Pernah ada seorang nelayan miskin yang tinggal di tepi danau, yang sekarang disebut Danau Victoria. Karena miskinnya, dia hanya mempunyai seorang istri dan seorang anak laki-laki, mereka tinggal bersama di gubuk kecil yang sangat miskin di tepi danau.
Nelayan itu mempunyai perahu tetapi sudah sangat tua dan penuh lubang sehingga dia tidak pernah dapat pergi sangat jauh dari tepian. Dia tidak bisa menempuh perjalanan ke tempat-tempat di mana nelayan-nelayan lain menangkap ikan jauh dari tepian. Hasil tangkapannya tak pernah cukup untuk dijual, hampir tidak cukup untuk memberi makan keluarga kecilnya.
Dia tidak pernah punya waktu untuk melakukan apapun selain bekerja. Meskipun hidupnya sudah cukup berat, istrinya membuatnya lebih sulit karena dia selalu mengeluh.
"Kita tidak pernah punya cukup makanan dan ada lubang di atap. Aku juga butuh kulit baru untuk membuat gaun, dan aku ingin pernak-pernik cantik untuk dikenakan di leherku seperti perempuan-perempuan lain.
Bahkan putra mereka sangat lelah mendengarkan keluhan-keluhan ibunya dan dia banyak meluangkan waktu bersama ayahnya. Tetapi di suatu pagi ayahnya berkata, "Kamu lebih baik tinggal di rumah hari ini, nak. Perahu tua ini tidak akan kuat membawa kita berdua lebih lama lagi." Dia mendorong dayung panjang dan menggerakkan perahu tua perlahan-lahan ke danau lepas. Putranya duduk di tepi dan menangis," Ya Tuhan! Kenapa kami harus miskin?" ujarnya dengan sangat sedih.
"Kau tidak perlu miskin lagi." kata satu suara.
Anak laki-laki itu terkejut dan memantau ke sekeliling, tetapi dia tidak melihat siapa-siapa.
Suara itu berkata,"Aku akan mengabulkan tiga permintaanmu - satu untuk setiap orang di keluargamu. Kalau menggunakan tiga permintaan itu dengan bijak kau tidak akan pernah menjadi miskin lagi."
Anak laki-laki itu sangat senang mendengarnya sehingga dia berlari sepanjang jalan pulang ke gubuk dan menceritakan kepada ibunya.
" Ibu bisa mengajukan satu permintaan." Dia bilang. " Hanya satu permintaan, tapi ibu bisa memiliki semua yang ibu inginkan."
Perempuan itu tidak benar-benar mempercayai anaknya, tetapi dia berkata, "Nah, kalau kau mengatakan yang sebenarnya, aku dulu berharap aku adalah gadis yang paling cantik di dunia." Segera dia berubah menjadi gadis muda yang sangat cantik.
Sekarang kepala suku di daerah itu sedang mencari istri bsru dan anak buahnya mencari ke mana-mana seorang istri untuknya. Ketika melihat ibu anak laki-laki itu yang menjadi perempuan tercantik di seluruh dunia, mereka memintanya untuk datang dan menemui kepala suku.
Perempuan bodoh itu sangat senang. Sehingga kepala suku harus memilihnya sebagai istri. Sehingga dia tidak mempertimbangkan suami dan putranya yang malang di gubuk mereka, dan mengikuti orang-orang itu ke pondok kepala suku, yang berdiri terpisah dari rumah-rumah yang lain.
Anak muda itu sangat marah kepada ibunya sehingga dia mengikutinya sepanjang jalan, tetapi para pengawal mencegahnya di gerbang.
"Apa yang kau inginkan, bocah?" Â tanya mereka sambil mendorongnya mundur.
"Aku ingin bicara kepada ibuku." ujarnya, sambil menunjuk gadis cantik yang sekarang duduk di kaki kepala suku.
" Kau gila?" bentak para penjaga, mendorongnya menjauh.
"Gadis muda yang cantik itu, ibumu?" mereka mentertawakannya. "Dia akan menjadi istri baru kepala suku. Kalau dia mendengarmu bicara seperti itu dia akan membunuhmu dan melempar mayatmu ke kawanan hyena. Pergi!"
Putranya penuh duka sampai dia duduk di bawah pohon dan menangis.
"Kuberharap dia berubah menjadi anjing." keluhnya, tanpa memikirkan apa yang dikatakannya.
"Siapa yang membawa anjing ini ke sini?" bentak kepala suku dengan sangat marah, melihat anjing yang berdiri di atas kakinya yang semula adalah gadis cantik. " Bawa dia ke luar dari sini! Ke mana perginya gadis itu?"
Anjing malang, yang semula gadis cantik, yang semula perempuan yang suka mengeluh, berlari melalui gerbang dan putranya mengikutinya ke gubuk mereka. Nelayan itu pulang ke rumah saat itu membawa tiga ikan kecil. "Anjing siapa ini?" tanyanya.
"Kita tidak punya cukup uang untuk memberi makan anjing. Kita hanya punya makanan untuk kita sendiri. Di mana ibumu, nak?"
"Itu dia!" anak laki-laki itu malu-malu menjawab, menunjuk ke anjing itu.
"Tapi jangan marah, ayah." Dia menambahkan dengan cepat, dan dia menceritakan tentang tiga permintaan."Ayah lihat sendiri, ayah satu-satunya yang tersisa dengan satu permintaan." ceritanya berakhir.
Nelayan itu lama memandang anjing. Dia memandang putranya dan gubuk kosong mereka, dan lalu dia berkata,"Aku berharap istriku menjadi seperti dia sebelumnya."
Seketika anjing itu berubah kembali menjadi istrinya. Karena perempuan bodoh itu telah menyia-nyiakan harapannya, keluarganya tetap miskin; tetapi dia tidak pernah mengeluh lagi.
(Judul Asli : The Woman Who Always Complained dari buku Fabel from Kenya, disusun oleh L. Farrant. Diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Wahyu Barata).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H