Mohon tunggu...
kiki esa perdana
kiki esa perdana Mohon Tunggu... Dosen - pemerhati komunikasi politik dan penggemar sepakbola

mengajar komunikasi pada beberapa universitas, menarik perhatian pada isu komunikasi politik dan budaya populer, penonton sepakbola, penyuka traveling dan pecinta liburan, tulisan tidak mewakili identitas atau organisasi apapun, manusia bebas

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ridwan Kamil Jago Kandang (Part 2)?

22 Juni 2024   21:17 Diperbarui: 22 Juni 2024   21:19 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan menenai erka kemarin merupakan salah satu tulisan saya di kompasianas yang menjadi hits, dalam hitungan menit viewers nya sudah lebih dari 50 (sebagai penulis amatir di kompasiana, saya bangga akan hal ini) dan kawan2 di media soaial cukup ramai membahasnya.

Pada tulisan pertama saya membahas bahwa setiap orang memang memiliki hak untuk dipilih dalam politik dan hal tersebut diakui undang-undang. Beberapa jam kebelakang saya membaca sebuah artikel yang menyatakan kurang lebih jika relawan anies tidak menganggap penting popularitas yang dimiliki ybs. Saya pengajar, saya sedikit paham mengenai citra politik di Masyarakat seperti apa, saya merasa citra politik pada politik elektiral merupakan hal yang sangat penting, popularitas politik seseorang dalam politik seseorang dapat menjadi kunci untuk tujuan seseorang tersebut dalam berpolitiknya, misalnya kekuasaan. Pada sisi lain pun saya setuju dengan pemahaman Prof anwar Arifin, guru besar ilmu komunikasi unhas, yang mengatakan  dalam bukunya jika "Citra politik yang terbentuk di benak publik, tidak selamanya sesuai dengan realitas yang sebenarnya, karena mungkin hanya sama dengan realitas media atau realitas buatan media, yang disebut juga sebagai realitas tangan kedua (second hand reality)". Citra politik yang dimiliki ybs di media sebagai media darling pun, pada saat kenyataan di lapangan akan dapat berbeda dengan yang ditampakkan selama ini, akan timbul yang asli, daripada yang artifisial.

Sekitaran setengah jam kebelakang, saya melihat poto dari ybs sedang menerima simbolis kaos relawan yang mendukung ybs untuk posisi DKI #1, sekilas muncul pertanyaan, kenapa wajah beliau terlihat lesu, terlihat letih, tidak tampak optimisme, kenapa? Ada sedari awal sudah muncul kekhawatiran jikalau naik di DKI, peluang nya akan kecil? Apakah benar ujar relawan anies yang saya bilang di paragraph awal? Tidak terlalu memperdulikan mengenai popularitas atau gimmick apapun yang ybs akan coba tampilan saat masa pemilu? Apakah ybs tidak berani untuk maju, dan tidak siap untuk sebuah kekalahan?  

Muncul pertanyaan, apakah ybs tidak pernah berani ampil, fight like a man dan bertarun pada kancah yang lebih luas atau tinggi karena kekhawatiran untuk kalah akan besar? Sedangkan jika memang di "kendang" sendiri, justru sebaliknya, ybs berani "menaum" dan merasa bebas dalam melancarakan beragam pencitraan politik yang biasa dia berikan pada khalayak umum? Jadi aoakah benar jika ybs memang jago kendang?

disclaimer: saya menulis ybs hingga 2 bagian, bukan berarti saya tim sukses ybs, apalagi ngefans dengan ybs, saya menulis ini hanya sebagai rakyat yang menggemari politik yang juga kebetulan seorang peneliti bidang komunikasi politik :) 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun