Mohon tunggu...
Kiki Nafisa
Kiki Nafisa Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang Engineer yang paling suka tema politik dan agama. Saya Mancunian sejati, tapi saya bukan pemuja setan, apalagi setan merah :)

Selanjutnya

Tutup

Money

Orang Tua Saya Petani Sejahtera

13 Maret 2013   05:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:52 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan bermaksud sombong atau membangga-banggakan titipan rejeki yang Allah karuniakan kepada orang tua saya. Hanya saja saya ingin sedikit berbagi dengan rekan-rekan pembaca Kompasiana tentang pengalaman saya sebagai anak Petani tulen.

Standar hidup sejahtera tentu saja relatif. Bagi saya pribadi, sejahtera itu adalah ketika kita terbebas dari hutang.

Saya berasal dari Sulawesi, tepatnya di Kabupaten Luwu, tinggalnya di pedalaman, terus masih di pedalamannya lagi. Pokoknya saya tinggal di salah satu dusun di sana. Sumber mata pencaharian utama di kampung saya adalah hasil persawahan, perkebunan coklat dan tambak ikan bandeng. Namun tidak semua warga beruntung bisa memiliki ketiganya. Alhamdulillah, orang tua saya termasuk orang yang beruntung.

Di tahun pertama dan kedua kuliah, tepatnya tahun 2003/2004, teman-teman sebaya saya yang bisa mengecap bangku kuliah hanya sedikit. Kebanyakan terpaksa memilih mengubur impiannya untuk kuliah karena keterbatasan biaya. Di kampung saya tidak ada yang berprofesi sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil/Swasta), semua menggantungkan mata pencahariannya sebagai Petani.

Namun, dengan berjalannya waktu dan banyaknya bantuan Pemerintah yang masuk ke kampung saya demi menunjang kegiatan Pertanian, Alhamdulillah, taraf kesejahteraan masyarakat di kampung saya sangat meningkat. Rumah-rumah yang dulunya hanya terbuat dari papan kayu hampir semuanya berganti dengan beton. Jika dulu saya sering berbagga karena hanya saya yang bisa menggunakan sepeda motor ke sekolah, sekarang malah motor nilainya sama seperti memiliki sepeda di waktu dulu.

Berhubung sejak kuliah hingga sekarang saya sangat jarang tinggal di kampung, tentu saja saya heran melihat perkembangan tersebut. “Kok semua orang sudah pada kaya yah di kampungku ini, heran!”, begitulah kira-kira celetuk hatiku pada satu waktu. Akhirnya saya bertanya kepada bapak saya, dan beliau menjelaskan tentang bantuan-bantuan Pemerintah yang kampung saya dapatkan. Mulai dari pembangunan Irigasi untuk persawahan, pembangunan jalan-jalan tani, pembagian pupuk gratis serta bibit tanaman yang juga gratis dan masih banyak bantuan lainnya.

Jika dulu panen padi hanya bisa 1x/Tahun, Alhamdulillah, sekarang sudah 3x/Tahun. Jika dulu Petani bingung akan menjual kemana hasil pertaniannya, sekarang para pembeli yang berebut masuk ke kampung karena infrastruktur jalan yang sudah memadai.

Dan tentang orang tua saya, sekarang saya malah iri terhadap mereka. Mereka yang hanya Petani biasa, tamat SD pun tidak tetapi penghasilan mereka jauh lebih besar daripada saya yang seorang S1 dan Engineer pula di bidang Offshore Construction Industry. Dan yang lebih bikin iri adalah kebebasan waktu yang mereka miliki.

Ini ceritaku tentang Petani di daerahku, apa ceritamu???

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun