam
Kala bahagia yang tak kunjung kian datang
Aku bertahan meski waktu menusuk ku mengajak perang
Yang kemudian membuat ku tak berkutik dan diam
22 tahun kini...
Bisa kah kau beri aku sedikit celah
Agar aku bisa patahkan rasa resah
Agar aku bisa merubah sedikit gundah
Dan juga amarah yang ternyata terpancar sedemikian parah
22 tahun nanti...
Kala tubuh kian hari kian kerontang
Kala ingatan kian hari kian menghilang
Aku hanya ingin hidup damai
Dalam senyap duniaku yang nyatanya tak begitu permai
22 tahun nanti...
Bawa aku lari dari caci
Bawa aku pergi dari sunyi
Bawa aku hilang tanpa benci
Bawa aku pudar tanpa perlu menoreh sepi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI