Miara binatang bisa menaikkan pamor dan status. Percaya aja deh. Punya pet kucing atau anjing kampung, yang datang dengan sendirinya, tanpa diundang, jelas beda gengsinya dibanding punya (baca : mampu beli dan miara) pet turunan ras impor.
Hanya cinta-lah yang dapat meluluhkan gengsi. Ditambah lagi : situasi kantong.
Ya iya lah, UUD - ujung-ujungnya duit - isi kantong juga. Sapa yang mau nombokin neraca keuangan bulanan, jika expenses sang piaraan jauh lebih mahal daripada living cost tuannya ? Mulai dari makanan, mainan, perhiasan, salon, dokter, obat, vitamin sampe asuransi.
Lalu apa hubungannya dengan cinta ?
Inget lagu mendiang Gombloh, bila cinta melekat, tai kucing rasa coklat.. ?
hiii.. sumprit, sampe detik ini blum pernah nyobain benda yang dinyanyikan berasa coklat itu.. dan sampe kapanpun tetep ogah nyobain… hii lagiii..
Tapi percaya banget, bila cinta tulus telah melekat, mo itu pada pet kampung, atau pada pet turunan kaisar maharaja, rasa coklat.. mah lewat..
Jaman baheula kala, di rumah ortu daku pernah kedatangan puppy kampung, yang kemudian kami serumah setuju memanggilnya : Demplo.
Perawakannya lucu, imut, lincah selayaknya puppy manapun.
Kulit sekujur tubuhnya hitam legam, tiada belang atau warna lainnya. Bulunya halus mulus, juga hitam, tanpa kutu atau penyakit kulit lainnya.
Love at the first sight, kami sekeluarga langsung klepek-klepek jatuh cinta padanya.
Hingga suatu pagi, kelabakan kami serumah mencarinya. Demplo lenyap tanpa jejak. Seorang penjaga malam menduga, Demplo diculik karena penampakan luarnya - hitam sempurna.
Kembali klepek-klepek kami serumah mendengarnya, kali ini klepekan patah hati.
Jadi sekali lagi, benar itu, bila cinta telah melekat, pet turunan apapun, rasa coklat Belgium, Swiss, Jerman terbaikpun.. kalah telak..
Beberapa hari lalu, sobat pasutri (pasangan suami - istri) Ruddy dan Silvia berduka hati. Canine piaraan tercinta, yang telah sepenuh jiwa dipelihara sejak lahir, hilang tanpa pesan. Dugaan Ruddy, pet tercinta ini senasib dengan Demplo, berakhir diatas pinggan.
Kami : Ruddy, Silvia dan diriku, tidak berkeberatan sama sekali dengan apapun menu makanan yang anda nikmati.
Yang kami masalahkan disini : cara mendapatkan raw materialnya !
Apakah daging yang anda santap itu sepenuhnya hasil piaraan ? Atau korban culik - curi ? Apakah ada peternakan canine potong - seperti layaknya berternak ayam, bebek, sapi, kambing, kerbau - khusus untuk mendapatkan dagingnya ?
Mari kembali ke judul diatas. Bagi yang telah mafhum maksudnya, sila skip tiga paragraf dibawah ini.
Kepada anda yang tidak paham, sengsu adalah akronim dari tongseng asu atau tongseng anjing. Saksang masakan khas disuatu tempat, dan ditempat lain ada disebut Ratu Wilhelmina. Pemasak dan penyantap menu diatas, sodara kita sebangsa setanah air. Raw materialnya sama dengan sengsu.
Sekali lagi, kami yang tengah berduka : Ruddy, Silvia dan daku tidak mempermasalahkan adat kebiasaan menikmati sajian khas ini.
Namun, kami menghimbau kepada anda semua penikmat sajian ini, tolong pertanyakan darimana asal raw materialnya !
Bangsa kita bukan satu-satunya penduduk bumi, pengasup canine ini.
Ada pepatah Cantonese : "Anything that walks, swims, crawls, or flies with its back to heaven is edible." Omnivora full maksudnya, asalkan bukan bangkai, semua jenis makhluk bergerak dapat dimakan. Termasuk juga semua binatang piaraan. Hingga akhirnya, pemerintah RRC melarang seluruh warganya untuk mengasup daging canine piaraan. Berani menyantapnya didepan publik, hukumannya setara dengan pelaku kriminal.
Selain di mainland China, menu daging canine juga digemari di semenanjung Korea.
Inget Piala Dunia Bola taun 2002 ? Tuan rumah nya Korea & Jepang.
Media barat sempat heboh menyinggung dan mengingatkan siapapun yang mo nonton live bola di Korea waktu itu, supaya teliti dulu sebelum makan.
Ketika 2011 daku dan suami berpelesir independent tanpa tour guide ke semananjung ini, kamipun ekstra hati-hati. Kami berdua buta huruf Korea, jadi hanya berani makan ditempat yang menunya beraksara latin dan pelayannya berbahasa Inggris. Jangan terkecoh foto, apalagi menu tersebut sudah tersaji diatas meja. Yang nampak yummy itu, bisa jadi - rame menyalak dan rajin menggigit - sebelumnya.
Well, lain lubuk lain gubuk nya lah, lain ladang lain belalangnya, western media silahkan menggonggong, turis independent silahkan extra hati-hati..
Namun bangsa Korea tetap keukeuh dan bangga mengingatkan, mind your own business, yang gue makan, lu gak perlu ikutan makan !
Lalu, apa pulak itu sony ?
Itu tuh.. merk perangkat elektronik Jepang yang sudah mendunia sejak taun 60-an. Milenia 2000an ini, sony mengeluarkan robot anjing yang dapat menyalak, berlarian kesana kemari, sampai mangeluarkan pis dan pup - persis layaknya yang alami berkeliaran dijalan.
Maintenance robot anjing ini, jelas lebih enteng dibanding yang asli berdaging dan bernafas.
Tidak perlu bawa dia keluar jalan keliling kampung, Makannya pun mudah, tinggal colokin ke stop kontak, tunggu sebentar, begitu batrenya full, kembali menyalak riang.
Tidak perlu rajin ke salon, bila badannya berdebu, cukup dibului (dibersihkan) dengan kemoceng. Lupakan rawatan dokter, obat, vitamin. Jikalau rusak, complain ke service center, atau balikin ke pabriknya. Andai masih dalam masa garansi, mudah gantinya.
Masalahnya sekarang, gimana dengan cinta ?
Tahun 2014 sudah jalan lebih dari separo, sebaiknya mari kita open minded lah. Arahkan pola pikir dan gaya hidup sesuai zaman.
Smart phone, tablet, lap top dan berbagai perangkat yang lekat dengan kehidupan kita belakangan ini.. jelas tanpa nyawa, darah dan daging.
Namun 90 persen dari kita tidak dapat hidup tenang tanpa keberadaannya.
Kalo gitu, kondisi ini melebihi cinta dan kedekatan kita pada pasangan dan keluarga, kan ?
Cinta (entah) terpaksa atau tulus ini - terserah bagaimana kita menyikapinya saja - ternyata dapat dijatuhkan pada benda selain makhluk berdaging dan bernafas..
Jadi, menimbang faktor ekonomis dan kemudahan pemeliharaan, nampaknya, tidak ada salahnya memulai memelihara dan mencintai sony - sang robot anjing ini..
Mengurangi resiko serangan jantung lagiii..
Karena setiap malam, tidak kawatir, tidak deg-deg-an, membayangkan belahan jiwa empat kaki ini - akan diculik karena penampakan hitam legam nya, seperti Demplo - yang konon lezat rasanya.
Bad Nauheim, 16 Agustus 2014.
Mudah-mudahan dapat melipur duka lara Silvia dan Ruddy.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H