Mohon tunggu...
Wahyu Barata
Wahyu Barata Mohon Tunggu... Penulis - Marketing Perbankan

Wahyu Barata.Lahir di Garut 21 Oktober 1973. Menulis puisi, cerita pendek,dan artikel. Tulisan-tulisannya pernah dimuat di Sari Kata, majalah Aksara , Media Bersama, Kompas, Harian On Line Kabar Indonesia, beberapa antologi bersama, dan lain-lain.Kini bekerja sebagai marketing perbankan tinggal di Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Pentingnya Penilaian Kerja

23 Januari 2020   20:47 Diperbarui: 1 Februari 2020   19:41 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada Penilai Kerja yang terukur, perusahaan memantau tingkat kedisiplinan karyawan. Karyawan harus tunduk pada peraturan  perusahaan terutama pada waktu atau jam kerja, baik dalam kehadiran maupun tenggat waktu penyelesaian pekerjaan. Kalau terpenuhi karyawan tinggal menunggu rewardnya saja.

Pada Penilaian Kerja berdasarkan persepsi pimpinan, sangat kental unsur suka atau tidak suka. Atasan menilai performance bawahan hanya menurut persepsinya. Pada perusahaan  dengan kebijakan tertentu, bahkan persepsi rekan kerja bisa berpengaruh. Bagi sebagian orang  penilaian prestasi kerja seperti ini mungkin dirasakan tidak adil. Tetapi untuk sebagian  orang lagi malah menguntungkan.

Les McKeown dalam bukunya Succeed at Work mengungkapkan kiat berprestasi tanpa harus menjilat atasan di perusahaan yang  menerapkan sistem penilaian subjektif berdasarkan persepsi pimpinan, " Orang akan mendapat penilaian lebih kalau mampu memberi nilai tambah pada hasil pekerjaannya.

Contohnya, jika ditugaskan membenahi arsip'arsip kantor yang menggunung dalam waktu cepat. Penilaian persepsi atasan adalah bagus. Jika dia juga membuat sistem pencarian arsip yang bagus,  sehingga orang mudah mencarinya, dia memberi nilai tambah pada pekerjaannya."

Karyawan dianjurkan mempunyai pengetahuan  dan kepekaan terhadap kebutuhan orang lain di lingkungan pekerjaannya. Karyawan dengan keahlian sangat spesial juga bisa mendapat nilai bagus karena spesifikasinya.

Misalnya di perusahaan itu hanya dia yang  menguasai suatu mesin dan setiap orang yang membutuhkan mesin itu hanya akan meminta bantuan darinya. Karyawan inilah yang cenderung dinilai baik oleh atasan.

Atasan juga cenderung  suka pada orang yang selalu ada di tempat saat dipetlukan. Memang setiap karyawan tidak harus selalu ada di tempat kalau tidak mrmungkinkan. Tetapi setidaknya karyawan tahu harus kapan ada di tempat saat atasan membutuhkan. Menjalin hubungan baik dengan atasan berdasarkan niat positif yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain juga ada baiknya.

Agar tidak hanya berkutat dalam posisi dan kemampuan yang itu-itu saja, karyawan harus rajin mengevaluasi prestasi kerjanya sendiri.Inilah fungsi Penilaian Kerja yang selalu diselenggarakan perusahaan. Perusahaan yang baik pasti akan menyadari dan menyediakan sistem penilaian kerja untuk karyawan.

Kalau perusahaan tidak menyediakan Penilaian Kerja, karyawan sebaiknya berinisiatif untuk mengukur prestasi kerjanya sendiri. Sekarang banyak lembaga pengembangan sumber daya manusia yang menyediakan program pengembangan untuk jabatan-janatan tertentu seperti manajer atau setingkat penyelia.

Karyawan  yang mengandalkan kemampuan teknis bisa berinisiatig untuk melakukan tes kompetensi di luar perusahaan. Hakikatnya bekerja adalah belajar untuk berkembang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun