Mohon tunggu...
Kiki Isbianto
Kiki Isbianto Mohon Tunggu... Lainnya - penulis lepas

"Biographical Info ini tidak boleh kosong"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ruang Tunggu Transformasi

10 Januari 2014   14:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:57 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awalnya ngira semua perangkat dalam Ruang Tunggu ini, buat ngeledek perempuan.  Perempuan yang hobby nya ngobrak-abrik penampilan. Idung asli udah sempurna untuk bernafas, eh.. dibikin selancip Pinokio. Mata sipit jadi belok. Dada kempes berubah cembung. Perut cembung - diratain. Paha dan betis semontok tales Bogor, dirampingin. Dan seterusnya.

Ternyata salah tebak. Inilah Ruang Tunggu Klinik Dr Poh Tong. Plesetan nih, potong maksudnya ! .. eh, apenye nyang dipotong yak ? Anggota tubuh yang tidak sesuai dengan gejolak jiwa.

13893391521705111993
13893391521705111993
Pelik ini. Oleh karenanya, Shieko Reto, sang seniman instalasi “Waiting Room” ini, berusaha menjembatani dunia transgender dengan dunia awam.
1389339201387669242
1389339201387669242
Berbadan pria, berjiwa prempu. Betapa sulit menyesuaikannya, secara fisik dan psikis, sehingga diterima apa adanya oleh makhluk awam. Penyesuaian ini bagaikan perjuangan seumur hidup. Mulai dari menjalani berbagai operasi fisik poh-tong, permak lepis, ketok mejik, dst.. dst.. yang pelik dan menyakitkan. Pengurusan dokumen penting dari pihak yang berwajib. Hingga penerimaan keluarga, kerabat, kolega kerja, teman dan lingkungan awam lainnya.
1389339255549949818
1389339255549949818
Bukankah sepanjang hidup ini emang penuh perjuangan ? Bila kita beruntung, terlahir tanpa perlu penyesuaian fisik dan psikis lebih lanjut. Tidak perlu melewati perjuangan lahir batin ini.. sudah selayaknya kita meringankan beban mereka. Darah mereka semerah darah kita. Oksigen yang mereka hirup sama persis dengan O2 yang dibutuhkan paru-paru kita. Perasaan dan pikiran mereka, sama sensitif nya, dengan apa yang ada dalam batin dan kepala kita.
1389339309148985603
1389339309148985603
Jadi, buat apa mengejek dan merendahkan sodari-sodari transgender ini ? Kembalikan kondisi ini pada diri sendiri. Bila kita tidak mau dicibir dan di-hina-dina-kan, jangan lakukan itu untuk orang lain. aiiih.. weiitje.. udahan ah seriusnya.. Semoga semua makhluk berbahagia. Singapore Biennale @ 8Q, 28 Dec 2013.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun