Mohon tunggu...
Kiki Anggia
Kiki Anggia Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Cegah Paham Radikalisme Pada Remaja

9 Juli 2018   14:20 Diperbarui: 9 Juli 2018   14:24 966
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Radikalisme merupakan tindakan yang menunjukkan suatu perubahan yang dilakukan dengan menggunakan kekerasan dan juga pemaksaan.

Paham radikal yang kian marak saat ini membuat kita harus semakin waspada. Pasalnya, radikalisme tersebut ditujukan kepada perilaku para teroris yang berencana untuk menghancurkan ketoleransian masyarakat Indonesia.

Tak hanya sampai disitu, para teroris bahkan dengan sengaja membujuk rayu para remaja atau masyarakat yang masih dalam pemikiran awam agar ikut dalam keorganisasian mereka. Hal ini seharusnya menjadi ketakutan para orang tua, jika sewaktu-waktu anaknya terjerumus dalam pemikiran yang radikal.

Oleh sebab itu, pentingnya kita untuk saling belajar memahami akan radikalisme, supaya kita mampu menghindari hal-hal yang tidak di duga. Seperti menjadi pelaku teroris, atau bom bunuh diri.

Berbicara tentang bom, seperti yang sedang hangat di bicarakan saat ini. muncul sebuah ledakan yang diduga bom, terjadi pada hari kamis, 5 Juni 2018 tepatnya di Kelurahan Pogar Kecamatan Bangil Kabupaten Pasuruan.

Bom tersebut di duga meledak secara tidak sengaja, Dugaan ini lantaran keberadaan piring dan makanan siap santap yang masih utuh. Hidangan ini terletak tepat di sebelah ruangan yang menjadi lokasi ledakan bom. "Mungkin persiapan untuk aksi tapi malah dibuat mainan sama anaknya," terang Machfud saat konferensi pers di Mapolres Kabupaten Pasuruan, Kamis (5/7).

Hanya terdapat satu korban dalam ledakan ini, mirisnya korban tersebut adalah anak dari sang pelaku. Dan untuk saat ini pelaku berhasil melarikan diri setelah mengetahui aksinya telah bocor akibat ulah dari anaknya sendiri.

Peristiwa ini bukanlah untuk yang pertama kalinya, karena di Indonesia sendiri sudah terjadi banyak kasus ledakan bom yang diduga pelakunya adalah para teroris.

Betapa mirisnya Negara kita ini, seakan-akan dalam keadaan yang sudah merdeka tetapi masih tetap dijajah oleh warga negaranya sendiri.

Setelah lebih memahami akan kejadian terror bom ini, seharusnya kita lebih membuka pikiran kembali. Bahwa masyarakat Indonesia belum mampu memahami dengan betul makna dari Pancasila. Penanaman paham Pancasila yang kurang ini lah, yang menjadikan warga Negara kita rentan akan paham radikal, kurangnya rasa bertoleransi dan bermasyarakat satu sama lain, serta kurangnya belajar mempersatukan dirinya dalam perbedaan.

Sebagai satu langkah menuju perubahan agar tidak semakin mendalamnya paham radikal kepada generasi kita dimasa mendatang. Pemerintah seharusnya bertindak tegas akan pembelajaran pemahaman pancasila, agar proses belajar tersebut lebih mampu ditekankan. Sehingga para generasi muda lebih faham dan lebih enjoy dalam bertoleransi dengan perbedaan di negaranya sendiri.

Menanamkan paham pancasila secara benar dan tepat sejak dini, dapat meminimalisir tingkat paham radikal di Indonesia. Hal ini juga akan mampu mencegah tindakan terorisme yang dilakukan oleh para remaja.

Mengapa harus para remaja? Karena pada usia mereka, pemahaman akan keagamaan, pancasila, dan radikalisme nya masih sangat parsial. Rentannya tingkat keseimbangan pola pikir, dan cenderungnya mereka dalam mengambil sebuah keputusan yang hanya ada dalam satu pembenaran, bukan pada kebenaran.

Sehingga perlu dimunculkannya pendekatan secara logistic agar mereka benar-benar mau menerima pemahaman tersebut. Peran orang tua serta masyarakat pun mampu menjadi pendukung agar mereka lebih mudah menerima akan paham radikal ini.

Kita sebagai masyarakat yang juga mempunyai peran dalam hal ini tentunya harus ikut membantu, agar Indonesia kedepannya akan menjadi lebih baik tanpa paham radikal ini. dengan memberikan pengarahan sederhana kepada adik-adik kita, hal itu termasuk dalam kegiatan meminimalisir paham radikal.

Jika tidak dimulai dari kita, lalu siapa yang akan memulainya dan menjadikan Indonesia lebih baik untuk kedepanya.

Oleh : Kiki Anggia Wahyuni (Mahasiswa Ilmu Komunikasi/Universitas Muhammadiyah Sidoarjo)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun