Mohon tunggu...
Wahyu Barata
Wahyu Barata Mohon Tunggu... Penulis - Marketing Perbankan

Wahyu Barata.Lahir di Garut 21 Oktober 1973. Menulis puisi, cerita pendek,dan artikel. Tulisan-tulisannya pernah dimuat di Sari Kata, majalah Aksara , Media Bersama, Kompas, Harian On Line Kabar Indonesia, beberapa antologi bersama, dan lain-lain.Kini bekerja sebagai marketing perbankan tinggal di Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Panen Air Hujan Mencegah Banjir dan Kekeringan

5 Januari 2021   22:26 Diperbarui: 5 Januari 2021   22:29 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi di beberapa tempat di Indonesia musim hujan kali ini akan berlangsung  sampai bulan Februari 2021.

Terutama di kota-kota besar kita harus mewaspadai bencana banjir dan kekeringan yang seolah menyatu dengan musim penghujan dan kemarau. Hujan turun kebanjiran. Kemarau datang kekeringan. Haruskah siklus ini terus berulang dan menjadi rutinitas taj terhindarkan sepanjang tahun? 

Kita harus lebih waspada dan mulai berusaha preventif menghadapi bencana alam. Mulai dari tidak membuang sampah sembarangan, tidak mendirikan bangunan di daerah rawan bencana,...Sebab saat ini cuaca tak bisa diprediksi dengan pasti. Alangkah baiknya hujan tidak boleh selalu banjir, dan kemarau jangan selalu diidentikkan dengan kekurangan air.

Tetapi bagaimana kalau kondisi lingkungan tidak memungkinkan? Minimnya ruang terbuka hijau di kota-kota, minimnya kesadaran masyarakat atas kebersihan lingkungan akan selalu mengarahkan kita kepada rutinitas menyengsarakan yang tak wajar.Tidak bisa firubah dalam sekejap.

Ketika menanti bibit-bibit pohob tumbuh besar, menunggu penguasa menyadari untuk tidak membiarkan pembangunan gedung merajalela di wilayah resapan air, mengharap hutan kota hadir kembali, masyarakat bisa "memanen" air hujan." Panen " air hujan dan membangun sumur resapan massal diharapkan dapat mengantisipasi dan menanggulangi bencana banjir dan kekeringan .

Dengan memanen air hujan kita dapat mengendalikan air hujan sehingga tidak meluap menjadi banjir, juga menyiapkan air saat musim kemarau datang.

Saya jadi ingat dengan percakapan saya dengan Dr. Ir. Chay Asdak, nasabah saya di Pusat Penelitian Sumber Daya Alam dan Lingkungan Universitas Padjadjaran, beberapa tahun lalu, "Ide memanen hujan bukan hal baru. Banyak negara sudah melakukannya sejak lama, termasuk Jepang. Teknologi yang digunakan tidak rumit, mudah diterapkan. Ide dasarnya hanya menampung air hujan, lalu menyimpan dan memanfaatkannya untuk keperluan sehari-hari pada masa krisis di musim kemarau.

Truk tanki Pertamina dapat menampung  5.000 liter air. Kalau dalam sehari satu keluarga menghabiskan 500 liter, tanki truk itu bisa memenuhi kebutuhan air sepuluh hari." tuturnya suatu saat dalam obrolan kami.

Air hujan yang turun selama ini banyak terbuang sia-sia. Meluncur deras karedaerah dataran tingginya gundul, mengalir di permukaan sebab sulit meresap ke bawah permukaan tanah, meluap dari saluran sebab volumenya besar dan tersumbat sampah. Banjir menjadi bencana dan sumber penyakit, baru surut sesudah kita menunggu beberapa lama.

Sebenarnya air hujan bisa ditampung. Agar air hujan bisa diterima dengan baik oleh tubuh kalau ingin kita konsumsi membutuhkan proses treatment (perlakuan) terhadap air hujan bisa dipelajari dan dibiasakan, tidak terlalu sulit.

Iapun memaparkan, kualitas air hujantidak sebagus air tanah, harus disiasati dalam panen air hujan.Sebab siklusnya tidak melalui tanah.Air hujan juga rentan terhadap pencemaran, baik disebabkan oleh alat panen dan kondisi lingkungan sekitar seperti dedaunan, kotoran burung, dan polusi udara. Di kota yang dipadati asap buangan kendaraan bermotor bisa terjadi hujan asam, air hujan asam harus dinetralisir dulu sehingga benar-benar aman untuk dikonsumsi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun