Mohon tunggu...
Rizki
Rizki Mohon Tunggu... Lainnya - IT

Invisible

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bulan yang Nganggur di Langit, Boleh Saya Bawa Pulang?

2 April 2012   02:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:09 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Maafkan saya Tara” Bulan menutup  pembicaraan. Setelah mobilnya berhenti, tepat didepan rumah Tara. Tangannya mencengkeram erat setir. Ia ingin mencengkeram erat tangan Tara mungkin, jika itu tidak berdosa. Tapi bahkan jika itu dilakukan Bulan untuk membuat Tara kuat, itupun tetap berdosa.

Malam hening. Semesta tengah mengatur nafas. Berharap Bulan tegas, atau menginginkan Tara tegar. Atau mungkin keduanya. Tara menarik nafas, kemudian menghembuskannnya perlahan. Bulan bisa merasakan, Tara tengah mengatur sesuatu. Seperti Bulan sore tadi yang begitu repot mengatur kata-kata apa untuk membuat Tara mengerti, bahwa Bulan tak bisa membuat Tara menunggu lebih lama. Ia ingin Tara bahagia, tapi bukan dengannya.

“Bulan yang nganggur di langit, boleh saya bawa pulang?” Tara berkata pelan, memandang dengan mata bulatnya tepat beradu dengan bola mata Bulan. Tara tersenyum, ia membuka pintu mobil, kemudian turun.

Bulan diam. Ada perasaan yang sedikit tersayat, sedikit membuat jantungnya terpicu untuk lebih cepat berdetak, sedikit membuat tulang belulangnya melemah, sedikit membuat sendi-sendinya gemetar. Jika hidup ini adalah sebuah dadu yang terus menerus dikocok, maka saat ini, dadu itu tengah mengalami proses kocoknya. Bulan tak tahu apa yang akan keluar. Angka satu atau deretan titik angka enam merah yang indah. Tapi sepertinya apapun itu, ia sudah memilih untuk melepaskan satu kemungkinan. Kecuali, Tuhan berkata lain.

Bulan melihat Tara masuk ke halaman rumahnya, membuka pintu depannya, kemudian bertemu pandangan dengan Bulan beberapa detik. Beberapa detik yang akan menutup beribu-ribu hari dongeng cinta pertama Tara, berjuta-juta harapan seorang putri salju kecil pada pangerannya, beberapa detik sebagai ucapan selamat tinggal atas penantian yang payah. Tara menutup pintu.

Satu lagi mantra Harry Potter yang ingin digunakan Bulan saat ini, mantra penghilang ingatan. Bukan membuat yang waras menjadi gila, hanya menghilangkan ingatan-ingatan tertentu tentang seseorang atau sesuatu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun