Baskara yang Aksa
Terkadang harus belajar dulu makna tuntas
Agar tahu kata lepas
Seperti layaknya rumah
Aku salah menilainya
Ku kira kau rumah
Ternyata, hanya sebuah tempat singgah
Singgah yang lagi-lagi menoreh kisah yang sama
Rumah yang biasanyanya nyaman ditempati
Kini jauh dari kata empati apalagi simpati, Aaaah sepertinya bukan untuk hal itu,
Bukan lagi sebuah algoritma diksi dan aksara yang tersusun rapih
Setiap berkaca melihat disebalik kisah yang lama
Ternyata, itu hanya sinar mentari yang tak bertahan lama
Semakin gelap tertahan oleh malam yang redup
Bukan lagi tentang gulali manis
Tapi, ini tentang permen karet yang dikunyah rasanya semakin menipis dan hambar
Bukan lagi tentang bunga yang tumbuh ditanah
Melainkan sudah dipetik dan disusun menjadi bucket bunga,
Secantik apapun nampaknya, tetap saja akan layu juga.
Berhentilah untuk menjadi selalu ada digarda terdepan, untuk orang yang selalu menempatkanmu ditempat paling akhir.
Mataharinya sudah mulai menjauh, bukan lagi tempat nyaman yang utuh untuk menghangatkan tubuh.
Sudah menjadi balutan es salju, yang dinginnya membuat sekujur tubuh membeku.
Cirebon, 12 Desember 2022
Kiki Ambarizki
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H