http://majalah.detik.com/read/2013/05/25/012428/2255608/1314/pustun-luthfi
http://majalah.detik.com/read/2013/02/16/112449/2171774/1314/istri-muda-irjen-djoko
http://majalah.detik.com/read/2012/02/11/060539/1839927/1314/jenderal-tersodok-shinta
Resiko yang paling ditakutkan oleh peselingkuh lelaki adalah resiko terhadap pekerjaan atau jabatannya. Baru kemudian resiko tercoreng nama baiknya. Ketahuan anak dan istrinya. Keluarga dan kenalannya. Kalau pejabat atau orang ternama, takut ketahuan publik. Seperti kisah si Enji (Henry Baskoro Hendarso) yang anaknya pejabat polisi (mantan Kapolri) dan menikah dengan artis, atau Sitok Srengenge, tentunya menjadi headline berita.
Resiko yang sangat besar dari perselingkuhan itu teryata tidak membuat jera. Sudah begitu banyak contoh kasusnya yang mengakibatkan kehancuran keluarga, pekerjaan dan hidupnya, tapi tetap saja banyak peselingkuh.
Betapa banyaknya orang yang disakiti. Tapi jelas yang paling jadi korban adalah anak-anak. Bukan cuma materi yang mereka butuhkan, tapi kesetiaan ayah dan ibunya.
***
Kembali ke cerita di awal tentang sahabat saya.
Ketika si istri tetap mengatakan TIDAK dan memilih bercerai. Sang suami berteriak marah, menyalahkan istri yang tidak patuh terhadap suami, dan mengatakan tidak bersedia bercerai.
Apa yang ada dalam benak seorang suami yang selingkuh dan nikah siri berkali-kali itu? Mungkin dia tidak mau hartanya yang paling berharga (keluarga yang rupawan, istri yang cantik dan sempurna, anak-anak yang cantik dan gagah dan dbanggakannya) pecah berantakan.... (Ajaibnya) Menurutnya yang salah adalah istrinya karena dirinya dibenarkan untuk menikah lagi. Sah. Halal tadi.
Konon seorang lelaki tidak pernah mau bercerai dengan istri pertama. Apalagi istri yang baik, percaya sepenuhnya, tidak neko-neko, dan tidak matre, meskipun sang suami sudah semakin sukses dan kaya.