Hadirnya Jurnalisme Online kini menjadi perkembangan dari jurnalisme tradisional. Dimana keterbukaan informasi, dapat diakses kapan saja dan dimana saja didukung dengan hadirnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang mumpuni (Harahap, 2016:137). Namun di lain sisi, hal itu menjadikan masyarakat kini tidak lagi bergantung pada informasi yang terdapat pada surat kabar dan media massa lainnya yang bersifat satu arah. Maka dalam hal ini masyarakat memiliki kendali atas mengakses informasi sesuai dengan apa yang mereka butuhkan. Sehingga sangat memungkinkan informasi yang diterima oleh masyarakat diberikan oleh masyarakat biasa juga. Perubahan teknologi komunikasi dan informasi juga secara perlahan memberikan keunggulan yang cukup menjanjikan bagi perkembangan pers. Karena keunggulannya tanpa batasan ruang dan waktu menjadikan media massa mengadopsi cara itu bagi keberlangsungan kegiatan jurnalistik.
Pada era modern ini, percepatan dan kecepatan telah mengikat seluruh aspek kehidupan manusia, bahkan termasuk jurnalisme. Kecepatan dan percepatan telah menyeret jurnalisme ke dalam pusaran kompetisi global (Iskandar, 2016:29). Karena dalam hal ini media online menuntut kecepatan dari sebuah informasi untuk kemudian diberikan kepada masyarakat. Sehingga berita yang dikemas oleh media online biasanya berita yang berjenis straight news dan soft news, karena telah menjadi karakteristiknya sendiri yaitu kecepatan informasi. Dimana pada awalnya hampir tidak mungkin mengemas sebuah berita dengan jenis indepth report dikarenakan proses pengumpulan data dan informasinya yang memakan waktu banyak.
Berawal dari perkembangan teknologi yang semakin canggih berupa internet, perusahaan-perusahaan media kemudian melihat peluang yang cukup besar untuk memanfaatkan media online untuk menunjang distribusi beritanya (Widodo, 2013:2). Karena semakin hari semakin banyak media yang merintis portal online bagi beritanya, hal itu kemudian menjadi ajang bagi media untuk melakukan inovasi-inovasi terhadap karakter media yang mereka kelola. Sehingga disini terjadi pergeseran karakteristik awal media online, dimana pada awalnya media mengutamakan kecepatan berita, hingga kini menggunakan cara penyajian investigasi dan indepth report pada media online. Tujuan dari hal tersebut tidak lain adalah agar masyarakat dapat mengakses informasi secara mendalam mengenai sebuah isu.
Contohnya dapat dilihat pada media Tempo (https://investigasi.tempo.co/) dimana mereka telah menyediakan portal berita khusus yang menyajikan berita-berita investigasi terhadap publik. Selain kemudahan untuk mengaksesnya, kembali lagi kepada akidahnya dimana praktek jurnalistik yang berfokus pada internet ini juga dianggap dapat menjangkau masyarakat secara lebih luas. Selain itu berita juga didukung oleh kelebihan media online dimana ia bersifat multimedia capability sehingga dapat menampilkan informasi dalam bentuk teks, audio dan audio secara bersamaan. Sehingga dapat menambah ketertarikan masyarakat dalam mengakses informasi secara online. Karakteristik media online yang pada awalnya lekat dengan kecepatan informasi kini tidak lagi berlaku pada portal investigasi tempo. Karena dalam melakukan peliputan berita-berita investigasi cenderung memakan waktu yang cukup lama.
Contoh lainnya juga dapat dilihat pada portal berita https://tirto.id/ sebuah media online yang berfokus menyajikan berita dalam bentuk indepth report dan juga jurnalisme presisi. Tirto.id juga menyajikan video dokumenter berjenis jurnalisme investigasi yang dihadirkan secara online pada portal beritanya. Sehingga hal tersebut dapat menambah ketertarikan sebuah konten dan tetap dapat survive dalam kancah penyajian informasi bagi masyarakat. Dari contoh-contoh tersebut maka dapat disimpulkan bahwa jurnalisme online era kini semakin unggul jika dibandingkan dengan media tradisional. Karena pembaca kini dapat mengakses berbagai macam bentuk dan jenis informasi yang telah disediakan oleh media.
Tahapan perkembangan isi berita dalam media online menurut Pavlik (dalam Hadi, 2009:74) telah melewati tiga tahap yaitu: (1) surat kabar online pada awalnya hanya memindahkan versi cetaknya ke digital. Sehingga tidak terlihat perbedaan yang signifikan antara ciri-ciri media cetak dan media online. (2) media online telah melakukan inovasi-inovasi yang bersifat kreatif pada portalnya sehingga terdapat fitur-fitur seperti hyperlinks dan search engines yang bertujuan untuk memudahkan pembacanya dalam mengakses informasi sesuai kebutuhannya. (3) isi berita telah didesain secara khusus untuk media web sebagai wadah untuk komunikasi. Maka media memiliki wewenang untuk menentutkan standar jenis penyajian berita.
Namun pada akhirnya pergeseran tersebut merupakan cara bagi media untuk berinovasi dalam menyediakan informasi bagi masyarakat. Untuk dapat bertahan dalam ketatnya persaingan antar media, kini mereka berusaha sebisa mungkin menjaga kredibilitas dan akurasi pada informasinya. Sehingga kecepatan tidak selalu diutamakan pada jurnalisme online dewasa ini. Sehingga media itu sendiri harus dapat menjaga kepercayaan publik pula agar dapat tetap mendapatkan perhatian pembaca. Pesatnya perkembangan teknologi sendiri menjadi tuntutan bagi media hingga jurnalisme sendiri agar dapat beradaptasi dengan situasi dan kondisi yang berubah-ubah. Maka sangat memungkinkan bahwa elemen-elemen yang terdapat pada media mainstream dan belum di implementasikan pada media online, suatu saat akan dapat diaplikasikan juga. Karena itu merupakan cara untuk berinovasi terhadap konten-konten yang nantinya akan dikonsumsi oleh masyarakat.
Bagaimana nasib jurnalisme ke depannya?
Banyak yang bertanya-tanya tentang bagaimana nasib jurnalisme ke depannya. Bahkan hingga saat ini, hampir semua media cetak dan elektronik mengemas bentuk berita online, e-paper dan live streaming (Iskandar, 2016:28). Karena mau tidak mau media saat ini memang harus mengikuti perkembangan jaman agar tetap dapat eksis di kancah media. Namun di lain sisi, hal tersebut melahirkan konvergensi media yang juga mendasari munculnya fenomena konglomerasi media. Ditambah lagi semua media berlomba-lomba untuk melakukan inovasi terhadap medianya masing-masing. Dimana hal tersebut secara tidak langsung juga menambah tuntutan bagi jurnalis untuk dapat mengikuti dan menguasai pasar informasi sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Perkembangan jurnalisme pada masa ini akan memaksa seorang jurnalis media cetak mengadopsi gaya broadcast, dimana dalam dunia broadcastseorang jurnalis menulis untuk video, still imagesdan suara. Tujuan dari dilakukannya perubahan itu tidak lain adalah agar pembaca dapat lebih tertarik melalui visualisasi yang disajikan oleh media online. Pergeseran tersebut juga menjadi tuntutan bagi profesi jurnalis agar “melek” teknologi dan dapat menyentuh setiap elemen yang dapat menambah kemenarikan sebuah konten seperti gambar, animasi, suara dan tentu saja bahasa yang menarik agar pembaca tidak bosan dengan apa yang dibacanya.
Fenomena lain juga merujuk pada lahinya Jurnalisme Warga di era jurnalisme online ini. Menurut Wimar Witoelar bahwa esensi Jurnalisme Warga adalah semua orang bebas untuk bicara dan menyampaikan informasi. “Saat ini adalah era demokratitasasi total karena banyak sumber berita baru yang datang dari citizen journalist”. Cara penyampaian informasi yang dilakukan dalam Jurnalisme Warga juga terkesan mudah tersampaikan kepada lapisan masyarakat karena menggunakan cara yang umum. Sehingga faktor tersebut menjadi alasan masyarakat dalam mengkonsumsi informasi tersebut karena mudah dipahami. Namun di lain sisi karya jurnalistik yang dibuat oleh masyarakat biasa tidak dapat dipertanggungjawabkan akurasinya. Karena jika ditelaah lagi, masyarakat tidak memahami nilai-nilai wajib dan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam membuat sebuah karya jurnalistik. Hal tersebut berbanding terbalik dengan wartawan profesional yang dari awal telah memiliki kode etik jurnalistik. Sehingga acapkali informasi yang dihasilkan oleh masyarakat tidak memiliki pondasi pada klarifikasi.