Pada tahun 2015 silam, Ganjar telah menerima Tanda Kehormatan Bintang Jasa Utama bidang Koperasi dan UMKM. Menariknya, penghargaan tersebut diserahkan langsung oleh Jokowi kepada Ganjar di Istana Negara. So, bisa dinilai sendiri ya, bahwasannya Ganjar sudah sedari dulu kerap menerima penghargaan, baik Nasional maupun Regional.Â
Sampai detik ini pun, Ganjar masih giat mendorong perkembangan UMKM di wilayah garapannya. Ia juga memberikan fasilitas berupa Lapak Ganjar dan Hetero Space yang telah berdiri di tiga wilayah, yaitu Semarang, Solo dan Banyumas. Fasilitas seperti Hetero Space, sangatlah tepat diperuntukan bagi anak-anak yang ingin meningkatkan serta mengoptimalkan ke-kreatifan dalam mengembangkan usahanya.
Akibat kesungguhan hati dalam upaya mensejahterakan warganya melalui kegiatan UMKM, membuat Ganjar dinobatkan sebagai 'Bapak UMKM'.
Pada tahun 2023 ini, Ganjar telah menggandeng Bank Indonesia untuk memajukan Produk Dalam Negeri lewat event UMKM Gayeng yang bertajuk 'go GReen, sustAiNable, Digital dan Export' atau istilah kerennya go GRANDE.
Sebenarnya masih banyak sekali prestasi-prestasi yang telah ditorehkan Ganjar selama menjabat dua periode. Namun semua hal tersebut tentunya tak akan pernah nampak dimata para pembencinya. Di mata mereka, Ganjar adalah Gubernur minim prestasi yang hanya gemar berlari-lari.
Meskipun kerap dihujat, tak akan membuat Ganjar patah arang. Justru dari nyinyiran tersebut, membuatnya semakin gencar untuk terus berinovasi dalam membangun Jateng agar lebih baik.
Apalagi baru-baru ini Ganjar kembali menyabet penghargaan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) selama 12 kali berturut-turut. Mengetahui informasi tersebut, apa gak semakin dibuat kelonjotan mereka (netizen)? Pasti dari mereka akan menganggap, jika hal seperti ini sengaja dilakukan jelang Pilpres saja.Â
Sayangnya, perspektif demikian tidaklah tepat. Kilas balik kembali menyapaku dan sedikit memberikan petunjuk padaku. Pada tahun 2011, menjadi saksi bisu awal mula diberikannya penghargaan WTP kepada Provinsi Jateng. Sejak saat itu, hingga tahun inilah penghargaan tersebut selalu berpihak pada wilayah Jateng.Â
Namun rasanya, penegasan seperti itu sudah pasti akan menjadi hal transparan dimata penghujatya. Mereka tak akan menerima realitasnya, mereka lebih tertarik dengan informasi-informasi yang cenderung menuduh hingga memfitnah.
Huh, menyeramkan sekali ya dunia medsos ini. Bagi mereka yang tak tahu bengisnya media sosial, sudah pasti akan menjadi target bualannya. Hasutan demi hasutan akan masif dimainkan untuk sekedar menggiring opini pengguna media yang masih kelewat polos supaya masuk kedalam perangkapnya.
Jangan sampai jebakan betmen mereka berhasil memperdaya mindset kita. Seandainya mendapati informasi-informasi yang dirasa janggal, alangkah lebih baik kita telisiri dahulu mengenai kebenaran beritanya. Takutnya jika salah menafsirkan, membuat kita terjerumus pada jalan yang tak semestinya.