Saat ini secara perlahan warga KAT bersama Pendamping berhasil mengolah pisang menjadi sebuah produk makanan berupa keripik pisang dengan beragam varian rasa seperti coklat, keju balado dll. Keripik ini dijual dengan kisaran harga seribu rupiah ke kios-kios terdekat di Desa Sarae Ruma.
Selanjutnya warga juga mampu mengelola pisang menjadi pisang goreng yang dijaul di pagi hari. Namun ada persoalan sendiri dimana setiap ibu-ibu yang menjual pisang goreng meninggalkan limbah kulit yang tidak dikelola.
Dengan inisiatif pendamping melakukan eksperimen bersama warga KAT untuk mengelola kulit pisang menjadi sebuah produk makanan yang inovatif, karena sesuai dengan kandungan yang ada pada kulit pisang yang mengandung banyak vitamin dan banyak serat dirasa mampu diolah untuk menghasilkan sebuah produk makanan yang memiliki nilai gizi. Pengelolaan Kelor dan Bidara sendiri diolah menjadi Teh herbal dan Masker organik.
Pemasaran produk dilakukan dengan offline dan online melalui sosial media. Dan produk keripik dan kulit pisang ini juga sudah diproses suat izin usaha untuk pengeluaran nomor PIRT dan sertifikasi halal dan BPOM ke Dinas Perindag Kabupaten Bima.
Adanya produk ini menjadikan warga KAT setempat mampu berfikir kreatif dalam mengelola Sumber Daya Alam melalui pemanfaatan yang bernilai ekonomis. Selain itu juga memperkenalkan kepada khalayak umum bersama warga KAT juga mampu berdaya melalui potensi Desa sendiri. Harapannya produksi ini bisa terus berkelanjutan dengan bantuan solidaritas masyarakat dan pemuda setempat, menuju masyarakat sejahtera yang inovatif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H