Mohon tunggu...
Kikilestari 14
Kikilestari 14 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tradisi Rasulan di Desa Tepus, Gunung Kidul, Yogyakarta

9 Januari 2024   06:10 Diperbarui: 9 Januari 2024   06:18 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

TRADISI RASULAN DI DESA TEPUS, GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA


Kiki Lestari


Tradisi Rasulan yang ada di Desa Tepus, Gunung Kidul, Yogyakarta merupakan tradisi yang dilakukan setiap satu tahun sekali. Rasulan merupakan suatu acara yang ada kaitannya dengan peringatan keagamaan yaitu memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Tradisi rasulan sudah dilaksanakan pada zaman dahulu, namun masih dilestarikan sampai saat ini.

Rasulan dilaksanakan oleh masyarakat Desa Tepus, untuk mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Yang telah memberikan rezeki, berupa hasil panen yang melimpah di desa tersebut. Hasil panen dari masyarakat Desa Tepus, seperti jagung, padi, pisang, kacang, sayuran, dan lain sebagainya. Hasil panen tersebut akan di susun seperti gunungan dan akan dibawa saat acara kirab di Desa Tepus.

Rasulan tidak hanya dilaksanakan di Desa Tepus saja, melain di setiap pedesaan ataupun padukuhan yang berada di Kabupaten Gunung Kidul. Dengan waktu yang  berbeda-berbeda, sesuai dengan pelaksanaan panen di setiap desa. Sekaligus sebagai upaya memohon keselamatan dan menolak bahaya. Biasanya Tradisi Rasulan diselenggarakan pada bulan Juni atau bulan Juli. Tradisi ini dilaksanakan selama beberapa hari, dengan berbagai kegiatan yang berbeda.

Di dalam acara tersebut, pemerintah Desa Tepus membentuk panitia Rasulan yang dimana panitia merencanakan acara yang akan dilaksanakan, waktu pelaksanaan, serta biaya yang akan dibutuhkan didalam acara Rasulan. Setelah terbentuk panitia Rasulan dan sudah direncanakan terkait kegiatan yang akan dilaksanakan, teknis selanjutnya yaitu terkait pendanaan. Untuk biaya pelaksanaan acara Rasulan tersebut dibebankan kepada masyarakat perkeluarga.

Dan, untuk jumlah biaya yang ditanggung warga tergantung dengan seberapa banyak kegiatan itu dan jumlah pengeluarannya. Seperti untuk biaya mengundang dalang dalam acara wayang kulit, adanya kesenian reog ponorogo, dan lain sebagainya. Dalam acara Rasulan yang dilaksanakan, terdapat warga yang menyediakan masakan khas Gunung Kidul. Misalnya : nasi uduk, peyek, jangan lombok atau bisa dikatakan dengan sayur cabai yang biasanya ditambahkan lauk seperti tempe, abon atau srundeng, gudeg, bakmi, daging ayam atau telur untuk ingkung, dan sebaginya.

Dalam kegiatan ini biasanya warga Desa Tepus, Gunung Kidul melakukan kerja bakti terlebih dahulu untuk membersihkan desa. Fungsi dari kerja bakti tersebut, tidak hanya membuat desa itu tampak bersih dan indah. Namun, juga dapat mempererat tali silaturahmi antar warga dan memberikan kesan tersendiri didalam kegiatan tersebut. Tidak hanya membersihkan desa saja, akan tetapi juga ada beberapa warga yang membersihkan makam keluarga yang sudah meninggal.

Pada Tradisi Rasulan yang dilakukan sangatlah meriah, ada berbagai kegiatan serta pertunjukan yang berada disetiap desa khususnya di Desa Tepus. Misalnya ada pertunjukan reog ponorogo, jatilan, wayang kulit yang digelar semalam suntuk, dan masih banyak lagi. Acara yang paling ditunggu ialah kirab, kirab biasanya dipertunjukan disetiap desa salah satunya yaitu berada di Desa Tepus, yang berada di Gunung Kidul. Acara tersebut dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan setiap desa serta warganya memakai berbagi aksesoris.

Kegiatan kirab ini, biasanya setiap warga Desa Tepus mengelilingi desa-desa terdekat dan memakai pakaian yang sudah ditentukan. Seperti memakai pakaian adat Jawa, baju batik, dan lain sebagainya. Serta para warga memakai aksesoris sebagai pelengkap dalam berbusana. Di dalam acara kirab, biasanya Desa Tepus membuat beberapa kelompok tertentu untuk dijadikan satu kelompok yang menggunakan pakaian yang sama.

Contohnya, seperti kelompok petani. Yang di mana warganya harus memakai caping dan cangkul yang sudah ditentukan oleh setiap desa. Begitu pula dengan siswa-siswi, yang menggunakan seragam sekolah dengan membawa buku sebagai aksesoris. Kemudian ada juga dari kelompok seni, yang menggunakan kostum dari identitas masing-masing kelompok. Serta ada beberapa warga yang menggunakan seragam tentara dan membawa bambu runcing untuk mengenang perjuangan pahlawan yang telah gugur. Setelah acara kirab selesai, para warga melakukan doa bersama di balai desa untuk mendoakan ketentraman dan keselamatan seluruh warga. Acara selanjutnya yaitu, kegiatan perebutan gunungan yang sebelumnya sudah disusun dari hasil panen warga setempat.

Tradisi Rasulan, merupakan kegiatan yang tidak bisa ditinggalkan. Karena ada banyak tujuan dari kegiatan Rasulan tersebut yang hendak dicapai oleh masyarakat. Antara lain : Pertama, syukuran yang dimana dalam kegiatan Rasulan terdapat acara berdoa bersama agar diberikan kesejahteraan dan rezeki dari Tuhan Yang Maha Esa. Kedua, Melestarikan tradisi. Tradisi Rasulan ini sudah dilaksanakan pada zaman dahulu, maka dari itu masyarakat dapat mempertahankan dan melestarikan tradisi tersebut agar selalu berjalan dikemudian hari. Ketiga, memperkokoh tali persaudaraan. Di dalam acara Rasulan, terdapat banyak kegiatan yang memerlukan kerjasama antar warga setempat. Yang dimana, secara tidak langsung kegiatan tersebut telah menjadi perantara tali persaudaraan antar masyarakat.  

Hingga saat ini, masyarakat Desa Tepus, Gunung Kidul masih melaksanakan tradisi Rasulan yang diadakan setiap satu tahun sekali. Serta menjaga dan melestarikan nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Dan, bahkan pemerintah daerah setempat, tradisi Rasulan ini menjadi salah satu event budaya dan media pengembangan wisata yang ada di Kabupaten Gunung Kidul.

Referensi
De Kadt,E.(ed ). 1979. Tourism, passport to development? Perspectives on the Social and Cultural Effects of Tourism in Developing Countries. New York: Oxford University Press
Kemendikbud.go.id, Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013
Pendit. S. Nyoman. 2006. Ilmu Pariwisata ( SebuahPengantar Perdana ). Jakarta: P.T Pradya Paramita.
Pitana. I Gde. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta : C.V Andi Offse

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun