Jika semua putri kembali pada rumahnya
Maka argumen setiap manusia berkata demikian pula
Tempat pulang gadis jelita adalah Tuannya
Lantas bagaimana dengan kita?
Harus terus berkaca dari masa ke masa
Menatap sedetikpun tak bisa
Apalagi harus beradu pandang mengungkap setiap yang dilaluinya
Tak ingin punya rumah sama
Tak ingin punya atap persis Tuan punya
Ingin rumah
Bukan yang di renovasi
Ingin rumah yang jauh dari yang lama
Sebab yang kemarin banyak reruntuhan di dalamnya
Maaf Tuan, sampai kini
Tuan masih menjadi luka penuh arti
Luka membekas yang tak kunjung sembuh ditelan delusi dan ilusi
Tuan tetap tak sadar diri
Padahal putri menunggu sebuah arti
Dikiranya rumah,Â
Ternyata neraka yang terus menghantuinya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H