MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN DI TK DHARMA WANITA BONDOYUDO KECAMATAN SUKODONO KABUPATEN LUMAJANG
Oleh :
Kiki Fatmawati
ABSTRAK
Keterampilan motorik halus anak usia 4-5 tahun di TK Dharma Wanita Bodoyudo Kecamatan Sukodono Kabupaten Lumajang masih tergolong rendah dan mengalami keterlambatan. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan motorik halus anak melalui kegiatan melipat kertas. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah Bagaimana meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan melipat kertas pada anak usia 4-5 tahun di TK Dharma Wanita Bondoyudo Kecamatan Sukodono Kabupaten Lumajang. Subyek pada penelitian ini adalah anak usia 4-5 tahun yang berjumlah 17 anak yang terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan pada tahun pelajaran 2020/2021 yang diawali dengan survei awal, penyusunan instrumen, kemudian dilanjutkan dengan analisis data dan proses pelaporan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan motorik halus anak usia 4-5 tahun pada siklus I sebanyak 47% dan pada siklus II sebanyak 82,4%. Perolehan pada siklus II membuktikan bahwa penelitian ini telah mencapai indikator keberhasilan yaitu 80%. Dengan demikian dapat disimpullkan bahwa melalui kegiatan melipat kertas dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak usia 4-5 tahun di TK Dharma Wanita Bondoyudo Kecamatan Sukodono Kabupaten Lumajang Tahun Pelajaran 2020/2021.
Kata kunci : motorik halus, melipat kertas
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang diselenggarakan untuk mengembangkan keterampilan yang merupakan pendidikan dasar serta mengembangkan diri secara utuh. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 14 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Masa anak usia dini merupakan masa keemasan atau sering disebut dengan masa Golden Age, biasanya ditandai oleh perubahan cepat dalam perkembangan fisik, kognitif, sosial, dan emosional. Agar masa ini dapat dilalui dengan baik oleh setiap anak maka perlu diupayakan pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. Keberhasilan akan pertumbuhan dan perkembangan pada masa ini juga akan berpengaruh pada keberhasilan masa-masa setelahnya. Untuk itu, pendidikan anak usia dini memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan.
(Bambang Sujiono, dkk:2017:1.1) masa 5 tahun pertama sedang dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat, baik fisik maupun segala kemampuan anak. Pada anak usia Taman Kanak-Kanak (TK) perkembangan kemampuan yang berkembang dengan pesat adalah kemampuan fisik atau motoriknya. Motorik adalah semua gerakan yang mungkin didapatkan oleh seluruh tubuh, sedangkan perkembangan motorik dapat disebut sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh. Perkembangan motorik ini erat kaitannya dengan perkembangan pusat motorik di otak. Keterampilan motorik berkembang sejalan dengan kematangan syaraf dan otot.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, motorik halus mencakup kemampuan dan kelenturan menggunakan jari dan alat untuk mengeksplorasi dan mengekspresikan diri dalam berbagai bentuk. Meniru bentuk dalam pembelajaran TK dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan seperti meniru membuat garis tegak dan miring menjadi bentuk huruf, meniru melipat kertas sederhana menjadi bentuk benda, mencocok bentuk lingkaran, dan masih banyak lagi kegiatan yang lainnya. Gerakan motorik halus ini memerlukan koordinasi yang cermat. Semakin baik perkembangan motorik halus membuat anak dapat berkreasi, seperti melipat kertas sederhana.
Aktivitas melipat diajarkan di TK untuk melatih keterampilan motorik halus serta memupuk ketekunan, kesabaran, kecermatan, dan kemampuan berfikir logis. Bagi anak usia Taman Kanak-Kanak, melipat merupakan salah satu bentuk kegiatan bermain kreatif yang menarik dan menyenangkan. Beberapa model melipat kertas yang dapat digunakan untuk obyek bermain anak misalnya model bunga, alat transportasi, model binatang, dan lain-lain.
Berdasarkan pengamatan, perkembangan anak di TK Dharma Wanita Bondoyudo usia 4-5 tahun ditemukan adanya kendala pada kegiatan motorik halus yaitu sebagian besar anak masih kesulitan dalam melakukan kegiatan motorik halus khusunya melipat. Ada beberapa anak yang enggan untuk melakukan kegiatan motorik halus sehingga hasil belajar anak kurang optimal. Dari 17 anak yang dapat melakukan kegiatan melipat tanpa dibantu hanya 4 anak. Ketika guru sedang memberikan demonstrasi untuk melipat, anak ditanya apakah sudah bisa atau belum, hampir semua anak menjawab sudah. Tetapi ketika diminta mengerjakan ternyata masih banyak yang kesulitan.
Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Melipat Kertas Pada Anak Usia 4-5 tahun Di TK Dharma Wanita Bondoyudo Kecamatan Sukodono Kabupaten Lumajang.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana meningkatkan kemampuan motorik halus melalui kegiatan melipat kertas pada anak usia 4-5 tahun di TK Dharma Wanita Bondoyudo Kecamatan Sukodono Kabupaten Lumajang ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan kemampuan motorik halus melalui kegiatan melipat kertas pada anak usia 4-5 tahun di TK Dharma Wanita Bondoyudo Kecamatan Sukodono Kabupaten Lumajang.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas di harapkan dapat memberi manfaat pada pihak-pihak berikut.
a. Bagi peneliti sebagai Guru
1. Meningkatkan wawasan pengetahuan, kreatifitas, pengalaman, dalam menciptakan inovasi pembelajaran bagi anak didik
2. Sebagai bahan pembelajaran yang menarik bagi peserta didik
b. Bagi anak didik
1. Meningkatkan keterampilan motorik halus
2. Memberikan kegembiraan serta kepuasan bagi anak jika hasil lipatan sesuai yang diharapkan
3. Dapat dijadikan kegiatan pembelajaran yang menarik melalui kegiatan melipat kertas
c. Bagi sekolah
1. Sebagai referensi untuk motivasi guru lain melaksanakan PTK yang sejenis
2. Kegiatan pembelajaran di kelas akan lebih efektif dan efisien
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Anak Usia Dini
1. Pengertian Anak Usia Dini
Menurut NAEYC mengatakan bahwa anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-8 tahun, yang tercakup dalam program pendidikan di taman penitipan anak, penitipan anak pada keluarga, pendidikan prasekolah baik swasta maupun negeri, TK dan SD. Sedangkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Siti Aisyah,dkk:2018:1.3).
2. Karaktaristik Anak Usia Dini
Berbeda dengan fase usia anak lainnya, anak usia dini memiliki karakteristik yang khas. Beberapa karakteristik untuk anak usia dini tersebut adalah memiliki rasa ingin tahu yang besar, merupakan kepribadian yang unik, suka berfantasi dan berimajinasi, masa paling potensial untuk belajar, menunjukkan sikap egosentris, memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek, sebagai bagian dari makhluk sosial (Hartati:2005) dalam (Siti Aisyah,dkk:2018:1.4).
B. Perkembangan Motorik Anak Usia Dini
1. Pengertian Perkembangan Motorik
Motorik merupakan semua gerakan yang mungkin dapat kan seluruh tubuh, sedangkan perkembangan motorik dapat disebut sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh (Bambang Sujiono, dkk:2017:1.3). Perkembangan motorik setiap anak berbeda-beda, pada anak-anak tertentu latihan tidak selalu dapat membantu memperbaiki kemampuan motoriknya. Sebab ada anak yang memiliki masalah pada susunan syarafnya sehingga menghambatnya melakukan keterampilan motorik tertentu. Selain itu, ada beberapa penyebab lain yang mempengaruhi perkembangan motorik seorang anak, seperti faktor genetik, kekurangan gizi, pengasuhan serta perbedaan latar belakang budaya. Rendahnya berat badan lahir seorang bayi juga dapat mengganggu perkembangan motorik anak (Rini Hildayani, dkk:2017:3.9).
2. Prinsip Perkembangan Motorik
Kegiatan motorik menantang kreativitas dan imajinasi anak yang merupakan salah satu dari perkembangan mental anak. Studi yang dilakukan mengenai umur dan urutan perkembangan motorik menghasilkan lima prinsip perkembangan motorik, yaitu sebagai berikut :
1) Perkembangan motorik bergantung pada kematangan otak dan syaraf
2) Belajar keterampilan motorik tidak akan terjadi sebelum anak matang
3) Perkembangan motorik mengikuti pola yang dapat diramalkan
4) Perkembangan motorik dimungkinkan untuk dapat ditentukan
5) Perbedaan individu dalam laju pertumbuhan motorik
3. Alasan Pentingnya Perkembangan Motorik Pada Masa Anak-Anak
(Masitoh, dkk:2017:2.13) pada umumnya anak usia TK sangat aktif. Mereka memiliki penguasaan terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri. Meskipun demikian mereka tetap memerlukan istirahat yang cukup. Otot-otot besar lebih berkembang dari pada kontrol terhadap tangan dan kaki, sehingga mereka belum bisa melakukan kegiatan yang rumit. Masa anak-anak adalah masa yang sering disebut sebagai “masa ideal” untuk mempelajari keterampilan motorik. Ada beberapa alasan yang mendasari hal tersebut, diantaranya adalah :
- Tubuh anak lebih lentur daripada tubuh remaja atau orang dewasa, sehingga anak-anak lebih mudah untuk menerima pelajaran untuk mengembangkan motoriknya.
- Anak belum banyak memiliki keterampilan yang akan berbenturan dengan keterampilan yang baru dipelajarinya, sehingga anak akan mempelajari keterampilan baru dengan lebih mudah.
- Secara keseluruhan anak lebih berani pada waktu kecil daripada setelah besar. Oleh karena itu, mereka lebih berani mencoba sesuatu yang baru. Hal yang demikian menimbulkan motivasi yang diperlukan untuk belajar.
- Anak-anak menyukai pengulangan, sehingga mereka bersedia mengulangi tindakan hingga otot terlatih untuk melakukannya secara efektif.
- Anak memiliki waktu yang lebih banyak untuk mempelajari keterampilan motorik.
4. Perkembangan Motorik Halus Anak
Gerakan motorik halus merupakan gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat (Bambang Sujiono,dkk:2017:1.14). Menurut (Luluk Asmawati, dkk:2018:5.8) tujuan mengembangkan motorik halus adalah agar anak dapat berlatih koordinasi tangan, mata, dan pikirannya dalam menggunakan berbagai alat atau media kreatif sehingga memperoleh keterampilan yang berguna untuk perkembangan selanjutnya.
5. Alat Pengembangan Motorik Halus
Menurut (Lerner dalam Ali Nugraha dkk:2019:10.24) keterampilan motorik halus memerlukan koordinasi mata dan tangan. Sehingga gerakan tangan perlu dikembangkan dengan baik. Alat yang digunakan dalam pengembangan motorik halus harus bervariasi. Alat-alat yang dapat digunakan yaitu : a) Lilin, b) Bikar untuk membuat kue, adonan terigu dan garam, c) Papan tulis, kertas, tanah, alat tulis, ranting kayu, pensil gambar, dan spidol, jari jemari, d) Leg dan lasy, e) Alat pasang memasang, f) Alat Montessori, g) Lembaran kertas, h) Gunting untuk memotong kertas, i) Bentuk geometri untuk menjiplak, j) Biji bekel.
C. Kegiatan Melipat Kertas
1. Pengertian Melipat
(Hajar Pamandhi dan Evan Sukardi S.:2017:8.10) berpendapat bahwa istilah melipat dapat berupa kegiatan meremas bahan kertas kemudian disusun kembali menjadi karya seni rupa tiga dimensi. Melipat sendiri telah dikenal dengan metode origami. Kegiatan melipat kertas merupakan salah satu pengembangan motorik halus yang membutuhkan ketelitian, keterampilan dan pengembangan seni. Kegiatan ini juga merupakan salah satu media untuk membantu melenturkan otot motorik halus, daya pikir, perasaan sensitif, dan keterampilan yang tingkat kesulitannya dapat disesuaikan dengan usia anak.
2. Teknik Melipat
Teknik melipat sebaiknya dipandu oleh dua orang pendidik, satu orang pendidik mengajak kepada anak untuk melipat kertas dengan langkah satu persatu secara keseluruhan, sedangkan pendidik lainnya membimbing anak satu persatu dengan cara ikut bekerja dengan anak bagaimana cara melipatnya sambil ikut memegangi. Setiap anak memegang kertas masing-masing satu lembar. Langkah demi langkah sambil dibantu pendidik melipat kertas sesuai dengan peragaan pendidik didepan kelas. Agar lipatan tidak mudah lepas atau tidak sulit membentuk maka setelah dilipat agar ditekan sampai kertas patah pada lipatan, yaitu kertas terlipat kemudian ditekan diatas meja menggunakan ujung kuku pada jempol sambil ditarik ke belakang. Kertas yang digunakan melipat sebaiknya kertas yang mempunyai sifat keras walaupun kertas tersebut tipis, karena apabila kertas itu keras akan mudah dipatahkan dan setelah patah tidak mudah kembali seperti semula.
Pewarnaan pada teknik melipat hampir tidak banyak diperlukan bahkan jarang ditemukan karena kertas-kertas yang dipakai pada teknik melipat biasanya telah memiliki pewarnaan (berwarna). Tetapi dapat diberi tambahan untuk membuat kelengkapan-kelengkapan terutama untuk membuat bentuk-bentuk hewan misalnya : kaki hewan, kepala, jendela kendaraan (Hajar Pamandhi dan Evan Sukardi S.:2017:7.22).
3. Bahan-Bahan untuk Melipat
Bahan-bahan untuk kegiatan melipat menurut (Hajar Pamandhi dan Evan Sukardi S.:2017:7.11) sebagai berikut :
- Kertas, merupakan bahan pokok dalam kegiatan ini dan dangat mudah didapatkan serta termasuk relatif murah harganya baik kertas berwarna maupun kertas dasar (polos).
- Lem Kertas, siapkan lem yang mudah digunakan oleh anak-anak usia dini. Usahakan memilih lem yang tidak cepat mengering karena apabila anak salah menempelkan, dapat dengan mudah dilepas lagi.
- Pewarna, bahan pewarna yang dapat digunakan untuk anak usia dini antara lain : cat air, krayon pastel, spidol, sepuhan dan teres. Bahan-bahan pewarna tersebut sangat mudah untuk digunakan oleh anak usia dini lagi pula tidak membahayakan bagi anak karena beresiko rendah
4. Alat untuk Melipat
untuk kegiatan melipat menurut (Hajar Pamandhi dan Evan Sukardi S.:2017:7.13) sebagai berikut :
- Gunting, guna gunting dalam kegiatan ini disamping untuk memotong kertas dapat juga dipergunakan untuk menoreh, yaitu untuk membantu mempermudah tekukan/lipatan kertas dengan cara sebelum kertas dibuat lipatan akan lebih mudah ditoreh dahulu dengan ujung gunting.
- Penggaris, penggaris selain digunakan sebagai alat untuk menggaris juga dapat dipakai sebagai alat bantu untuk melipat kertas dan mengukur. Anda dapat menambahkan penggaris yang memiliki lobang-lobang gambar yang bermotif binatang, tumbuh-tumbuhan dan gambar geometris.
- Pensil, dipergunakan untuk membuat pola baik yang akan dilipat bahkan untuk membuat bidang-bidang yang akan diberi pewarna.
- Spidol, sebagai alat tambahan untuk pewarna. Hal ini dapat dilihat dari fungsinya, yaitu untuk menggambar pada lembaran bentuk-bentuk hasil dari melipat.
5. Kegunaan dan Manfaat Melipat
Berdasarkan hasil penelitian bahwa seni origami ini memiliki banyak manfaat yang sangat luar biasa, berikut ini ada 10 manfaat seni lipat kertas yang perlu diketahui :
1) Membentuk kemampuan motorik pada kedua tangan yang lebih sempurna
2) Dapat meningkatkan kemampuan daya kreatif seseorang
3) Meningkatkan kemampuan intelektual seseorang
4) Merangsang kinerja otak kiri dan kanan menjadi seimbang
5) Meningkatkan daya imajinasi
6) Meningkatkan kemampuan dalam berkonsentrasi dengan memusatkan perhatian
7) Daya ingat menjadi lebih meningkat kemampuannnya
8) Melatih kesabaran
9) Memberikan pengalaman estetis dan emosional seseorang
10) Membuat seseorang dapat lebih menghargai kepuasan, kenikmatan dan kebanggan akan hasil karyanya
D. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran
National Education Associaton (NEA) dalam (Badru Zaman dan Asep Hery Hernawan:2017:3.5) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Briggs dalam (Badru Zaman dan Asep Hery Hernawan:2017:3.5) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video, slide. Schramm dalam (Badru Zaman dan Asep Hery Hernawan:2017:3.5) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Peran media dalam komunikasi pembelajaran di PAUD semakin penting artinya mengingat perkembangan anak pada saat itu berada pada masa konkret. Oleh karena itu, salah satu prinsip pembelajaran di PAUD adalah kekonkretan, artinya bahwa anak diharapkan dapat mempelajari sesuatu secara nyata.
2. Manfaat Media Pembelajaran
Menurut (Badru Zaman dan Asep Hery Hernawan:2017:3.14) terdapat nilai-nilai dari pemanfaatan media pembelajaran di PAUD, di antaranya :
1. Memungkinkan anak berinteraksi secara langsung dengan lingkungannya
2. Memungkinkan adanya keseragaman pengamatan atau persepsi belajar pada masing-masing anak
3. Membangkitkan motivasi belajar anak
4. Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan menurut kebutuhan
5. Menyajikan pesan atau informasi belajar secara serempak bagi seluruh anak
6. Mengatasi keterbatasan waktu dan ruang
7. Mengontrol arah dan kecepatan belajar anak
BAB III
RENCANA PERBAIKAN
A. Subyek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di TK Dharma Wanita Bondoyudo yang beralamat di Jln. Markisa 135 Desa Bondoyudo Kecamatan Sukodono Kabupaten Lumajang. Lokasi TK Dharna Wanita Bondoyudo berada di pedesaan dan daerah pinggiran kota. Letaknya strategis dan sangat mudah dijangkau karena ada dipinggir jalan utama. TK Dharma Wanita Bondoyudo terdiri dari 2 kelompok belajar yaitu kelompok A dan kelompok B.
2. Waktu Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan pada semester II Tahun Pelajaran 2020/2021 yang diawali dengan survei awal, penyusunan instrumen, kemudian dilanjutkan dengan analisis data dan proses pelaporan. Adapun penelitian dilakukan pada bulan April sampai Mei tahun 2021.
3. Tema
Adapun tema yang di gunakan dalam penelitian ini adalah Alat Komunikasi dan Rekreasi dengan sub tema Alat Komunikasi Elektronik dan Kendaraan
- Tabel 3.1 Tema dan subtema tiap siklus I dan II
Siklus
RKH
Hari/Tanggal
Tema
Sub Tema
I
1
Senin, 15 Mei 2021
Alat Komunikasi
Elektronik
2
Selasa, 16 Mei 2021
Alat Komunikasi
Elektronik
3
Rabu, 17 Mei 2021
Alat Komunikasi
Elektronik
4
Kamis, 18 Mei 2021
Alat Komunikasi
Elektronik
5
Jum’at, 19 Mei 2021
Alat Komunikasi
Elektronik
II
1
Senin, 22 Mei 2021
Rekreasi
Kendaraan
2
Selasa, 23 Mei 2021
Rekreasi
Kendaraan
3
Rabu, 24 Mei 2021
Rekreasi
Kendaraan
4
Kamis, 25 Mei 2021
Rekreasi
Kendaraan
5
Jum’at, 26 Mei 2021
Rekreasi
Kendaraan
4. Kelompok Anak
Subyek dari penelitian ini adalah siswa kelompok A usia 4-5 tahun TK Dharma Wanita Bondoyudo. Siswa berjumlah 17 yang terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan.
5. Karakteristik Anak
Karakteristik anak didik anak usia 4-5 tahun di TK Dharma Wanita Bondoyudo yang menjadi subyek penelitian ini secara umum bersifat aktif dan energik, mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi dan unik. Kemampuan setiap anak di TK Dharma Wanita Bondoyudo berbeda satu sama lainnya. Hal ini dianggap wajar karena mereka berasal dari latar belakang berbeda, seperti latar belakang keluarga, pekerjaan orang tua dan tempat tinggal. Ada beberapa anak yang mudah menerima materi pembelajaran dengan cepat ada yang hanya berminat pada satu jenis kegiatan saja, dan ada yang masih memerlukan bimbingan untuk mengikuti keseluruhan materi pembelajaran. Selanjutnya guru sebagai pendidik berusaha memberikan pembelajaran yang baik sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak.
B. Deskripsi Rencana Tiap Siklus
1. Rencana Pelaksanaan
a. Rencana Tindakan
Dalam penelitian ini mengacu pada prosedur penelitian tindakan kelas yang terdiri dari empat tahap yakni perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observating) dan refleksi (reflecting). Dalam penelitian ini peneliti menentukan dua siklus penelitian. Bila pada siklus pertama telah berhasil maka akan tetap dilanjutkan pada siklus kedua dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan pada anak.
Adapun kegiatan dari masing-masing prosedur penelitian adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan (planning)
Dalam perencanaan ini peneliti melakukan beberapa hal antara lain :
a) Meminta izin kepada kepala sekolah dan guru TK Dharma Wanita Bondoyudo kecamatan Sukodono Kabupaten Lumajang
b) Menunjuk kepala sekolah sebagai supervisor 2 dan teman sejawat sebagai penilai
c) Membuat perencanaan perbaikan pembelajaran
d) Membuat lembar observasi
e) Mempersiapkan media untuk kegiatan melipat
2. Tindakan (acting)
Dalam tindakan ini peneliti memberikan tindakan perbaikan sebanyak 5 kali yang tercermin dalam RKH perbaikan 1 sampai RKH perbaikan 5. Guru menyampaikan materi dan melakukan tindakan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan melipat.
3. Observasi (observating)
Observasi dilakukan oleh peneliti bersama teman sejawat dan supervisor 2 selaku observer ketika pembelajaran berlangsung melalui pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat untuk mencatat perkembangan-perkembangan anak dalam kegiatan meliat dan menilai aktifitas anak selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.
4. Refleksi (Reflecting)
Refleksi merupakan kegiatan meninjau kembali apa yang baik yang sudah tercapai maupun yang belum. Selanjutnya semua hasil penemuan tersebut dianalisis untuk mengetahui proses keberhasilan yang sudah dicapai. Menurut (Suharsimi 2006:100) apabila sudah diketahui letak keberhasilan dan hambatan dari tindakan yang baru selesai dalam satu siklus, peneliti menentukan rancangan untuk siklus kedua. Setelah menyusun rancangan untuk siklus kedua, peneliti dapat melanjutkan ke tahap berikutnya, seperti yang terjadi dalam siklus pertama. Setiap siklus terdiri dari beberapa langkah perbaikan yang disusun secara sistematis dan mengarah pada pemecahan masalah atau peningkatan kualitas kegiatan pengembangan.
C. Langkah-langkah Pembelajaran
Penelitian ini akan dilaksanakan dalam bentuk siklus. Tiap siklus terdiri atas empat tahapan yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observating) dan refleksi (reflecting). Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa siklus. Banyaknya siklus yang diambil tergantung dari tercapainya indikator keberhasilan yang sudah ditentukan.
Siklus dalam penelitian ini akan dijelaskan dalam bagan rancangan penelitian yang digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.1 Alur Siklus PTK Menurut John Elliot
D. Prosedur Pelaksanaan PTK
Melaksanakan kegiatan belajar mengajar dikelas sesuai dengan rencana yang telah dituangkan dalam RKH/RPPH dan skenario pembelajaran. Prosedur kegiatan pengembangan yang utama adalah memberikan penjelasan tentang kegiatan melipat.
Pada tahap pelaksanaan peneliti dibantu oleh beberapa pihak yaitu teman sejawat dan kepala sekolah.
E. Rencana Pengamatan dan Pengumpulan Data
a. Data
Data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah data utama tentang kemampuan motorik halus anak dalam kegiatan melipat pada anak usia 4-5 tahun di Tk Dharma Wanita Bondoyudo – Sukodono.
b. Sumber Data
Data penelitian dikumpulkan dari berbagai sumber meliputi :
1. Informan / narasumber yaitu anak didik kelompok A Dharma Wanita Bondoyudo Kecamatan Sukodono Kabupaten Lumajang
2. Tempat dan peristiwa atau berlangsungnya pembelajaran di TK Dharma Wanita Bondoyudo Kecamatan Sukodono Kabupaten Lumajang
3. Dokumen atau arsip, yang antara lain berupa satuan bidang pengembangan, pedoman observasi dan hasil penilaian anak.
c. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi. Adapun yang diobservasi adalah siswa Kelompok A TK Dharma Wanita Bondoyudo Kecamatan Sukodono Kabupaten Lumajang, adapun komponen kemampuan yang dinilai adalah kemampuan motorik halus melalui kegiatan melipat.
d. Instrumen
Untuk mendapatkan informasi tentang kemampuan siswa yang dilakukan melalui observasi maka dibutuhkan suatu instrumen yang sesuai dengan komponen yang dinilai. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah lembar observasi atau lembar check list yang dibuat sendiri oleh peneliti dengan memperhatikan ketercakupan komponen yang dinilai.
e. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan cara yang paling menentukan untuk menyusun dan mengelola data yang terkumpul, sehingga menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat dipertanggung jawabkan. Data yang dianalisis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah data yang didapat dari observasi melipat kertas.
f. Indikator Keberhasilan
Untuk menentukan keberhasilan dalam tiap siklus maka peneliti menentukan indikator keberasilan sebagai berikut meningkatkan kemampuan melipat dapat dilihat dari peningkatan rata-rata prosentase setiap aspek melipat yang diamati yaitu apabila 80% (14 anak) dari jumlah anak (17 anak) memperhatikan indikator dalam prosentase baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil kegiatan pembelajaran yang tersusun dalam lembar observasi kegiatan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Perbaikan Tiap Siklus
Dalam kegiatan melipat, anak-anak mengalami perkembangan keterampilan motorik halus yang masih rendah dan mengalami keterlambatan. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengembangan motorik halus anak khususnya melipat kertas. Motivasi yang diberikan guru kepada anak dalam melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan motorik halus juga belum maksimal. Hal tersebut ditunjukkan dengan beberapa anak yang masih kurang mengerti bagaimana cara dan melipat yang benar.
Dari kasus ini peneliti ingin mengembangkan keterampilan motorik halus anak melalui kegiatan melipat.
Siklus I
Hasil yang didapat dari siklus I yaitu sebagai berikut :
1. RKH 1
Pada kegiatan inti RKH 1 anak-anak masih banyak mengalami kesulitan dan masih perlu banyak bimbingan.
2. RKH 2
Pada kegiatan inti RKH 2 anak-anak mulai ada yang bisa melipat kertas meskipun hasilnya kurang baik dan ada juga anak yang pada saat kegiatan melipat anak-anak masih ribut sendiri
3. RKH 3
Pada kegiatan inti RKH 3 dari 17 anak, 4 anak sudah bisa melipat sendiri sedangkan 13 anak masih bingung dan masih perlu bimbingan
4. RKH 4
Pada kegiatan inti RKH 4 dari 17 anak, 6 anak sudah bisa melipat sendiri sedangkan 11 anak masih bingung dan masih perlu bimbingan
5. RKH 5
Pada kegiatan inti RKH 5 sebagian anak sudah bisa melipat dengan baik tetapi masih ada anak yang kurang rapi dan perlu bimbingan.
Siklus II
Hasil yang didapat dari siklus II yaitu sebagai berikut :
1. RKH 1
Saat kegiatan melipat sebagian anak masih bingung dan kesulitan untuk melipat. Guru perlu memberikan motivasi serta memberikan informasi dengan baik secara terus menerus
2. RKH 2
Dengan pengalaman melipat yang sering anak lakukan serta motivasi dari guru ada beberapa anak sudah dapat melipat dengan baik
3. RKH 3
Pada hari ke tiga siklus 2 ini anak sudah ada yang mengalami peningkatan yaitu 7 anak sudah dapat melipat dengan baik. Sedangkan anak yang kurang bisa melipat ada 10 anak
4. RKH 4
Pada hari ke empat siklus 2 ini sebagian anak sudah bisa melipat dengan baik dan rapi tetapi masih ada sebagian anak yang masih memerlukan bantuan untuk melipat
5. RKH 5
Pada hari ke lima siklus 2 anak mengalami peningkatan yang baik, terbukti dengan 14 anak sudah bisa melipat dengan baik dan rapi, dan 3 anak masih perlu bantuan saat melipat.
B. Pembahasan tiap siklus
1. Siklus I
Pada siklus pertama ini, tingkat keberhasilan anak dalam kegiatan melipat masih belum berkembang terlihat dari hasil yang belum mencapai target yaitu 47% mampu melipat. Sedangkan target yang ingin dicapai yaitu 80% untuk melipat dengan tepat dan hasil yang baik.
Berdasarkan diskusi dengan teman sejawat kekurangan dari pembelajaran ini guru menggunakan kalimat yang terlalu sulit untuk di pahami anak pada saat memberikan contoh melipat. Untuk mencapai hasil yang maksimal dan sesuai standar, guru harus meingkatkan dalam menggunakan kalimat yang lebih sederhana serta meningkatkan motivasi dan pendampingan terhadap anak pada saat kegiatan melipat.
2. Siklus II
Pada siklus ke II ini, kemampuan anak semakin meningkat dari hari ke hari, hal ini bisa dilihat dari meningkatnya hasil kegiatan melipat yaitu 80% dari jumlah keseluruhan siswa kelompok A.
C. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Siklus I
Hasil observasi kerampilan motorik halus pada Siklus I pertemuan kelima perkembangan anak mengalami peningkatan hasil persentase. Perolehan rata-rata persentase anak yang terampil pada Siklus I yaitu sebesar 47,0% dari 17 anak yang diteliti. Perolehan persentase tersebut belum dapat dikatakan berhasil karena hasil belum mencapai pada angka persentase keberhasilan yaitu sebanyak 80% dari 17 anak mampu melipat kertas dengan terampil. Berikut tabel hasil rekapitulasi penilaian anak:
Tabel 4.1 Rekapitulasi Nilai Pertemuan ke 5 Siklus I
No
Kriteria
Total Skor
Jumlah Anak
Persentase
1.
Terampil
6
8
47,0 %
2.
Cukup terampil
4-5
5
29,5 %
3.
Belum terampil
1-3
4
23,5 %
Jumlah
17
100%
Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat disimpulkan bahwa anak yang terampil memiliki persentase yaitu 47,0 %, untuk jumlah anak yang cukup terampil yaitu 29,5% sedangkan persentase anak yang belum terampil yaitu 23,5%.
2. Siklus II
Perolehan rata-rata persentase anak yang terampil pada Siklus II yaitu data sebesar 82,4% dari 17 anak yang diteliti. Perolehan persentase tersebut menunjukkan bahwa keterampilan motorik halus pada Kelompok A telah mencapai hasil yang optimal, yaitu telah mencapai indikator keberhasilan sebesar ≥ 80% anak mampu melipat kertas dengan terampil. Berikut tabel rekapitulasi hasil penilaian anak:
Tabel 4.2 Rekapitulasi Nilai Pertemuan ke 5 Siklus II
NoKriteriaTotal SkorJumlah AnakPersentase1.Terampil61482,4 %2.Cukup terampil4-5317,6%3.Belum terampil1-300Jumlah17100%
Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat disimpulkan bahwa anak yang terampil memiliki persentase yaitu 82,4%, untuk jumlah anak yang cukup terampil yaitu 17,6% sedangkan persentase anak yang belum terampil yaitu 0%.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil penelitian pada Siklus I dan II menunjukkan adanya peningkatan keterampilan motorik halus anak Kelompok A yang mengalami peningkatan pada setiap pertemuan. Berikut adalah hasil penelitian Keterampilan Motorik Halus pada Kelompok A di TK Dharma Wanita Bondoyudo disajikan dalam bentuk tabel:
Tabel 4.3 Rekapitulasi Nilai Siklus I, Siklus II
NoKriteriaSiklus ISiklus II1.Terampil47,0%82,4%2.Cukup terampil29,5%17,6%3.Belum terampil23,5%-
Berdasarkan data yang disajikan melalui tabel 4.3, diketahui bahwa terjadi peningkatan yang sigifikan pada siklus II yaitu keterampilan motorik halus pada kelompok A di TK Dharma Wanita Bondoyudo yaitu mencapai ≥ 80%, dimana kriteria terampil mencapai persentase sebesar 82,4%. Penelitian ini dikatakan berhasil karena telah mencapai indicator keberhasilan yang telah ditentukan yaitu sebesar 80%.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa ada beberapa cara untuk menunjang anak supaya anak bisa mengalami peningkatan dalam mengembangkan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan melipat kertas pada kelompok A TK Dharma Wanita Bondoyudo Kecamatan Sukodono Kabupaten Lumajang semester II Tahun Pelajaran 2020/2021, peningkatan tersebut berkisar 80% .
B. Saran
Lembaga TK Dharma Wanita Bondoyudo merupakan lembaga TK yang yang berada di Jalan Markisa 135 desa Bondoyudo di harapkan dalam pengembangan kegiatan anak di harapkan berinovasi dalam pembelajaran khususnya anak kelompok A, pemanfaatan media pembelajaran sangat penting untuk menumbuhkan pengetahuan anak. Karena dalam usia ini anak mampu menyerap segala informasi lebih cepat karena dalam usia ini anak termasuk dala usia golden age.
Bagi wali murid diharapkan dapat memberikan pembelajran yang formal terhadap anak – anak waktu berada di rumah dalam bentuk tumbuh kembang anak, karena peran orang tua adalah yang lebih dominan dalam pembentukan karater anak.
Bagi peneliti berikutnya diharapkan terus mengikuti perkembangan tentang dunia pendidikan anak usia dini sehingga dapat meningkatkan kualitas kegiatan pengembangannya yang lebih aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan. Kegiatan melipat perlu dilakukan secara konsisten untuk menstimulasi kemampuan motorik halus pada anak TK, tidak hanya pada bidang pengembangan tertentu saja tetapi pada semua bidang pengembangan.
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Siti dkk. (2018). Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Tangerang Selatan : Universitas terbuka.
Asmawati, Luluk dkk. (2018). Pengelolaan Kegiatan Pengembangan Anak Usia Dini. Tangerang Selatan : Universitas Terbuka.
Hildayani, Rini dkk. (2017). Psikologi Perkembangan Anak. Tangerang Selatan : Universitas Terbuka.
http://paudalaminbumirejo.blogspot.com/2014/04/manfaat-seni-melipat-kertas-origami.html
https://www.nomifrod.com/2016/06/manfaat-aspek-dan-prinsip-memilih-tema-belajar-paud.html
Nugraha, Ali dkk. (2019). Kurikulum dan Bahan Belajar TK. Tangerang Selatan : Universitas Terbuka.
Masitoh, dkk .(2017). Strategi Pembelajaran TK. Tangerang Selatan : Universitas Terbuka.
Pamadhi, Hajar dan Evan Sukardi S. (2017). Seni Keterampilan Anak. Tangerang Selatan : Universitas Terbuka.
Pekerti, Widia dkk. (2017). Metode Pengembangan Seni. Tangearng Selatan : Universitas Terbuka.
Permendikbud Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini
Suharsimi Arikunto. (1992). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Sujiono, Bambang dkk. (2017). Metode Pengembangan Fisik. Tangerang Selatan : Universitas Terbuka.
Wardhani, IGAK dan Kuswaya Wihardit. (2017). Penelitian Tindakan Kelas. Tangerang Selatan : Universitas Terbuka.
Wijaya, Widarmi D dkk. (2017). Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. Tangerang Selatan : Universitas Terbuka.
Zaman, Badru dkk. (2017). Media & Sumber Belajar PAUD. Tangerang Selatan :
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H