Memasuki awal tahun 2021 para siswa dan guru kembali kepada  kegiatan belajar mengajar, meskipun masih tidak dapat hadir di ruang kelas. Proses kegiatan belajar mengajar masih on line.
Saya sempat berbincang-bincang dengan Dewi Siti Rahmat, teman lama saya yang kini mengajar Matematika di SMA Negri 17 Garut. Ia memaparkan, untuk persiapan kembali para siswa belajar, ia menyiapkan materi untuk semester baru dalam bentuk modul dan video sebab pembelajarannya daring.Â
Materi dan video dibagikan di Google Class Room. Proses pembelajarannya dilaksanakan lewat whatsapp group absen dan pembukaannya, tugasnya dibuka dan dikerjakan di GCR, jadi otomatis tugas-tugas diperiksa di GCR. Kita tidak bisa tahu kondisi siswa pada saat kita sedang di kelas seperti tatap muka.
Kendalanya dari siswa banyak yang punya hp tetapi tidak support untuk aplikasi GCR, kendali jaringan juga karena banyak siswa yang di tempat tinggalnya jaringannya buruk, meskipun ada bantuan kuota dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan .Kalau jaringannya buruk dan hp nya tidak support tetap saja kadang siswa tidak bisa mengikuti proses pembelajaran.
Ada juga siswa yang tidak memiliki hp,, atau hp orang tua satu siswa digunakan bersama beberapa temannya sehingga kadang tidak mengikuti pembelajaran karena bergiliran  menggunakan hp itu.
Meskipun sudah menggunakan IT, untuk siswa yang terkendala seperti itu, akhirnya janjian di sekolah mengambil tugas untuk dikerjakan dan dikumpulkan pada pertemuan berikutnya, biasanya waktunya seminggu.
Kalau saya sebagai orang tua dengan dua anak yang belajar daring di rumah, karena sekolahnya di kota, mau tidak mau dituntut untuk selalu mengerjakan tugas on line-nya. Anak yang di SD diberikan tugas melalui GCR tapi tugas dikerjakan dan hasil tugasnya dikumpulkan di sekolah di akhir semester.
Kalau yang di Aliyah sistemnya sama seperti yang saya lakukan di sekolah, semua full dikerjakan di GCR yang otomatis penugasan dan evaluasinya di GCR. Tanpa harus mengumpulkan bukti fisik seperti yang di SD meskipun sekolahnya di satu yayasan yang sama.
Mungkin kalau belajar on line di rumah, peran orang tua sangat dominan karena saya lebih cerewet kalau anak susah ngerjain tugas. Mungki sudah terlalu lama di rumah, sudah jenuh, terakhir anak-anak sedikit mengacuhkan mengerjakan tugas meskipun pada akhirnya tetap dikerjakan, begitupun yang terjadi dengan anak-anak didik saya.
Dan perang orang tua dalam belajar on line jadi bertambah sebab anak tidak bisa ditinggalkan sendiri belajar daring, orang tua harus tahu segala hal, tidak bisa meninggalkan anak belajar sendiri, orang tua harus menjadi sosok yang pintar dan cerdas, harus juga mengikuti perkembangan.
Orang tua harus bisa mendukung dan menemani anak untuk belajar di rumah di masa pamdemi corona ini, tapi saya masih bersyukur karena sampai detik ini masih diberi kesehatan dan masih bisa beraktifitas, masih bisa melanjutkan pembelajaran lagi meski masih dalam kondisi berat dan belum jelas seperti sekarang ini. Saya selalu bilang sama anak-anak, keadaan ini dijalani saja karena semua pasti ada waktunya untuk kembali belajar normal." tutur Dewi.