Gas alam memiliki banyak keunggulan yang menjadikannya sebagai sumber energi yang efisien, relatif bersih dan ekonomis. Namun, masih ada masalah lingkungan dan keamanan dalam pembuatan dan penggunaannya. Banyak daerah yang saat ini sedang dieksplorasi dan dikembangkan untuk menghasilkan gas alam yang relatif masih asli dan/atau hutan belantara. Pemukiman di kawasan ini memiliki dampak yang signifikan terhadap lingkungan, satwa liar, dan populasi di sekitarnya. Sebagian besar gas alam terdiri dari metana, gas rumah kaca yang sangat kuat.Â
Metana dapat dilepaskan ke atmosfer dari tambang batu bara, ladang minyak dan gas, fasilitas penyimpanan gas alam, jaringan pipa dan pabrik pengolahan. Kebocoran ini merupakan sumber emisi gas rumah kaca. Industri minyak dan gas alam berusaha untuk mencegah kebocoran gas, dan ketika gas alam diproduksi tetapi tidak dapat diangkut secara ekonomis, ia "dinyalakan" atau dibakar di lokasi. Karena CO2 adalah gas rumah kaca yang kurang berbahaya daripada metana, ini dianggap lebih aman dan lebih baik daripada melepaskan metana ke atmosfer.
Karena kebocoran gas alam dapat menyebabkan ledakan, lokasi pengeboran memiliki peraturan dan standar industri yang sangat ketat untuk memastikan transportasi, penyimpanan, distribusi, dan penggunaan gas alam yang aman. Karena gas alam tidak berbau, perusahaan gas alam menambahkan zat berbau tajam yang disebut merkaptan untuk membantu mendeteksi kebocoran dengan cepat.Â
OMC - Pusat Manajemen Minyak dan Gas Bumi adalah fasilitas pelatihan di industri minyak dan gas. Sebagai lembaga pelatihan, OMC menawarkan pelatihan penguji tamu untuk mendeteksi keberadaan gas berbahaya dan beracun di industri minyak dan gas.
Menggunakan gas alam di rumah bisa menjadi solusi yang lebih baik dan lebih murah untuk memenuhi kebutuhan energi masyarakat. Sayangnya, penggunaan gas bumi untuk keperluan rumah tangga masih kurang optimal akibat pembatasan pembangunan jaringan gas (jargas).
 Komaidi Noto Negoro, Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, mengatakan ketersediaan jaringan pipa gas menjadi salah satu penghambat belum maksimalnya pengembangan gas bumi. Di sisi lain, perhitungan bisnis harus diperhatikan saat membuat jargas. Komaidi melanjutkan, bagian paling mahal dari pembangunan Jargas adalah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Karena sebagian besar daerah seperti Jakarta tidak memperkirakan penggunaan gas alam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H