Mohon tunggu...
Kiki Natalia
Kiki Natalia Mohon Tunggu... Guru - Refleksi Teori Belajar | Teknologi Pendidikan | Magister Pendidikan

Education is not preparation for life; education is life itself. – John Dewey

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Refleksi Teori Belajar dan Konsep Mengajar: David Kolb's Experiential Learning

10 Desember 2021   22:19 Diperbarui: 10 Desember 2021   22:30 3112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Abstrak

Teori Pembelajaran Eksperiensial David Kolb adalah contoh pendekatan humanistik dan konstruktivis terhadap pendidikan, yang menekankan bahwa pembelajaran terjadi secara spontan di dalam kelas. Karena pembelajaran terjadi melalui penemuan dan partisipasi aktif, Kolb menegaskan bahwa pengalaman sangat penting dalam pengembangan penciptaan pengetahuan. "Proses dimana pengetahuan dibentuk melalui transformasi pengalaman", menurut Kolb, didefinisikan sebagai berikut (Kolb 1984).

Latar Belakang

Experiential Learning Theory yang dikembangkan oleh Kolb terbagi menjadi dua komponen. Yang pertama adalah bahwa pembelajaran terjadi dalam siklus empat tahap, yang dijelaskan secara lebih rinci di bawah ini. Secara teoritis, Kolb merasa bahwa, dalam situasi yang ideal, pembelajar bergerak melalui tahapan untuk menyelesaikan siklus dan sebagai hasilnya, menerjemahkan pengalaman mereka menjadi pengetahuan. Komponen kedua dari Teori Kolb berkaitan dengan gaya belajar, atau proses kognitif yang terjadi agar seseorang mempelajari sesuatu yang baru. Individu dapat mendemonstrasikan pengetahuannya, atau pembelajaran yang telah terjadi, menurut Kolb ketika mereka mampu menerapkan konsep-konsep abstrak dalam setting baru, yang menjadi poin utamanya.

Hanya setelah menyelesaikan semua tahapan siklus, transformasi pengalaman menjadi pengetahuan dapat terjadi. Pada dasarnya, seluruh teori Kolb didasarkan pada konsep mengubah pengalaman menjadi informasi. Pelajar mendapatkan lebih banyak kemampuan untuk mengintegrasikan pengamatan baru ke dalam pemahaman mereka saat ini dengan setiap pengalaman baru yang mereka miliki di bawah ikat pinggang mereka. Dalam dunia yang ideal, pembelajar akan diberikan kesempatan untuk melewati semua tahapan.

Komponen utama teori Kolb adalah konsep transformasi atau perubahan, yang ia definisikan sebagai proses di mana segala sesuatu harus dimodifikasi atau diubah. Karena tidak ada nilai yang disumbangkan pada pengalaman pembelajar, menghafal atau mengingat ide-ide yang diberikan bukan merupakan pembelajaran. Dalam hal pembelajaran, model Kolb mengakui bahwa sesuatu harus dihasilkan dari pengalaman agar dapat dianggap demikian.

Empat Tahap Pembelajaran Kolb

Siklus ini didasarkan pada pengamatan Jean Piaget bahwa peserta didik menciptakan pengetahuan melalui interaksinya dengan lingkungan sekitarnya.

1. Pengalaman Nyata: Langkah pertama dalam siklus proses pembelajaran Kolb adalah memiliki pengalaman nyata. Ada dua kemungkinan di sini: pengalaman yang sama sekali baru atau versi yang diciptakan kembali dari pengalaman yang sudah ada. Setiap peserta didik berpartisipasi dalam suatu kegiatan atau menyelesaikan tugas sebagai bagian dari pengalaman nyata. Kolb percaya bahwa partisipasi adalah faktor terpenting dalam belajar. Ketika datang untuk belajar tentang sesuatu, hanya membaca tentang hal itu atau menontonnya dalam tindakan tidak cukup. Peserta didik harus secara aktif berpartisipasi dalam pekerjaan jika mereka ingin mendapatkan pengetahuan baru darinya. Setelah partisipasi dalam pengalaman konkret, pelajar mengambil langkah mundur untuk mempertimbangkan pekerjaan yang ada.

2. Pengamatan Reflektif: Tahap siklus belajar ini memberikan kesempatan bagi pembelajar untuk bertanya dan berbagi pengalamannya dengan orang lain. Komunikasi sangat penting pada tahap ini karena membantu pelajar untuk mengenali kesenjangan antara pemahaman mereka dan pengalaman yang sebenarnya. Kosakata yang kuat juga memungkinkan untuk penilaian menyeluruh dari peristiwa yang terjadi.

3. Konseptualisasi Abstrak: Langkah ketiga dan terakhir dalam siklus belajar adalah memahami peristiwa yang telah terjadi sejauh ini. Upaya yang dilakukan oleh pembelajar untuk menarik kesimpulan dari pengalaman dengan merefleksikan pengetahuan mereka sebelumnya, menerapkan ide-ide yang mereka kenal, atau mendiskusikan hipotesis yang masuk akal dengan rekan-rekan. Ketika pelajar mulai mengklasifikasikan konsep dan menarik penilaian tentang peristiwa yang telah terjadi, mereka telah berkembang dari observasi introspektif ke konseptualisasi abstrak, yang merupakan langkah berikutnya. Sebagai bagian dari proses ini, mereka harus mengevaluasi pengalaman mereka dan membuat analogi dengan pemahaman mereka saat ini tentang gagasan tersebut. Konsep tidak harus "baru"; sebaliknya, pelajar dapat menilai informasi baru dan menyesuaikan temuan mereka berdasarkan konsep yang telah ditetapkan sebelumnya.

4. Bereksperimen Secara Teratur:
Langkah siklus ini dikenal sebagai tahap pengujian. Sekali lagi, peserta didik mengambil bagian dalam suatu kegiatan, tetapi kali ini dengan tujuan menerapkan kesimpulan mereka pada keadaan baru. Mereka memiliki kemampuan untuk membuat prediksi, menganalisis tugas, dan menyusun rencana untuk menerapkan pengetahuan yang mereka peroleh di masa depan. Dengan membiarkan siswa mempraktikkan pengetahuan mereka dan mendemonstrasikan bagaimana pengetahuan itu relevan dengan kehidupan mereka, Anda dapat meningkatkan kemungkinan bahwa informasi tersebut akan diingat dalam jangka panjang.

Hal ini dimungkinkan untuk memasuki proses pada setiap titik dalam siklus karena teori belajar Kolb adalah siklus. Namun, untuk memverifikasi bahwa pembelajaran yang efektif telah terjadi, siklus harus diselesaikan secara keseluruhan setelah itu. Setiap tingkat bergantung pada yang lain, dan setiap tahap harus diselesaikan untuk mendapatkan informasi baru.

Individu akan memiliki preferensi yang berbeda untuk komponen tahapan yang berbeda, bahkan jika mereka semua bekerja sama untuk membentuk suatu proses pembelajaran. Meskipun dimungkinkan untuk mengandalkan sebagian besar pada pengalaman yang nyata dan mencerminkan, juga dimungkinkan untuk menghabiskan lebih sedikit waktu pada tahap-tahap perkembangan yang abstrak dan aktif. Sebagai hasil dari kolaborasi ini, Roger Fry dan Kolb mampu menemukan empat gaya belajar yang berbeda:

Gaya Belajar Kolb's

 1. Diverging (berdasarkan pengalaman konkrit atau observasi reflektif)
Gaya belajar ini memberikan pendekatan baru dan imajinatif untuk belajar. Individu cenderung mengevaluasi pengalaman konkret dari berbagai perspektif daripada melihatnya dalam konteks kegiatan yang dilakukan. Mereka menempatkan prioritas tinggi pada sentimen dan tertarik pada perasaan orang lain. Peserta dalam gaya belajar ini cenderung menemukan tugas-tugas seperti brainstorming ide-ide dan bekerja secara kooperatif dalam kelompok menjadi sangat menyenangkan. Diverger lebih menyukai strategi pendidikan berikut daripada populasi lainnya, yaiyu Kesempatan eksplorasi dan kegiatan langsung disediakan. Kuliah klasik guru kelas yang menekankan bagaimana menggunakan suatu sistem serta kelebihan dan kekurangannya masih digunakan sampai sekarang.

2. Asimilasi (konseptualisasi abstrak/pengamatan reflektif).
Pendekatan pembelajaran ini sangat menekankan pada pemikiran deduktif. Individu-individu ini mampu meninjau fakta dan mengevaluasi peristiwa secara keseluruhan karena mereka memiliki gaya belajar reflektif. Proses merancang eksperimen dan mengerjakan proyek dari awal hingga kesimpulan adalah sesuatu yang mereka sukai. Beberapa strategi instruksional lebih disukai oleh Assimilators. Ini termasuk, pembelajar dapat melakukan latihan mandiri yang telah disiapkan sebelumnya oleh instruktur. Kuliah kelas guru klasik yang didukung oleh presentasi audio atau video, mengikuti tutorial, eksplorasi atau demonstrasi pribadi dapat dilakukan dengan jawaban yang disediakan.

3. Konvergensi pemikiran abstrak dan eksperimen aktif adalah langkah ketiga.
Gaya belajar ini menekankan pentingnya pemecahan masalah sebagai metode pembelajaran. Pendekatan pembelajaran ini lebih disukai oleh individu yang mampu membuat penilaian dan menerapkan pemahamannya pada situasi baru. Mereka, berbeda dengan Diverger, cenderung menghindari berurusan dengan orang dan perspektif mereka, lebih memilih untuk fokus pada solusi teknologi. Beberapa strategi pendidikan lebih disukai oleh Convergers, dan mereka adalah sebagai berikut; Buku kerja atau lembar kerja yang menyertakan kumpulan masalah disebut sebagai kumpulan masalah.

4. Mengakomodasi (berdasarkan pengalaman nyata dan eksperimen aktif)
Jenis pembelajaran ini bersifat adaptif dan intuitif. Orang-orang ini lebih suka belajar dengan coba-coba, daripada mengandalkan orang lain untuk memberi mereka informasi yang mereka cari. Mereka memiliki kemampuan untuk mengubah arah mereka tergantung pada keadaan dan sering disukai oleh orang lain. Beberapa strategi pendidikan lebih disukai oleh Akomodator. Ini adalah beberapa di antaranya; Kegiatan yang memungkinkan anak-anak untuk berpartisipasi dengan cara yang berarti
Eksplorasi pertanyaan yang lebih dalam, seperti "bagaimana jika?" dan kenapa tidak?" dengan bantuan instruktur.

Aplikasi

Dalam kebanyakan kasus, guru dapat menentukan gaya belajar siswa mereka dengan mengamati mereka di lingkungan kelas. Siswa mulai mengekspresikan preferensi mereka untuk berbagai gaya melalui presentasi, diskusi, dan kegiatan kolaboratif sejak semester pertama. Instruktur harus terlibat dengan siswa di seluruh siklus pembelajaran jika dia ingin mengungkap preferensi mereka saat memberikan kursus melalui internet. Pendekatan pengajaran terbaik, sebagai suatu peraturan, selalu menggabungkan berbagai kegiatan belajar untuk mengakomodasi siswa dengan berbagai gaya belajar. Berbagai pengalaman bermanfaat bagi semua pelajar, terlepas dari gaya belajar yang mereka sukai, karena membantu mereka membangun keterampilan khusus di bidang tertentu dan membantu mereka menjadi lebih fleksibel dan berpengetahuan luas.

Teori pengalaman belajar Kolb menganggap belajar sebagai proses yang berkelanjutan. Semua tahapan dapat dimasukkan ke dalam pengalaman setiap saat. Misalnya, tergantung pada bagaimana pelajar berinteraksi dengan presentasi, ceramah guru-murid tradisional dapat menjadi pengalaman konkret dan abstrak bagi pelajar. Ini juga menyiratkan bahwa pelajar dapat menganggap refleksi intens dan emosional sebagai pengalaman konkret, sedangkan penyelesaian tugas berbasis komputer dapat dianggap sebagai sesuatu yang abstrak. Selain itu, untuk lebih memahami peristiwa atau aktivitas tertentu, seorang siswa dapat membuat model abstrak mereka sendiri dari awal. Ketika pengalaman belajar berlangsung, sangat penting untuk tidak membatasi mereka pada tahap di mana Anda menganggapnya.

Referensi

Kolb, D.A. (1984). Experiential learning: Experience as the source of learning and development. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.

Kolb, D. A., & Fry, R. (1975). Toward an applied theory of experiential learning. In C. Cooper (Ed.), Studies of group process (pp. 33--57). New York: Wiley.

Kolb, D. A. (1976). The Learning Style Inventory: Technical Manual. Boston, MA: McBer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun