Ujian berakhir dan semuanya berkumpul kembali dan balik masing-masing. Ujian yang paling menegangkan adalah ketika tes SBMPTN yang tentu tidak tahu alur model soalnya ditambah suasana yang mencekam dan mindset yang berfikir saingannya berat sekali, dari situ saja sudah mental kalah.
Kayla kembali ke tempat bekerja, dan menjalani aktifitas seperti biasa. Setelah pengumuman SBMPTN selesai, dan Kayla tidak lulus, dan Kayla biasa saja karena sudah tahu hasilnya. Kayla memutuskan untuk bekerja. Setelah bekerja di Toko Hijab, Kayla memutuskan resign karena ijazah sudah dibagikan dan Kayla mencari peruntungan ditempat lain. Ketika hendak balik ke rumah dan kena marah orang rumah karena berhenti bekerja, ada 1 hal yang mengiris hati Kayla ketika mendapat kabar dari adiknya yaitu ada Surat Undangan dari Universitas Majalengka yang ada di tong sampah, yang membuangnya adalah bibinya.
Sivia : "Kak, ada surat tuh di tong sampah sore tadi di buang sama bibi. Gatau ada univ-univnya apaan."
Kayla langsung bergegas ke tong sampah depan rumah dan mencoba mencarinya dan dia temui itu. Isinya surat Undangan di UNMA dengan prodi Ilmu Komunikasi. Kayla hanya menangis merasakan cara orang-orang disekitarnya yang tidak memiliki hati, apa salahnya sekedar meletakkannya saja biar nanti dibaca oleh Kayla, ini justru menyengajakan dibuang dan itu sudah sempat dibuka, berarti mereka tahu isinya. Walaupun itu tidak penting dan mungkin hanya sekedar surat undangan, menurut Kayla itu berarti entah sebagai mimpi atau pemicu semangatnya kembali utuh.
Sejak kejadian itu Kayla semakin terpacu semangatnya untuk kembali Kuliah, namun telinganya sakit karena brisiknya omongan semua orang, akhirnya Kayla memutuskan kembali bekerja dan yang di dapat adalah Kerja sebagai buruh Pabrik tekstil produksi benang. Termasuk pabrik produksi terbesar di daerah sekitaran sini. Dengan antek-antek orang dalam dari guru Bahasa Arabnya, yang mempunyai teman seorang satpam akhirnya Kayla bisa bekerja di situ.
Pulang pergi dengan 3 shift membuat dirinya kualahan jam tidurnya, bahkan harinya masih sama seperti di sekolah, dia hanya membawa botol air minum saja, selebihnya dia makan dikantin tanpa jajan, sedangkan yang lainnya makan sambil jajan makanan lainnya. Untuk merasai semuanya rasanya tidak cukup yakin selain malu, Kayla selalu berfikir jika pengeluarannya banyak, uangnya akan habis hanya untuk jajan saja setiap bulan, sedangkan dia harus bayar ini dan itu sejak saat itu Kayla menjalani hari menjadi orang yang seperlunya berteman dengan siapapun dan biasakan untuk sendiri. Bahkan setiap senin kamis Kayla tidak pergi ke kantin dan memilih untuk sholat dhuha dan berdiam di musholah. Saat genting seperti inipun Kayla selalu tidak memikirkan dirinya dan hanya orang lain yang dia fikirkan. Dia selalu dianggap aneh oleh orang kebanyakan karena suka sendirian.
Pekerjaannya disini adalah sebagai Operator Produksi bagian Winding yaitu menjadikan cap menjadi bal gulungam besar. Awalnya cukup melelahkan jadi anak training yang bau kencur, dipermainkan oleh kapok (kepala kelompok) atau leader yang dianggap orang baru itu lemah, harus diberi pelajaran dulu habis-habisan baru bisa tahan banting dan kuat jadi karyawan. Masa training berjangka 1 tahun, selama itu pula Kayla mengalami setiap pagi jadi tukang sapu-sapu di sectionnya karena dibagian bawah pasti ada kapas yang berterbangan, dan biasanya kalau pagi petinggi india selalu datang dan marah jika tempatnya kotor.Â
Semua anak baru akan diperlakukan sama oleh Kapok yaitu menyapu setiap pagi ini dilakukan mengelilingi semua mesin berkali kali sampai siang dan disekitar itu saja. Setelah bagian menyapu, kemudian beralih jadi checker mengangkat cap yang bertumpuk segera mungkin dengan 2 tangan dan 10 jari bersamaan sebanyak-banyaknya, membuat punggung sakit tangan hitam-hitam karena terbentur besi yang menadah cap beserta kotor karena terseret-seret.
Keluhanpun terjadi setelah beberapa bulan dijalani, dan masih ditempatkan di tempat yang sama, salahnya adalah ketika Kapok diam dan Kayla sebagai anak buah diam juga tidak terjalin komunikasi maka dianggaplah Kayla ini tidak bisa apa-apa, walaupun pada akhirnya jaga mesin juga tapi ini speednya lebih cepat lagi dan Kayla semakin kualahan. Menjaga 12 mesin secara bersama dan hanya 1 orang saja itu cukup melelahkan. Belum lagi cop untuk menandai sticker di gulungan ball, itu membutuhkan waktu juga. Akhirnya Kayla memutuskan untuk resign dengan alasan ingin kuliah padahal memang ingin resign saja. Dan kembali kena marah orang rumah. Hidupnya selalu dengan aturan, dan seperti yang diketahui ladang uang mereka adalah Kayla.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H