Mohon tunggu...
Wahyu Barata
Wahyu Barata Mohon Tunggu... Penulis - Marketing Perbankan

Wahyu Barata.Lahir di Garut 21 Oktober 1973. Menulis puisi, cerita pendek,dan artikel. Tulisan-tulisannya pernah dimuat di Sari Kata, majalah Aksara , Media Bersama, Kompas, Harian On Line Kabar Indonesia, beberapa antologi bersama, dan lain-lain.Kini bekerja sebagai marketing perbankan tinggal di Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hakikat Perayaan Hari Raya Idul Fitri

19 Mei 2021   21:45 Diperbarui: 19 Mei 2021   21:55 601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Menjalani ibadah puasa Ramadhan bagi sebagian orang terasa melelahkan dan merepotkan. Tetapi bagi umat Islam yang memenuhi syarat tetap harus menunaikan kewajiban berpuasa. 

Setelah lulus melewati segala ujian lahir dan batin selama bulan Ramadhan, pada tanggal 1 Syawal kita bergembira merayakan Hari Raya Idul Fitri, kita biasa menyebutnya Hari Kemenangan. Bagaimana kita tahu telah lulus? Hanya Allah yang tahu, dan tanyakan kepada diri masing-masing apakah telah lulus?

Hari raya Idul Fitri memang seharusnya dirayakan dengan penuh suka cita, karena kita mendapat keutamaan dan karunia dari Allah. Buah kebahagiaan bila taat beribadah, seutuhnya bersyukur, bertaqwa, dan beramal shaleh karena lillaahi ta'ala.

Tetapi seiring waktu berjalan hari raya Idul Fitri mengalami pergeseran makna. Sebagian orang menganggapnya harus dirayakan dengan meriah, mengadakan pesta, harus berpakaian serba baru, harus menyajikan makanan-makanan dan minuman-minuman mahal, agar terlihat mewah. 

Sebagian orang membalas dendam setelah sebulan dikekang dan menahan hawa nafsu, di hari lebaran makan dan minum enak berlebihan. Sebagian lagi menganggapnya sebagai hari kebebasan atau hari kemenangan besar. Dan kita tidak tahu apakah mereka melaksanakan ibadah puasa Ramadhan atau tidak?

Bulan Syawal adalah bulan ke-10 dalam tahun Hijriah, yang artinya naik, ringan, atau membawa (mengandung), saat umat Islam  merasakan meningkatnya amal ibadah sesudah digembleng selama bulan Ramadhan.

Banyak orang yang beriman, bertaqwa, dan beramal shaleh, selalu mengharapkan berjumpa lagi dengan bulan Ramadhan, dan selalu berharap agar ibadah Ramadhan yang telah lalu diterima Allah SWT.

Dari Jabir r. a. diriwayatkan, di hari-hari terakhir Ramadhan Rasulullah Muhammad SAW mengingatkan, "Saat datang akhir bulan Ramadhan; langit, bumi, dan para malaikat menangis, sebab merupakan musibah untuk umatku." Sahabat bertanya, "Ya Rasulullah musibah apakah itu?" Rasulullah Muhammad SAW menjawab, "Lenyaplah bulan Ramadhan karena sesungguhnya doa-doa di bulan Ramadhan dikabulkan, sedekah diterima, kebaikan dilipatgandakan, dan azab ditolak."

Hasil dari perjalanan ibadah selama bulan Ramadhan akan tampak sesudah bulan Ramadhan berakhir. Bila ibadah di bulan Ramadhan berlanjut ke bulan-bulan lain dan tetap terjaga, semoga ini pertanda keberhasilan kita melalui berbagai cobaan dan rintangan. Semoga kita berhasil meningkatkan amal ibadah dan derajat ketaqwaan kita dengan mendapat keridhoan Allah SWT. Semoga kita termasuk orang-orang yang meraih kemenangan di hari yang Fitri. Aamiin.

Saya pernah menyimak seorang da'i dalam dakwah virtual menyebutkan di hari raya Idul Fitri umat Islam mendapat kemenangan spiritual (jiwa); jiwa yang menang selalu nersih dan suci dari berbagai penyakit syirik, sombong, hasad, dengki, dan berbagai penyakit hati lainnya.

Allah SWT berfirman,"Sungguh telah menang dan beruntung orang yang mensucikan jiwanya, dan sungguh merugi orang yang mengotorinya." (terjemah Al Quran Surat Asy-Syams : 9 - 10).

Bertaqwa dengan mencintai Allah dan rasul-Nya, menerima dan melaksanakan ajaran agama Allah apapun konsekuensinya yang harus dihadapi, di situ seseorang merayakan puncak kemenangan spritual. 

Bulan Ramadhan diharapkan dapat mendidik kita untuk srlalu jujur, amanah, membimbing kita menuju kemenangan emosional. Emosi bisa berupa rasa takut, marah, keinginan kuat untuk mencintai atau membenci, cemas, minder, dan lain-lain. Kita bisa meraih kemenangan emosi bila dapat mengendalikannya (sabar).

Kata para ulama kesabaran merupakan akhlak mulia, dapat diraih dengan melatih dan membiasakan diri dengannya. Di bulan Ramadhan terbuka kesempatan besar untuk kita melatih kesabaran itu. Ibadah Ramadhan juga akan memenangkan intelektual umat Islam karena selalu dapat membedakan yang halal dan yang haram, selalu dapat memilih dan menilai perbuatan yang bermanfaat dan yang mudharat, memahami hak dan kewajiban, selalu berhati-hati dalam berpikir, berucap, dan bertindak,...

Hakikat perayaan Idul Fitri, perayaan kemenangan iman dan ilmu atas hawa nafsu selama bulan Ramadhan, sehingga kita kembali fitrah dan layak merayakannya dengan cara yang benar dan baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun