Ruang Sendiri, 18 Januari 2023
Prakata Rasa
Tentang Pisau dan Api
Sesuatu yang baru yang aku pelajari hari ini adalah, tidak apa jika hal itu buruk dan membuatmu kesal dan terpaksa harus membela diri, maka lakukan saja. Marah itu sebuah emosi, teriakpun hanya sebuah nada, jadi tak apa jika dilakukan.Â
Berhenti untuk selalu sabar dan tabah, jika sabarnya bisa benar dan ikhlas tak masalah, tapi jika diam itu bentuk paksaan untuk menutupi sebuah perasaan maka jangan terlalu sering disembunyikan, kamu juga butuh ruang untuk membuang semua energy negative maupun pikiran yang menjalari seluruh tubuhmu. Jika bicara perihal agama, mungkin ini bukan hal yang baik dan tentu menyimpang, namun ini perihal mental.Â
Siapapun butuh ruang untuk tidak terus menerus disalahkan, diabaikan, bahkan dihakimi. Bukan perihal diri sendiri, tapi juga orang lain, orang yang masih sedarah, dia bisa untuk menahan sesaknya, tapi aku tak lagi begitu, aku sudah muak dengan banyak hal yang mengancam dan merusak diriku sendiri maupun orang sekitarku.
Aku tidak perduli lagi terhadap hal mengenai aturan yang berlaku dari yang tua ke yang lebih muda pun sebaliknya. Aturan itu berlaku hanya untuk yang pantas dan disegani sesuai pribadinya, jika hanya omong kosong belaka, aku akan mengabaikannya dan membuang jauh-jauh dari duniaku yang sesungguhnya.
Siapapun silahkan saja bersilat lidah, aku tidak akan diam, aku akan membalas dengan pedang yang tajam ataupun belati yang kokoh, juga dengan senapan yang tentu aku sudah pandai membidiknya dengan professional. Jadi silahkan saja, lakukan semaumu, dunia akan membuktikan bangkai apa yang kau sembunyikan disepanjang jalan luka yang bertebaran.
Perihal ini, sepertinya kicauaan burung lebih indah didengar daripada suara sumpah serapah. Tapi, akan sulit dimengerti jika hanya anggukan atau gelengan kepala, sebab hanya ada makna iya atau tidak bukan rinci apa dan kenapanya.
aku tidak menyuruh orang untuk mengikuti jejakku melainkan kamu harus pandai memakai jiwa dan ragamu sendiri, jangan mau untuk dihabisi oleh rasa bersalah dan menyerah begitu saja. jangan mau terus terisak menangis dengan isakkan redam dibalik ruang kosong sendirian, jangan mau bilang iya, sebenarnya kamu sendiri enggan mengiyakan. berat jadi kamu, jadi jangan mau diambil alih seperti hidup namun tak hidup. Kamu sedih, menangis boleh, kamu kesal juga boleh, marah, ataupun kamu ingin membenci ya silahkan saja, bentuk emosi hanya bersifat sementara, untuk apa tidak dikeluarkan dan hanya dipendam saja.
Jika sudah dititik paling lelah maka bicaralah, sudahi hal yang mengganggu pikiran dan perasaanmu, ruang itu perlu bukan tentang baik dan tidak baiknya, tapi selesai marahnya jangan lupa istighfar yaa, lepasin semua kekacuannya bukan berarti kamu jadi buas dan menerkam mangsanya. sekali lagi tidak apa, kalau semuanya masih diproses sangat lama, jalani saja, semuanya memerlukan proses yang panjang tidak selalu instan bahkan tidak ada yang instan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H