Mohon tunggu...
Kika Syafii
Kika Syafii Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger

Blog pribadi www.kikasyafii.com | Cinta NKRI

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Yang Protes Pasti Ngiri Nggak (pernah) Punya Moge!

17 Agustus 2015   08:02 Diperbarui: 17 Agustus 2015   08:02 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diluar negeri sana, ditempat aslinya pengendara moge, naik moge dengan atribut serta jaket kulit merupakan simbol kebebasan dan penolakan terhadap kemapanan. Para pengendara moge sering dikejar-kejar polisi karena sikap pemberontakan, perlawanan terhadapan semua bentuk kemapanan yang ada. Dalam film-film juga sering digambarkan itu. Dan di Indonesia ini, komunitas pengendara motor gede justru penggila kemapanan dan bersahabat dengan kemapanan.

Tapi inilah Indonesia, semua kebalik-balik.

Banyak contoh lain yang mirip-mirip dengan ini; seperti Komunitas Punk. Di Inggris sebagai negara kelahiran Punk, para orang idealis sosialis menggunakan atribut Punk sebagai bentuk gaya hidup yang menolak kemapanan. Meski tubuh mereka penuh anting-anting, tatoo, sepatu boot, jaket kulit belel bahkan rambut yang berdiri, mereka tetap bekerja dan berkarya untuk menghidupi diri seperti orang biasa lainnya. Dan disini? Silahkan lihat diperempatan-perempatan jalan raya. Dan masih banyak lagi contoh yang terbalik-balik tidak sesuai aslinya.

Anehnya, banyak sekali orang yang berada dalam komunitas-komunitas ini tidak mengetahui atau tidak mau tahu dengan atribut yang mereka gunakan. Mereka juga melupakan fakta bahwa mereka orang kaya yang seharusnya menjadi contoh untuk orang-orang lain minimal orang-orang yang bekerja sebagai bawahannya. Banyak juga diantara mereka yang memiliki jabatan di kepolisian, inikan ironis, yang semestinya menjadi contoh baik malah memberikan contoh yang buruk. Bila mau di survei, sekelas Kapolres saja sudah banyak yang pakai moge.

Sebenarnya, pengendara kendaraan apapun banyak yang serampangan. Silahkan dilihat di Jalan-jalan, baik jalan kecil atau besar. Ketertiban berlalu lintas itu hanya berada saat acara diskusi atau bicara dari hati ke hati, saat kembali di jalan raya ya jangan ditanya. Anehnya lagi, orang-orang seperti ini akan marah kalau disebut orang nggak intelek. Mereka selalu merasa orang pintar, buktinya bisa cari uang banyak, tapi perilakunya norak. Kalah sama orang kampung yang selalu hormat dan mengucap permisi saat melintas depan orang lain.

Nah, pada dasarnya masih banyak yang suka melanggar aturan lalu lintas, siapapun itu. Dan itu adalah contoh yang buruk. Contoh yang tidak akan pernah membuat Indonesia menjadi lebih maju. Perlu ada kritik yang tajam ke dalam diri sendiri, tidak perlu meledak-ledak dengan ide sebesar gunung, cukup tertib lalu lintas saja dulu, itu sudah sama dengan mendukung kemerdekaan dan kemajuan bangsa Indonesia ini.

Ada yang membela diri, pengendara moge butuh jalan cepat dan lancar karena mesin yang akan tetap dingin kalau berjalan cepat, dan saat macet maka mesin akan panas dan sangat kerasa di paha. Nah, kalau sudah tahu ini mengapa tetap mengendarainya di kota-kota? Dan kalau sudah tahu akan resiko ini kenapa juga masih beli?. Ambilah resiko dan tanggung jawab dari apapun yang kalian pilih. Ini sama seperti orang yang terus menerus mengeluh macet di jalan tapi naik mobil dan berisi satu orang penumpang.

Ada lagi yang membela diri dan mengatakan bahwa "yang protes pasti karena ngiri nggak (pernah) punya moge". Haduuuuhhh... Tolong dong, perbesar otaknya jangan kalah gede sama motornya. Ini bukan sekedar persoalan sempit tentang punya atau tidak punya moge, ini juga bukan sekedar dapat fasilitas polisi atau tidak dapat fasilitas polisi, ini juga bukan soal lebih kaya atau lebih mewah, ini persoalan mental. Ini persoalan kedisiplinan mengikuti aturan. Kecuali Anda bersedia saya sandingkan dengan para bajingan yang tidak mau mengikuti aturan.

Inilah yang sering terjadi, semakin kaya seseorang atau tinggi jabatan seseorang maka akan semakin semena-mena. Persis seperti kendaraan di jalan raya. Semakin besar kendaraannya maka (seringkali) akan semakin semena-mena, atau semakin mahal dan bagus kendaraannya maka seringkali semakin seenaknya sendiri untuk mengabaikan kepentingan umum apalagi motor gede dan mobil-mobil mewah yang dikawal petugas patroli, mereka lebih semena-mena lagi dalam memakai semua fasilitas yang sejatinya dibiayai oleh keringat masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun