Blend Filosofi Kopi & Bumerang
Ketika  kita mencintai seseorang kita akan berusaha sekuat tenaga, pikiran, perasaan, dan cinta untuk meraihnya agar bisa menjadi milik kita untuk selamanya.Â
Begitupun kalau kita mencintai sesuatu. Ini terjadi kepada rekan saya Dedy Kurniawan yang mencintai dunia kopi dan olah raga lempar bumerang. Dia rela meninggalkan pekerjaannya untuk menekuni kopi dan bumerang, sehingga menginspirasi jalan hidupnya.Â
Meskipun dari awal langkahnya harus mengalami pasang surut, naik - turun,kegagalan - keberhasilan, silih berganti. Dia  memaparkan kisah pengalamannya kepada saya.
Saya tertarik dengan kopi karena dari kecil sudah kenal kopi. Papa seorang pekerja di kilang minyak dengan rutinitas jadwal shift pagi, siang, sore. Tentunya bagi beliau kopi menjadi teman setia saat beraktifitas di lapangan. Pastinya aroma kopi selalu terhirup setiap seduhannya bila beliau di rumah.Â
Lama-lama saya ikut meminumnya. Nah, saya sejak merantau sekolah SMA, ikut pecinta alam, dan smoker juga, kopi jadi teman setia. Sampai bekerjapun kopi mendominasi di lapangan, begitupun saat menjadi surveyor, travelling, terpanah kopi.Â
Saat di Tana Toraja melihat kebun kopi Toraja sampai ke tempat penggilingan kopi sangrai. Yang freshnya saya beli untuk dibawa ke mana-mana.
Waktu saya pindah lokasi kerja ke Jakarta, saya yang pada dasarnya tukang ngoprek tidak bisa diam, harus ada aktifitas bila weekend. Sebelum pindah, saat masih di Manado, aktifitas weekend saya aero  modeling RC, dan sangat suka main musik terutama meniup saxophone.Â
Namun di Jakarta aktifitas tersebut tidak bisa jalan, lapangan susah dan jauh. Mau niup saxophone, sampai mencari club jazz di Tebet, dan di daerah Senayan Plaza,  masalahnya waktu jamzsession menciutkan nyali karena banyak artis  jazz dan gak berani tampil.Â
Kemudian saya berpikir sudah bawa saxophone nggak berani niup di panggung, kenapa nggak membuat panggung sendiri. Bisa main musik tiup sepuasnya. Kenapa nggak  buka cafe sendiri. Lanjut buka cafe, kita nggak mungkin jual miras kan.Â
Jual apaan? Kopilah yang terpikir saat itu. So otak ini kita setting jualan kopi, gegara bermusik, Â alunan jazz music, jamz niup sax, trumpet, trombon, any brass equipment..."