Alat-alat yang diperlukan untuk memanen air hujan bisa kita dapatkan dengan mudah di toko-toko bahan bangunan. Teknologi penggunaannya tidak sulit.Hanya memanfaatkan atap bangunan (collector), menyediakan pipa penyalur air (conveyor), dan membuat tanki penampung (storage).
Air hujan akan menerpa atap bangunan dan terkumpul melalui dinding-dinding  di sekeliling bangunan. Agar tidak tercemar, dinding atap jangan menggunakan asbes, tidak boleh dicat dengan zat yang mengandung unsur pencemar air seperti chrome, besi, atau metal. Atap sebaiknya tidak terganggu pepohonan sehingga tidak ada dedaunan atau kotoran hewan yang ikut mengalir melalui conveyor.
Dalam proses pembersihan awal harus dipasang alat penyaring di tengah conveyor sebelum air hujan mengalir ke tanki penyimpanan. Air Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM( pun bisa dimasukkan ke dalam tanki penyimpanan.
Proses treatment agar air hujan baik untuk dikonsumsi bisa secara langsung atau tidak langsung. Kita dapat mencampur obat-obatan tertentu di tanki sesuai standar proses treatment PDAM atau mengonsumsi suplement (tablet) berisi unsur-unsur yang tidak terkandung dalam air hujan.
Masyarakat akan sedikit kesulitan menggunakan teknologi pemanen air hujan pada tahapan proses ini. Apa saja obat yang harus dicampur, berapa kadarnya, bagaimana mengukur ketepatan campurannya, bagaimana mengantisipasi kemungkinan keracunan?
Sepanjang faham mengenai bahan apa saja yang akan digunakan dan bagaimana cara melakukamnya, ketrampilan ini bisa fipelajari, kendala dapat diatasi.Atau setidaknya, tanpa proses tersebut air hujan bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari di luar untuk konsumsi manusia seperti untuk mencuci pakaian, mandi,dan menyiram tanaman.