Pagi tadi aku dimintai tolong ibukku agar membantunya membeli beberapa kebutuhan dapur, seperti sayur-mayur, bumbu pawon, telur, dan lain sebagainya.
Biasanya ibukku lah yang selalu menyambangi pasar, untuk sekedar membeli pasokan makanan. Tapi karena hari ini beliau sedang terburu-buru untuk mengantar adik bungsuku menuju tempat belajarnya, jadi beliau menyerahkan keperluan dapur itu kepadaku.
Aslinya aku malas untuk berkunjung ke pasar tradisional. Sebab, beberapa tahun yang lalu diriku pernah terpeleset hingga menyebabkan beberapa bagian kaki ku meninggalkan jejak luka. Karena pada waktu itu, seingatku lantai yang ku tapaki masih beralaskan tanah, dan belum sama sekali terjamah semen.
Itulah salah satu alasan yang membuatku enggan untuk bersambang ke tempat yang pastinya akan disesaki pengunjung itu. Selain lantainya yang mudah becek ketika hujan mengguyur, juga ada beberapa hal lain yang membuatku perlu berpikir berulang kali untuk pergi ke pasar itu.
Pikiranku kembali melayang membayangkan yang tidak-tidak, "pasti pasar itu masih sama kondisinya, kumuh." gumamku dalam hati.
Di lain sisi, aku juga berpikir, jikalau aku tidak bergegas ke pasar sebelum nyonyaku itu sampai ke rumah. Sudah pasti aku akan diomelinya sepanjang hari.
"Ah, sudahlah. Daripada kena omel berhari-hari, lebih baik aku menyingkirkan pikiran jelekku itu, dan bersiap pergi ke pasar yang terakhir ku datangi beberapa tahun lalu." timpalku.
Ku pacu kuda besiku, untuk bertemu kembali dengan tempat yang pernah membuatku terjatuh. Tak perlu waktu lama untukku sampai di pasar, hanya membutuhkan kisaran 15 menit saja.
Namun sesampainya ditempat parkir, mataku terbelalak. Sempat mengira jika aku salah tempat, karena lokasi yang seharusnya ku datangi itu seperti yang kuceritakan tadi, kumuh, sempit serta masih beralaskan tanah.
Tapi mengapa yang ada didepan mataku ini berbeda? Tiba-tiba saja jiwaku dirundung kebingungan, gegaslah ku tanya petugas keamanan yang tengah berjaga tak jauh dari lokasiku memarkirkan motor.