Pepen membuang muka ke meja tulisnya. Menatap foto Mira yang di figura kecil itu.
"Mungkin  Mama sangat mengkhawatirkan. Apa lagi ke Mira sudah nggak seperti ke orang lain. Miranya juga sudah seperti ke orang tuanya sendiri. Sekarang mau ditinggalin lama sekali. Paling sebentar tiga bulan Kus, sekali berlayar teh.
Jangankan orang lain, Mama sama Babe juga nggak percaya awalnya waktu bilang mau kerja di kapal teh. Sampsi terus sering bertanya apa alasannya. Dipikir ke arah situ bener mungkin ya, alasannya tidak bisa dimengerti orang lain."
"Iya. Cuma bisa melanglang jagat, sampai ninggalin ini ninggalin itu."
"Kalau meninggalkan segala hal mungkin nggak, Kus. Kan niatnya juga sekarang mah cuma sekadar ingin mencari pengalaman. Sebab di darat cuma begini dan begini saja, siapa tahu kalau di lsutan mah."
"Apa lagi begitu, seperti yang sengaja membuang diri."
"Gimana kalau iya begitu Kus?"
Kusnadi agak terperangah. Ditatapnya wajah Pepen. Apa benar dia yang tadi bicara?
"Ada masalah apa Pen, kalau benar sampai sengaja membuang diri."
"Kesal sama Kang Zul!" jawabnya pendek.
Kusnadi tidak terburu-buru bertanya lagi. Pepen juga begitu, seperti menyimpan titik di bagian itu. Kusnadi agak memikirkannya. Sekarang pembicaraan Pepen sudah tidak ada agak bercandanya.