Klenteng Tridharma Eng An Kiong merupakan bangunan yang berada di Kota Malang tepatnya berada di Jalan R.E. Martadinata 1 Malang. Sebelum masa pandemi klenteng ini banyak di kunjungi para wisatawan, tidak hanya dari sekitaran malang saja tapi ada juga wisatawan asing juga banyak yang datang untuk berkunjung. Banyaknya wisatawan yang datang tidak hanya karena letak klenteng ini yang berada di tengah kota tetapi juga karena klenteng ini sudah hampir berusia 2 abad. Di tahun 2025 klenteng akan mengadakan perayaan besar besaran untuk merayakan usia klenteng yang tepat pada 2 abad. Pada saat ini mereka akan mengundang seluruh klenteng yang ada di Jawa timur. Bahkan banyak hotel akan di sewa untuk menjamu para tamu mereka nantinya. Yang datang dalam perayaan ini tidak hanya warga Cina saja tapi warga sekitar juga akan banyak yang mengikuti acara ini.Â
Di dalam Klenteng Tridharma Eng An Kiong ini terdapat 3 tempat ibadah yaitu tempat ibadah agama Khonghucu, Tao, dan Buddha. Klenteng ini di bagi menjadi 3 bagian, yang tengah ini agama Tao. Taoisme adalah filosofi Tiongkok yang berkembang dari rakyat perdesaan dan menjadi agama mereka rakyat Tiongkok dibawah naungan Dinasti Tang.
Mereka yang ingin berdoa sebelumnya harus berdoa kepada Tuhan yang maha esa yaitu dengan cara membakar 3 batang hio atau dupa, 3 batang dupa ini di tujukan untuk diri sendiri, untuk bumi, untuk langit. Warna dari dupa ini sebenarnya bisa apa saja kecuali warna hijau karena itu untuk orang yang meninggal. Api yang ada di dupa ini tidak boleh padam karena ini adalah simbol pelita. Di depan klenteng ini juga ada banyak sepasang lilin besar yang menyala ini dengan simbol jalan yang terang bagi mereka pemilik lilin.
Di sebelah kanan nya ini ada singa Yin dan Yang. Yin dan Yang adalah suatu simbol bahwa di dunia ini ada sifat dan kekuatan yang saling berhubungan ataupun berlawanan. Dan disebelah kanan ada singa simbol kota Malang yaitu singa Arema yang membawa bola di kakinya.Â
Lalu di meja tempat dupa itu ada banyak berbagai macam buah. Buah ini bukan karena dewa yang meminta karena ini merupakan bentuk rasa syukur kepada para dewa.Â
Setelah menyalakan dupa di depan tadi mereka lalu masuk kedalam dan berdoa kepada dewa, dewa yang berupa patung ini bukan berarti mereka menyembah patung tapi ini hanya sebagai simbolnya saja. Dan di dalam juga ada yang namanya ramalan. Ramalan Tiongkok ini sudah ada sejak zaman dahulu. Ramalan ini dilakukan dengan batu poapoe yang berbentuk seperti hati. Mereka biasanya akan berdoa untuk meminta obat dari penyakit yang di alami. Caranya yaitu dengan melempar batu itu, ketika batu terjatuh dalam keadaan satu tertutup dan terbuka baru mereka bisa mengambil pilihan obat karena itu adalah tanda setuju. Ketika kedua batu sama sama dalam posisi tertutup maka itu tandanya tidak di setujui. Dan ketika dalam posisi sama sama terbuka itu tidak memberi jawaban pasti karena bisa disetujui bisa juga tidak. Namun jika salah satu batu atau bahkan dua duanya ada yang bisa berdiri tanpa bersandar pada apapun itu menandakan akan ada suatu mukjizat yang datang. Setelah mengetahui di setujui atau tidaknya maka mereka yang disetujui akan mengambil ramalan dari batang bambu untuk meramal yang biasanya disebut ciamsi. Ciamsi adalah sebuah bilah kayu. Cara mendapat ciamsi dengan memutar mutar tempat ciamsi hingga ada satu yang terjatuh. Sebenarnya ini tidak hanya berlaku untuk ramalan obat saja tetapi bisa ramalan apa saja.
Di dinding tempat ibadah ini juga terdapat 24 gambar tentang shio. Di gambar itu menceritakan bakti anak kepada orang tuanya.Â
Klenteng ini memiliki 3 visi dan misi,
a. AgamaÂ
Klenteng ini merupakan tempat ibadah.
b. Kebudayaan
Kelenteng ini masih melestarikan budaya yang ada di Indonesia. Seperti pada hari Sabtu banyak anak anak kecil yang datang untuk menari dan klenteng membantu untuk menyediakan kostum, dan masih banyak lagi.
c. Sosial
Di belakang klenteng ini ada klinik yang bisa melayani masyarakat umum.
Selanjutnya ke tempat ibadah agama Buddha, disana terdapat Dewi Kwan Im. Dewi Kwan Im adalah Dewi dengan seribu tangan yang melambangkan kewelasasihan dan penyayang. Seribu tangan Dewi Kwan Im ini melambangkan perwujudan seorang Dewi yang selalu bersedia mengabulkan permintaan dari doa umat umatnya yang tulus.
Di sebelah tempat Dewi Kwan Im ini ada banyak sekali patung dewa atau Dewi dengan berbagai jenisnya dari yang besar yang kecil dengan berbagai bentuknya. Patung patung ini di dapat dari banyak orang yang orang tuanya pada awalnya menyembah patung tersebut tetapi sudah meninggal tetapi anak anak nya tidak ingin melanjutkannya kembali. Tetapi juga ada yang mengembalikan dan menukar dengan patung yang ada disana tetapi sebelum di bawa pulang harus sembahyang dulu kepada dewa dewa nya apakah dibolehkan atau tidak.
Di ruangan selanjutnya ada dewa yang berhubungan dengan orang yang sudah meninggal. Jadi pada setiap bulan 7 tanggal 15 kalender Cina para leluhur yang tidak di terima akan kembali ke tempat itu untuk melihat para keluarganya. Agama Buddha percaya akan reinkarnasi. Reinkarnasi adalah dilahirkan kembali di dunia ini. Seseorang yang sudah meninggal akan dilahirkan kembali dalam bentuk lain sesuai dengan perbuatan yang ia lakukan semasa masih hidup di kehidupan sebelumnya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H