Mohon tunggu...
Wahyu Barata
Wahyu Barata Mohon Tunggu... Penulis - Marketing Perbankan

Wahyu Barata.Lahir di Garut 21 Oktober 1973. Menulis puisi, cerita pendek,dan artikel. Tulisan-tulisannya pernah dimuat di Sari Kata, majalah Aksara , Media Bersama, Kompas, Harian On Line Kabar Indonesia, beberapa antologi bersama, dan lain-lain.Kini bekerja sebagai marketing perbankan tinggal di Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Sungai Citarum, Dicemari dan Diminati

28 Juli 2021   23:57 Diperbarui: 29 Juli 2021   00:34 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Dokumentasi Pribadi.

Mengalir dari serungkup hutan, melalui desa dan kota, bersatu menjadi sungai besar Citarum yang membentang lebih dari 300 kilometer, dari selatan menuju utara pulau Jawa.

Debit sungai sangat besar, tiga bendungan besar Saguling, Cirata, dan Jatiluhur, menyekat dan memanfaatkan aliran airnya untuk sumber listrik di Jawa dan Bali.

Di hulu dulu hutan pernah menjadi penyangga dan penyaring air, namun sedikit demi sedikit orang-orang menebang pohon-pohon untuk bahan bangunan, lahan bekas penebangan dijadikan ladang atau sawah. 

Pasir dan batu diangkut, tanah betlumpurnya dimanfaatkan untuk membuat batu bata dan genting, semuanya dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Indahnya Sungai Citarum memikat orang-orang Belanda di masa penjajahan kolonial. Air terjun yang terbentuk di beberapa bagian alirannya menjadi salah satu daya tarik wisata.

Ketika semakin banyak orang mendirikan rumah di sepanjang alirannya, semakin banyak pengrusakan hutan, semakin banyak pasir dan batuannya yang dijual.

Dengan berdirinya tiga bendungan itu, selain bisa memanfaatkan listrik, jaring-jaring (tambak) terapung menjadi usaha sampingan di dalam bendungan. Juga menjadi destinasi wisata di akhir pekan dan di masa liburan. Meskipun alirannya menjadi tidak bebas.

Waktu saya main ke Sungai Citarum beberapa tahun lalu, airnya tidak bening. Beberapa bagian sungai sangat tercemar. Tetapi masih ada orang-orang yang menggunakan airnya untuk mandi, mencuci, dan kakus. Masih ada orang-orang yang memancing ikan. Seolah-olah mereka tidak mencium bau menyengat dari sungai.

Dan ternyata Sungai Citarum masih menjadi salah satu primadona penggiat olah raga di alam terbuka seperti arung jeram, layar, dan selancar. 

Di kampung Cisameng, di daerah Rajamandala, di hilir bendungan Saguling, satu segmen sekitar 5 kilometer dari Sang Hyang Tikoro, tempat yang dulu dipercaya membuat Danau Bandung surut sampai jembatan lama, Cipatat, saya melihat river boat memanfaatkan riak dan ombak Sungai Citarum yang masih cukup besar. 

Banyak club-club penggiat olah raga alam terbuka dari Bandung dan Jakarta memanfaatkan Sungai Citarum untuk berlatih dan untuk menempa calon-calon anggota mereka. 

Perusahaan-perusahaan pariwisata menyediakan jasa layanan  berperahu di atas riak-ombaknya. Saya melihat perahu-perahu layar dan olah raga selancar di Jatiluhur. 

Danau yang tercipta dari bendungan ini sering menjadi tempat event dua kategori olah raga itu di tingkat lokal, nasional, dan internasional.

Foto Dokumentasi Pribadi.
Foto Dokumentasi Pribadi.
Sayang, orang-orang hanya memanfaatkannya saja. Tetapi akhir-akhir ini saya juga sering membaca dan melihat tayangan-tayangan di media sosial, bahwa pemerintah dan masyarakat sudah membuat program untuk peduli, melestarikan dan melindungi Sungai Citarum, meskipun terkendala koordinasi dan penanganannya yang belum tuntas.

Begitu indahnya kalau Sungai Citarum kembali jernih seperti dulu. Koordinasi penataan dan perlindungan konservasi sungai yang baik dari seluruh komponen yang saling bekerja sama, semoga akan menyelamatkan Sungai Citarum dari pengrusakan dan pencemaran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun