Pada tanggal 9 September 2020 Indonesia berduka cita atas wafatnya Pak Jakob Oetama,tokoh pejuang pers nasional, guru,wartawan,salah seorang pendiri surat kabar Kompas,Kompas Gramedia Group,...yang menginspirasu banyak orang karena komitmen beliau pada nilai jurnalisme independent.Â
Beliau pernah menjadi Pembina Pengurus Pusat Persatuan Wartawan Indonesia, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (28 Oktober 1966-28 Oktober 1971), anggota Dewan Perwakilan Rakyat (28 Oktober 1971-30 September 1977). Menerima gelar Doktor Honoris Causa di bidang komunikasi dari Universitas Gajah Mada.Menerima penghargaan  Bintang Maha Putra Utama pada tahun 1973. Beliau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta.
Jakob Oetama lahir di Borobudur, Magelang,tanggal 27 September 1931. Ayahnya seorang pensiunan guru di Sleman.Awalnya beliau bercita-cita menjadi guru, kemuduan akhirnya menjadi wartawan.
Karier jurnalistik beliau  dimulai ketika menjadi redaktur mingguan Penabur tahun 1956, kemudian mendirikan Majalah Intisari tahun 1963 bersama Petrus Kanisius Ojong.
Pada tanggal 28 Juni 1965 bersama P. K . Ojong beliau mendirikan Harian Kompas yang dikelolanya. Hingga tahun 1980-an Kompas Gramedia Group berkembang pesat terutama di bidang komunikasi. Sekarang Kompas Hramedia Group memiliki beberapa anak perusahaan media massa, toko buku, Â percetakan, event organizer, radio, stasiun tv, lembaga pendidikan,perguruan tinggi,hotel.
Jakob Oetama, Goenawan Mohamad, Fikri Jufri, Jusuf Wanandi, Muhammad Chufori, Eric Samola, H. G. Rorimpandey,dan kawan-kawan,mendirikan Harian Nasional berbahasa Inggris The Jakarta Post.
Saya teringat kata-kata Pak Jakob,"Kita harus terus pro aktif menciptakan peluang dan berinovasi membuka lapangan pekerjaan."
Dalam etos kerja beliau mengingatkan bahwa bekerja itu beribadah atau berdoa. Tetapi kita masih boleh refreshing kalau hari libur. Jangan melupakan jati diri karyawan sebab manusia itu makhluk bekerja. Semakin kita rajin bekerja semakin tinggi harkat manusia kita.Nabi Adam setelah tinggal di bumi anak keturunannya bisa survive dengan bekerja keras.
Menurut beliau bekerja dalam tim memunculkan energi cita-cita dan tujuan bersama, harus mengalahkan kecemburuan sosial di antara sesama teman pekerja.
Legitimasi para pemimpin muda hanya bisa terwujud kalau kinerja bagus, dihormati bukan hanya karena pintar, tetapi juga karena kepeduliannya.
Selamat Jalan Pak Jakob. Jasa-jasamu akan terus kami kenang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H