Mohon tunggu...
Wahyu Barata
Wahyu Barata Mohon Tunggu... Penulis - Marketing Perbankan

Wahyu Barata.Lahir di Garut 21 Oktober 1973. Menulis puisi, cerita pendek,dan artikel. Tulisan-tulisannya pernah dimuat di Sari Kata, majalah Aksara , Media Bersama, Kompas, Harian On Line Kabar Indonesia, beberapa antologi bersama, dan lain-lain.Kini bekerja sebagai marketing perbankan tinggal di Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Media untuk Mempersatukan Bangsa

21 Februari 2020   10:40 Diperbarui: 21 Februari 2020   10:37 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sehari-hari bergaul dengan media merupakan ciri kehidupan masyarakat millenial. Media seperti makanan yang sangat dibutuhkan dari pagi sampai malam, setiap hari. Masyarakat yang berpikiran maju sangat menyadari tanpa kehadiran media hidup terasa hambar, seperti ada yang kurang. 

Tingginya tingkat ketergantungan masyarakat kepada media membuat media menjadi bentuk "kekuasaan baru" di samping kekuasaan eksekutif,  legislatif, dan yudikatif. Media juga sangat berpotensi mempengaruhi pola pikir, gaya hidup, sikap, dan perilaku konsumennya. 

Di era modern pengaruh media sangat besar, didukung teknologi multimedia untuk mengolah informasi. Berbagai macam informasi apapun bentuknya, dari mana pun asalnya dapat diakses pada saat bersamaan dengan terjadinya suatu peristiwa.  Penerapan teknologi media ini untuk memenuhi tuntutan konsumen dalam penyebaran, keakuratan, dan kualitas berita. 

Karena masyarakat semakin kritis, akibat banjir informasi  (teler blood off information)yang membuat pengetahuan dan daya nalar masyarakat semakin bertambah. Sehingga Kevin Philips  di dalam buku Responsibility in Massa Communication mengungkapkan,  "Era sekarang lebih merurakan mediacracy (pemerintahan media) daripada democracy (pemerintahan rakyat)".

Media lebih menekankan pada "kebebasan " dan menganggap kata "bertanggung jawab " merupakan tekanan halus untuk mendukung pemerintah. Sementara untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa pemerintah menitikberatkan pada kata "bertanggung jawab "dengan berbagai titipan pesan sehingga terkadang memaksa media mengorbankan kebenaran informasinya. 

Selain berorientasi pada keuntungan finansial sebaiknya bisnis media juga menjalankan fungsinya menyebarkan informasi, mendidik, menghibur, , dan mampu mempengaruhi bahkan melakukan kontrol sosial. Tetapi sampai sekarang masih banyak media yang lebih takut dengan kepentingan pemerintah, takut dianggap mengawasi pemerintah. 

Selain itu ada juga media - media yang lebih memilih patuh kepada selera para produsen, perusahaan pemasang iklan. Media harus tangguh dan stabil finansial bisnisnya agar dapat menampilkan acara - acara /tayangan - tayangan bermutu. 

Alhamdulillah di era millenial tayangan gosip,  sensasional, sinetron yang mengumbar gaya hidup mewah, kekerasan, dan percintaan, agak seimbang dengan tayangan pendidikan demokrasi dan politik, kesehatan, peluang bisnis, kesamaan hak, selain berita -berita aktual dan tayangan lain yang lebih bermanfaat. 

Sebenarnya dengan kebebasannya media bisa ikut andil untuk mempersatukan bangsa, asal tidak hanya mementingkan kehendak individu atau kelompok tertentu, tidak asal mendukung tanpa peduli yang didukung itu benar atau salah. Tidak memanipulasi informasi, setiap berita harus didukung fakta. 

Dengan peralatan multimedia yang canggih penggalian fakta semakin mudah. Media mampu menjadi lembaga kontrol sosial, mengingat lembaga pengawas tidak berarti di hadapan  kekuasaan eksekutif dan legislatif. Media harus mampu mengembangkan antara informasi pemerintah yang wajib diketahui masyarakat dengan informasi lainnya yang juga ingin atau perlu diketahui masyarakat dari media. 

Tingkat masyarakat akan informasi yang benar,  penting karena akan memicu masyarakat untuk tidak asal menerima informasi. Mereka akan memastikan kebenarannya dulu, sebelum menalar, mengkritisi, dan bertindak. 

Sehingga membuat masyarakat tidak mudah terprovokasi, berperan aktif, bukan hanya menjadi objek komunikasi. Berbagai pesan bertambah silih berganti, selalu mendorong kemajuan kuantitas dan kualitas komunikasi masyarakat. 

Masyarakat akan merasakan persatuan dan kesatuan akibat kebebasan pers lebih murni dan tahan lama dibandingkan rasa persatuan dan kesatuan yang dihasilkan oleh paksaan dan tuntutan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun