"Sampai sekarang mah belum punya pikiran apa-apa. Malah tadi teh baru beres-beres di kantor. Mengambil yang sekiranya penting."
"Ada siapa di sana?"
"Cuma Si Emang. Yang Pepen mah sudah nggak ada apa-apa lagi?"
Pepen menggeleng.
"Sudah dibakar semuanya!" jawab Pepen.
"Dibakar?"
Pepen termenung.
"Si Emang nggak bilang apa-apa gitu?" tanya Pepen.
Kusnadi menggeleng.
"Nggak tahu gimana, mulanya niat teh sangat baik." kata Pepen. Â "Ke kantornya juga malah sengaja bareng sama Mira. Semua diberesin, disusun. Mendadak Mira cerita, katanya Teh Iceu ngajak main ke Pangalengan, lihat yang bikin lahan buat peternakan. Mira juga merinci lagi. Berapa hektar lahannya, berapa persiapannya sama siapa saja yang nantinya akan bekerja di sana. Nggak tahu gimana, dengar begitu ujug-ujug kesal saja. Sampai ingin melupakan segala rupanya. Nggak ingin lagi ingat ke PUBLIK dan segala rupa yang berkaitan dengannya.
Segala yang dikumpulin teh Kus, akhirnya mah aku bakar. Mira mencegahnya, tapi malah aku bentak. Aku kesal Kus. Sangat kesal! Awalnya kesal ke Kang Zul sama Oom Jaya. Tapi lama-lama kepikiran, mungkin begitu juga sudah niat mereka. Kalau mau kesal kita teh harus kesal ke diti sendiri. Kenapa kita sampai nggak punya pikiran cadangan."