Data lain dari Museum Banten mengungkapkan bahwa Masjid Agung Banten ini dibangun oleh Maulana Hasanuddin di masa pemerintahannya antara tahun 1552-1570. Menara masjid baru dibangun antara tahun 1560-1570. Perkiraan ini diperkuat dengan penilaian terhadap bentuk arsitektur dan hiasan di menara itu.
Di sekitar Masjid Agung Banten terdapat bangunan serba unik, bangunan perpaduan dari tiga kebudayaan berbeda.Tampilan masjid banyak mirip dengan keraton-keraton di Solo dan Yogya, gapura-gapuranya juga.
Tetapi atapnya bersusun lima kalau dilihat secara horisontal dari depan, dan bersusun tujuh kalau kita lihat dari atas menara. Tampilannya mirip dengan Pura-Pura di Bali, menurut penilik sejarah merupakan pengaruh Hindu yang cukup kuat pada jaman sebelum Islam masuk ke Banten.
Menara Masjid Agung Banten dan bangunan yang disebut Tiamah merupakan Museum Banten berbentuk gedung asli Belanda. Banyak koleksi berbagai benda kuno peninggalan kerajaan Banten yang ada di Museum Banten. Tinggi menara masjid yang mirip mercu suar kurang lebih 25 meter, untuk sampai ke puncak harus naik mengelilingi tangga memutar, seperti spiral.Â
Puncak menara terbagi dalam dua lantai yang masing-masing mempunyai pintu sendiri. Di luarnya terdapat teras berpagar bundar mengelilingi menara. Beberapa meter di atasnya terdapat teras serupa. Dari situ saya bisa melihat arsitektur Masjid Agung Banten yang masih berdiri kokoh dan mengesankan.
Di samping masjid terdapat makam para Sultan penerus di Banten beserta keluarganya.Dari puncak menara saya dapat melihat dengan jelas seluruh daerah Banten, termasuk Pantai Banten yang indah, juga Pulau Dua.
Serambi Masjid Agung Banten bergaya Jawa. Pilar-pilarnya banyak kemiripan dengan pilar-pilar keraton di Jawa. Di sisi serambi yang terletak di samping Museun Banten terdapat bedug yang umurnya sangat tua.
Lampu-lampu gas, chandelir, antik, Â dan anggun penghias masjid berasal dari jaman penjajahan Belanda dalam kondisi terawat dengan baik.
Di sebelah utara Masjid Agung Banten terdapat makam raja-raja Banten yang disebut " Pesarean Sedakingking". Di jalur barisan dari barat ke timur berturut-turut adalah makam Sultan Adul Farah, Maulana Muhammad Nasruddin, Pangeran Ratu permaisuri Maulana Hasanuddin, Kanjeng Sinuhun Maulana Hasanuddin Panembahan Surosowan, Sultan Abdul Fadhal, permaisuri Sultan Abdul Fadhal, dan Sultan An Nasr Abdul Kahar. Di bagian luar barat daya terdapat makam Sultan Zainul Abidin dan kerabatnya.
Di bagian dalam Masjid Agung Banten terdapat beberapa makam, berbaris dari barat ke timur, dijelaskan makam pertama tidak diketahui makam siapa, kemudian makam Pangeran Aria, Sultan Muhammad, Sultan Muhyiddin, Sultan Abdul Mafakhir Muhammad Aliyuddin, Sultan Zainul Muttaqin, Sultan Zainyl Asikin, Sultan Syarifuddin, Ratu Salamah, Ratu Lathifah, Ratu Masmudah.
Bentuk-bentuk dan gaya makam berbeda antara kelompok satu dengan kelompok lainnya. Ada yang rata dengan tanah dan bertegel di atasnya, ada juga yang dibangun lengkap dengan asesorisnya.