Saya pernah menjadi supporter timnas, era kurnia sandi, kurniawan dwi yulianto, bima sakti, yeyen tumena, nurul Huda, supriono, alex pulalo, indriyanto dan ilham romadhona, tahun 1992-1993, saat mereka berada di kompetisi di italia. Walaupun secara hasil kurang mengagukan, namun era itu adalah awal-awal saya mulai menyukai tim nasnional sepakbola indonesia. Berita tentang mereka saya rajin ikuti lewat tabloid sepakbola yang cukup rutin saat itu saya beli tiap selasa dan jumat yaitu GO dan BOLA, saat itu saya ingaret ketua PSSI nya Azwar anas, yang saat itu mebjabat sebagai menko kesra, dibalik masalah sepakbola gajah dan mafia wasit, saat itu dia merupakan sosok yang say angap keren, karena menciptakan primavera Kerjasama dengan klub seri A Samdoria. Â
Saya sempat berhenti mengikuti perkembangan tim nasional, pasca bareti, karena kepengurusan PSSI yang menurut saya kurang cocok, teutama era nurdin halid, la nyala, edy, djokdri, iwan budiuanto dan iwan bule, saya baru Kembali menyukai timnas dan cukip aktif mencari beritanya poada era ET awal 2023, karena prestasi nya lumayan baik, memberikan angin segar pada perubahan timnas dan perbaikan federasi. Sinifikansi cukup besar adalah saat ET memilih STY sebagai pelatih timnas senior, dengan seabreg prestasi yang lumayan mentereng, yang tidak pernah dicapai timnas pada era-era pelatith sebelumnya. mulai dari runner up piala AFF, prestasi di piala asia, emuanya  pasti membuat supporter timnas merasa bangga, senang dan Bahagia. Saya terakhir nonton timnas tahun 2007 di GBK, saat piala asia,
Yang saat itu kalo tidak salah yang menjadi jaaranya Iraq yang diperkuat Ahmed Ali Jaber, kipper canggihnya saat itu, saya ingat kipper ini karena Namanya mirip dengan nama ayah seorang kawan, Â
Namun supporter timnas saat itu juga sudah seru, mereka sudah mulai kompak dalam mendukung timnasional menghadapi timnas lain sekelas dunia di Jakarta, kesempatan langka. Kini, tanpa menganggap ini sebagai suatu kesalahan, supporter timnasional penuh denan jeritan dari kaum hawa, banyak Perempuan mendadak menjadi akrab dengan sepakbola, karena tim nasional sekarang dipenuhi pemain ganteng dan rupawan, mayoritas blasteran Indonesia dan Belanda. Media sosial macam tiktok dan Instagram sering penuh dengan bahasan Nathan Tjoe-A-On, Justin Hubner, Elkan Baggot, Shayne Pattynama, Rafael Struick, dll. Â Buat saya ini merpakan perubahan yang wajar, karena sepakbola merupakan bagian dari budaya popular, dalam kajian akademis budaya popular diartikan sebagai budaya yang paling banyak dilakukan dan dinikmati oleh Masyarakat. menurut diminic Strinati dosen University of Leicester, menagtakan bahwa budaya populer adalah budaya yang dilahirkan atas kehendak media. Artinya akar muculnya budaya populer diakibatkan dari eksistensi media. Jika media mampu memproduksi sebuah budaya baru, maka publik ataupun audiens akan menyerapnya serta menjadikannya sebagai sebuah bentuk kebudayaan. Jadi tidak aneh jika tadi saya bilang, tim nasional indonesia saat ini penuh dengan terikan dan mendadak banyak disukai kaum hawa karena telah terkategori dalam makna budaya popular yang diciptakan dominic strinarti tadi, media massa membahas, kahlayak ramai menerima dan mencerna. Ditambah karena memang sepakbola adalah olahraga paling popular di dunia, jadi wajar jika memang jadi perhatian banyak orang.
Namun dibalik itu semua, muncul pula Sebagian oknum supporter tim nasional yang lebih mirip ideologi politik sayap kanan, otoriter dan anti-kritik. Oknum kelompok supporter ini tidak menerima segala jenis kritikan perihal tim nasional, padahal kritik tersebut masuk akal secara teori dan logika. Saya paham dibalik itu semuaa, mungkin oknum supporter ini baru merasakan semacam euphoria atau perasaan senang dan bahagia yang berlebihan, karena tim nasional mereka belum pernah berprestasi, seperti era-era sebelumnya. saya pernah dibuli di media sosial karena menunjukan ketidak setujuan dengan proses naturalisasi yang berbondong-bondong, lalu saya pernah dibuli tak lama kemarin karena menyatakan ketidak setujuan akan proses doxing yang dilakukan oknum pendukung timnas pada diri towel dan keluarganya bahkan putri nya kena doxing dengan di sshare ke public akun media sosialnya mungkin dengan harapan public bisa ikut bulli putri towel . Saya hanya menyebut perlaku doxing itu merupakan proses criminal, lalu dibuli ramai-ramai dan membela hal kasus kejahatan tersebut, malah salah satu diantara pembuli tersebut berucap "mulutmu harimaumu, jangan nyenggol timnas kalo tidak mau merasakan akibatnya". Â Waw saya tidak paham, supporter macam apa yang dibentuk tim nasional saat ini.
Kalimat akhir, bencilah sewajarnya, sukalah sewajarnya, kagumlah sewajarnya. Hidup wajar lebih tenang kok..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H