Mohon tunggu...
Kiko Kawari
Kiko Kawari Mohon Tunggu... Lainnya - Kikokawari

Bla bla bla

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perempuan Yogyakarta Tanpa Basa-Basi, Jelas Berprestasi

3 Desember 2018   23:11 Diperbarui: 4 Desember 2018   20:05 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kata tabu menjadi usang jika digunakan pada konteks saat ini untuk melihat batasan peran serta partisipasi perempuan dan laki-laki di masyarakat. Perempuan dielukan harus berada di rumah megurusi dapur, sedangkan laki-laki bebas berkelana ke luar rumah. Hal itu tidak lagi relevan. Perempuan kini berbeda dengan yang lalu, perempuan kini telah memiliki porsi yang sama dengan laki-laki terkait peran dan keterlibatannya dalam masyarakat.

Indonesia pernah dipimpin oleh pemimin perempuan, sebut saja Megawati. Jerman memiliki konselir ternama yang bergender perempuan, Angela Merkel. Merkel menjadi perempuan pertama Jerman yang merupakan putri dari seorang pendeta di negara komunis Jerman Timur (dulu) dan memiliki gelar doktor dalam bidang kimia. Bahkan ia menjadi salah satu "Tokoh 2015" versi majalah Time. Dua perempuan ini memerlihatkan bahwa kini perempuan bukan hanya pandai di dapur, melainkan pandai pula mengatur dapur negara.  

Serasi dengan prestasi kedua perempuan di atas, Yogyakarta pun tidak kalah agresif dalam menelurkan sosok-sosok berprestasi. Tanpa basa-basi dan gosip sana-sini melulu tentang sinetron Anak Motor Gaul, perempuan Yogyakarta sarat akan inovasi yang berdampak positif dalam kehidupan masyarakat sekitarnya. Perempuan Yogyakarta masa kini memberikan udara segar sebagai representasi wajah perempuan masa kini yang sedikit bicara banyak aksi.

Reky Martha, salah satu pendiri Hoshizora Foundation yang rela melepas karir gemilangnya di Amerika Serikat demi yayasan sosial yang bergerak di dalam penyalur beasiswa untuk anak sekolah dasar hingga menengah atas. Bahkan saat ini merambah program baru yang diperuntukan untuk "Adik Bintang" (istilah bagi penerima beasiswa Hoshizora) untuk melanjutkan ke jenjang perkuliahan. Hoshizora berdiri berdasarkan kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi anak-anak demi masa depan Indonesia. Hoshizora kini tidak hanya membantu anak-anak di Yogyakarta saja, tetapi lebih jauh lagi dari Nusa Tenggara hingga Papua mulai merasakan campur tangannya.

Selanjutnya, ada SOYA C(O)U(L)TURE yang merupakan proyek kolektif perempuan-perempuan Yogyakarta yang menciptakan produk fesyen dari limbah tahu. Proyek ini diprakarsai oleh XXLAB yang berinisiatif mengembangkan teknologi open source. Mereka mendorong untuk mengurangi pencemaran air dengan mensubtitusi bahan-bahan fesyen yang normalnya berasal dari kulit hewan dengan kain unik yang berasal dari limbah tahu. XXLAB memperlihatkan pada kita bahwa fesyen dapat pula dihasilkan dari bahan yang mungkin tidak bernilai seperti limbah menjadi produk yang bernilai dengan estetik yang memuaskan tentunya.

Perhatian XXLAB terhadap lingkungan mengingatkan kita pada salah satu kandidat DPD RI Dapil DIY, Bambang Soepijanto yang memiliki visi yang sama dengan XXLAB, yakni "mewujudkan keserasian lingkungan hidup di seluruh wilayah provinsi DIY." Perhatian Bambang terhadap lingkungan sangat serius agar tercipta keajegan alam dan manusia sebagai penghuninya. Bambang yang saat ini dipercaya menjadi ketua umum Asosiasi Panel Kayu Indonesia (AKPINDO) tidak segan-segan memikirkan jalan terbaik agar menjaga keserasian lingkungan untuk pembangunan berkelanjutan di wilayah DIY kedepannya jika ia menjadi DPD RI Dapil DIY.

Apa yang dilakukan Reky Martha untuk membantu kebutuhan sekolah anak-anak serasi dengan konsep yang diusung Bambang Soepijanto "Ngayomi, Ngayemi, Ngayani." Ketiga konsep itu mengerucut pada memberikan pelayanan dan bantuan pada sesama secara tulus demi kemajuan sesama.  Ketentraman akan tercipta dengan uluran tangan yang hangat dan bersahabat bagi yang membutuhkan. Selain itu, Reky dan Bambang memiliki kesamaan lainnya, yakni membantu orang kecil atau wong cilik agar mereka dapat berpartisipasi untuk kemajuan bangsa dengan memperbaiki kualitas hidupnya melalui bantuan pendidikan, kesehatan, dan keamanan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun