Di kampung Ayah saya di Jatisrono, Wonogiri, saat ikut beliau pulang kampung, di sana di sekitar tempat tinggal Mbah Kakung dan Mbah Putri saya melihat Masjid, Gereja Kristen Jawa, dan Gereja Katholik yang letaknya berdekatan. Ada juga yang menganut Kejawen.
Di sekolah, dari SD, SMP, sampai SMA, kami mendapat pelajaran Pendidikan Moral Pancasila, di antaranya ada pembahasan mengenai toleransi dan kerukunan antar umat beragama. Saya berpikir bahwa kami sudah menjalani pelajaran yang diajarkan oleh guru, selama tinggal di lingkungan manapun.
Saat kuliah saya bersahabat karib dengan Johny Maxwell yang beragama Kristen Protestan, dan Johannes yang beragama Katholik.
Lalu ketika saya bekerja di Standard Chartered Bank Bandung, saya berteman akrab dengan Edra Marlen Sinambela, Daisy Yanuarita, yang beragama Kristen Protestan, dan mereka menganggap saya sebagai kakak.
Sewaktu saya dipindahkan ke Standard Chartered Bank Denpasar, saya bergaul dengan teman-teman yang sehobby sepak bola. Ada Gusti Ngurah, I Nyoman Suparna, Andre, Dominggus,...yang berlainan tempat kerja dan berlainan segala-galanya.
Sayapun berteman dekat dengan Pak Gusti, Pak Bambang, dan Pak Nathan, yang selalu mengantar saya ke mana-mana. Ada juga perempuan Bali yang bersahabat karib dengan saya, Ni Made Mariani dan Ni Made Dharmini. Hubungan persahabatan kami tetap utuh sampai sekarang.
Begitulah saya mengenang toleransi sederhana dan kerukunan hidup di antara kami yang berbeda agama dan keyakinan. Di antara banyak kisah kehidupan lainnya yang saya saksikan di masa lalu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI