Sepanjang tahun 2019 hingga perhelatan Fuzhou China Open Super 750 kemarin, Indonesia berhasil mengumpulkan 25 gelar BWF World Tour yang merupakan hasil akumulasi dari perolehan gelar BWF Tour Super 100 hingga Super 1000. Pada beberapa turnamen yang bergengsi seperti level super 1000 dan super 750, Indonesia bener-benar mati suri di 2 sektor yakni ganda puteri dan tunggal puteri.
Selama ini, dijajaran persaingan papan atas dunia, ganda puteri hanya bergantung pada pasangan Greysia Polli/Apriyani Rahayu. Namun ditahun 2019 ini, publik dibuat khawatir oleh torehan performa buruk yang telah dibukukan oleh ganda puteri utama Indonesia ini.
Alih-alih mempunyai pemain pelapis yang bagus yang diharapkan bisa menjadi pelapis sepadan dengan ganda utama, justru tidak ada satu pun pelapis ganda puteri yang mampu bersinar menembus jajaran papan atas dunia.
Penampilan mereka selalu mengkhawatirkan disetiap turnamen, yang mana hampir semua pemain Ganda Puteri selalu tersingkir dibabak-babak awal.
Della/Rizki yang dipersiapkan sebagai pelapis utama pada Olimpiade Tokyo 2020 justru malah tampil underperform sepanjang tahun 2019 ini. Mereka senantiasa menelen kekalahan di round awal.
Padahal, tahun 2018 lalu, Della/Rizki sempat menjadi harapan karena berhasil masuk ke top ranking 10 besar. Namun tahun ini, peringkat mereka terlempar dan sulit bersaing kembali dengan ganda-ganda puteri papan atas dunia lainnya.
Pola permainan yang kurang variatif, defense lemah, banjir error, attack yang selalu menjadi bumerang, kerapkali Della/Rizki pertonjolkan dan hal inilah yang membuat banyak badminton lovers geram. Tidak sedikit dari mereka yang membully atlet ganda puteri, bukan hanya Della/Rizky saja namun semua pemain pelapis di ganda puteri yang tidak memerlihatkan perkembangan sama sekali.
Menurunnya performa ganda putri menjadi sorotan tajam publik. Ditambah lagi dengan serangakaian hasil buruk yang diperoleh oleh ganda puteri utama Indonesia. Bila dulu Greysia/Apri senantiasa mulus mencapai babak semifinal dan hanya kesulitan mengalahkan tiga ganda puteri utama Jepang, yakni Misaki/Ayaka, Yuki/Sayaka, dan Mayu/Wakana.
Kini mereka sering dikalahkan oleh pemain yang peringkatnya jauh dibawah mereka. Termasuk di China Open yang lalupun mereka dikalahkan oleh pasangan Malaysia di round 32 besar.
Hasil ini membuat peringkat mereka makin terlempar dari 5 besar dunia dan kini mereka bertengger di top 8 dunia.
Wacana PBSI yang menargetkan bisa mengirimkan dua pasangan ganda puteri ke Olimpiade rasa mulai terlihat mustahil. Apalagi melihat persaingan ganda puteri yang didominasi oleh tiga negara yakni Jepang, China, dan Korea.