Mohon tunggu...
Kiki Ambarizki
Kiki Ambarizki Mohon Tunggu... Lainnya - ♡

Done better than perfect, practice make perfect.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sebuah Noktah (8)

19 September 2022   02:54 Diperbarui: 19 September 2022   06:43 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

awalnya Kayla dengan semangat yang menggebu-gebu pemanasan mengelilingi lapangan puluhan kali,ternyata menyenangkan berlari ketika sedih, energi emosinya sangat tersalurkan melalui lari. dilanjut pemanasan lari dengan kaki naik turun, lalu gerakan lainnya kemudian baru gerakan silatnya. kegiatan ini sangat menyenangkan ketika dilakukan saat emosi, melelahkan ketika sedang bahagia.

Sejak dulu, sejak ditinggal ibunya Kayla sudah tidak bisa mempercayai siapapun didunia ini yang dilihatnya. orang tua tuggal seperti ayahnyapun tidak pernah menanyai apa perasaannya ataupun keadaannya. kasih sayang tidak didapat, begitupun materi. bukan banyak menuntut dan tidak bersyukur, tapi masa remajanya hanya Dia sibukkan untuk banyak memikirkan orang lain tanpa memikirkan kepentingannya sendiri. seperti "duhhh bagaimana ya nasib adikku yang laki-laki, duh adik aku yang perempuan bagaimana ya di rumah diurus mereka yang tentu bukan orang tua sudah pasti perlakuannya berbeda." banyak hal yang menyakitan yang dia fikirkanmasa kini saja dia sudah kualahan memikirkannya, mana sempat memikirkan masa depantentu itu adalah hal yang sangat tabu untuk diulik lebih mendalam.

Masa kelas XII sama halnya dengan kelas XI dilalui saja harinya sampai habis waktunya walaupun berat tetap sabar dan doa penolongnya.

Jika Kayla tidak mengenali guru Bahasa Asing (B.Arab) mungkin hidupnya akan sangat berantakan karena tidak memikirkan tentang bagaimana hebatnya tengan Tuhan bekerja. sejak mengenali guru ini, dia semakin yakin bahwa "Apa yang menurut Kita baik belum tentu baik juga bagiNya. bisa jadi hal burukpun itu adalah seuatu yang akan menyelamatkan Kita nantinya." sejak saat itu tidak ada lagi tepat yang patut untuk menjadi tempat bergantung kecuali hanya kepada Allah, sosok yang tidak pernah lebih untuk selalu ada dan tidak pernah meninggalkan ketika susah, bahkan selalu ingin didekati ketika butuh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun